Saya politikus? Ha..ha..ha.. saya lebih suka disebut sastrawan mbeling yang memotret situasi di sekitar saya dalam bentuk tulisan....
Welcome to my blog, anyway!

Search This Blog

Thursday, June 24, 2010

ARIEL DAN SBY

Memberi hukuman pada pemeran video porno mirip artis terkenal itu adalah sebuah keharusan. Hukum memang terasa tidak adil bagi yang terkena hukuman, namun hukum dibuat salah satunya untuk mengancam orang lain agar takut melakukan perbuatan yang dilarang.

Kasus Ariel, Luna dan Cut Tari memang menggemparkan. Orang menyebut moralitas bangsa ini sudah rusak sekali, seolah-olah semua orang sudah melakukan sex bebas seperti dilakukan para pemeran video porno itu. Padahal saya yakin sekali, dari beberapa puluh tahun yang lalu hingga sekarang angka persentase orang yang melakukan sex bebas tetap sama. Teknologi video yang merambah hingga ponsel lah yang membuka tabir kehidupan sex bebas ini, sehingga seolah-olah angkanya bertambah, padahal sejak dulu kehidupan sex bebas juga ada tapi tidak terungkap.

Namun banyak orang benar untuk satu soal. Yaitu membuat video porno adalah perbuatan yang sangat salah, meski hanya untuk koleksi pribadi. Di zaman IT yang sudah begini canggih, boleh dibilang tidak ada lagi wilayah privacy. Video seperti itu disimpan di mana pun, apalagi di simpan di komputer, tentu mudah sekali untuk tersebar ke mana-mana. Sehinggga harus ditumbuhkan sebuah nilai moral baru, yaitu menyimpan video intim meski dengan pasangan sendiri yang syah adalah sebuah perbuatan yang dilarang. Video seperti ini memiliki daya rusak pada anak-anak yang belum ditanamkan ukuran-ukuran moral dengan kuat. Anak-anak tentu mudah meniru perbuatan-perbuatan seperti di dalam video itu yang seolah-olah hanya perbuatan biasa dan perbuatan yang normal dilakukan pasangan kekasih. Padahal mereka belum banyak tahu soal-soal lain yang berkaitan dengan perbuatan itu, misalnya soal kesehatan atau penyakit, soal reproduksi atau soal-soal emosional mereka di dalam hubungan mereka, bahkan soal-soal hukum.

Saya berpendapat, jika seorang presiden berkomentar soal video porno itu adalah sikap yang berlebihan. Saya juga heran, kok presiden ternyata seorang yang peka dan mudah malu gara-gara video porno itu. Bagi saya persoalan jalan raya dan lalulintas di Jakarta adalah persoalan yang lebih besar dan lebih memalukan dibanding soal video porno itu. Mestinya presiden jauh lebih peka dan merasa amat malu karena nggak mampu memperbaiki transportasi umum yang menyebabkan jalan raya menjadi macet dipenuhi mobil pribadi dan terutama motor. Situasi jalan raya sungguh menggambarkan kualitas pemerintahan. Banyak orang akhirnya memilih sebuah pilihan yang sebenarnya buruk, yaitu memilih moda transportasi motor roda dua, karena tidak ada transportasi umum yang memadai dan juga tidak memilih mobil karena akan terjebak di kemacetan. Namun, bukan memperbaiki sistem transportasi umum, pemerintah malah mencoba membatasi penggunaan kendaraan pribadi di jalan raya termasuk membatasi penggunaan motor.

Sudah sering saya menulis soal jalan raya itu dan saya tidak akan bosan untuk menyebut lagi bahwa bangsa ini terlihat biadab di jalan raya karena pemerintahnya yang membentuk bangsa ini menjadi seperti itu.

Aneh!

No comments: