Saya politikus? Ha..ha..ha.. saya lebih suka disebut sastrawan mbeling yang memotret situasi di sekitar saya dalam bentuk tulisan....
Welcome to my blog, anyway!

Search This Blog

Wednesday, June 10, 2009

ADAM DAN HAWA DI DALAM FILM "KNOWING"

MediaKonsumen, Jumat, 29 Mei 2009

Saya baru menonton film yang sebelumnya saya kira sebuah film misteri, film tentang kejadian supranatural atau film science-fiction. Akhir-akhir ini saya memang jarang membaca ulasan-ulasan tentang film yang beredar. Sehingga beberapa waktu yang lalu saya memilih secara asal sebuah film yang berjudul “Knowing”. Namun demikian sebelumnya saya sempat membaca sinopsis film ini di website Cinema 21 yang menggambarkan film ini adalah sebuah fiksi supranatural mengenai ramalan tentang bencana-bencana di Bumi yang bakal terjadi.

Kisahnya bermula di tahun 1958 di sebuah sekolah dasar di Amerika. Seorang anak perempuan bernama Lucinda, tidak membuat gambar tentang masa depan sebagaimana yang diperintahkan oleh ibu gurunya. Ia malah menulis sederet angka-angka acak tanpa makna sehalaman penuh dan bolak-balik. Tugas membuat gambar itu dimaksudkan oleh sekolah untuk menjadi sebuah kenang-kenangan dari sekolah itu tentang imajinasi apa yang dapat dibuat seorang anak.
Gambar-gambar ini kemudian disimpan dalam sebuah tabung kedap udara dan dikubur atau disimpan di dalam tanah untuk dibuka kembali 50 tahun kemudian, yaitu di tahun 2009.

50 tahun kemudian tabung itu dibuka kembali dan halaman berisi deretan angka-angka yang dibuat Lucinda diberikan kepada seorang anak laki-laki, Caleb yang bersekolah di tempat yang sama. John Koestler, ayah Caleb secara tak sengaja melihat halaman berisi angka-angka milik anaknya ini dan tertarik untuk mencari tahu arti deretan angka-angka ini. Karena John adalah seorang profesor astrofisika dan dengan melakukan Googling, tidak sulit bagi John untuk menemukan bahwa deretan angka-angka itu adalah angka-angka yang menunjukkan tahun-tahun dan tanggal kejadian beberapa bencana di Bumi beserta angka jumlah korban dalam 50 tahun terakhir ini. Artinya saat deretan angka-angka ini ditulis, bencana-bencana itu belum terjadi namun sudah dituliskan di kertas itu atau diramalkan. Namun ketika John mencoba mendiskusikannya dengan teman sejawatnya, temannya menganggap angka-angka itu cuma ”kebetulan” belaka. Deretan angka-angka itu cuma mirip dengan tanggal-tanggal kejadian bencana dan jumlah korbannya, karena menurut dia hanya separuh dari deretan angka-angka itu yang bermakna seperti itu. Sementara sisanya tidak memiliki arti apa-apa. Menurut temannya, John hanya masih sedih dan bingung dengan kematian istrinya beberapa tahun lalu. Kondisi depresi ini mungkin membuat John kehilangan kemampuan berpikir jernih ketika melihat sederetan angka-angka aneh itu. Pada babak ini, penonton dibuat penasaran dengan apa selanjutnya yang akan muncul.

Singkat cerita, John akhirnya menemukan arti dari sisa deretan angka-angka yang sebelumnya tidak memiliki makna itu, yaitu ternyata adalah nomor kordinat lokasi di permukaan bumi atau longitude dan latitude (angka lintang utara-selatan dan bujur barat-timur) yang menunjukkan lokasi di mana bencana-bencana itu terjadi selama 50 tahun terakhir ini. Sehingga lengkap lah ramalan bencana-bencana itu, kecuali masih ada 3 bencana lagi yang belum terjadi. Bencana apa itu? Dan akan kah bencana-bencana itu berhubungan langsung dengan tokoh-tokoh di dalam film ini?

Sejak awal hingga tiga perempat bagian, film ini biasa-biasa saja. Karena yang baru atau original cuma deretan angka-angka itu. Film ini cuma seperti film-film misteri biasa atau science-fiction (X-Files the series, atau Contact the movie) atau film-film mengenai kejadian supranatural. Saya berharap film ini misalnya mengenai sesuatu pengungkapan yang berani tentang fakta sejarah yang terkubur lama, misalnya seperti di film Passion of the Christ.

Tapi Film ini menjadi lebih menarik di bagian akhir, setelah muncul sosok mirip manusia, tetapi digambarkan seperti sosok bercahaya. Tentu berkat teknologi special effect sekarang, sosok ini digambarkan sebagai makhluk yang terbentuk dari cahaya, bukan sosok yang bercahaya. Pembuat film ini nampaknya memang sengaja ingin penontonnya melihat sosok ini bergerak dan berperilaku seperti cahaya. Mungkin maksudnya agar kita menafsirkan sebagai malaikat atau makhluk ET yang jauh lebih extraordinary atau advance daripada yang digambarkan di film-film sebelumnya seperti di film Extra Terrestrial atau film Artificial Intellingence. Tokoh bercahaya ini menjadikan film ini mulai berbeda arahnya. Namun demikian film ini bukan “Contact” yang penuh dialog “ketuhanan” meski pun dengan bahasa science. Ada memang beberapa adegan di dalam film Knowing ini yang dialognya hanya akan menyentuh penonton yang memiliki kepekaan terhadap soal-soal determinism atau takdir di dalam ilmu fisika. Simak sebuah dialog di dalam film ini: “The teory of Randomness said, it’s all simply coincidence. There is no grand meaning”.

Lebih menarik lagi pada bagian paling akhir, karena ternyata film ini seperti mau mengolok-ngolok kepercayaan umat manusia yang usia kepercayaan itu sudah beribu-ribu tahun lamanya, terutama sejak jaman Nabi Ibrahim (Nabi yang diakui oleh 3 nabi setelahnya, Musa, Isa, dan Muhammad). Selama ini kita kita dijejali sejak kecil kepercayaan tentang bagaimana kehidupan manusia bermula, yaitu bermula dari Adam dan Hawa. Sebagai bumbunya, kadang Adam diceritakan dibuat dari tanah liat kemudian ditiupkan ruh ke dalamnya. Lalu Hawa dibuat dari tulang rusuk Adam. Cerita-cerita seperti itu akrab dengan kita sejak kecil. Cerita itu tentu bukan berdasarkan ilmu pengetahuan yang bisa dicarikan bukti empiriknya, tetapi lebih seperti kisah-kisah yang sering diselipkan di dalam ajaran agama. Meski demikian ada juga versi dari agama yang dibuat lebih bernuansa science mengenai asal-muasal manusia atau mengenai Adam dan Hawa ini.

Konsep Adam dan Hawa di dalam film ini sebenarnya memang bukan konsep yang original, karena sudah ada perdebatan panjang bernuansa science di luar dunia fiksi dan film mengenai konsep Adam dan Hawa. Namun penyelipan konsep ini ke dalam sebuah film ternyata bisa menjadi sebuah film yang menghibur dan penonton tidak menduga arah cerita hingga menjelang bagian akhir film ini. Penonton dibuat mengira sedang menonton sebuah film misteri biasa atau film tentang supranatural biasa atau science-fiction. Tetapi di bagian akhir penonton dibuat surprise, karena ternyata film ini base on sebuah konsep lama mengenai asal-muasal manusia atau konsep Adam dan Hawa. Tetapi mungkin bisa juga pembuat film ini hanya menyelipkan kisah Adam dan Hawa agar film ini menjadi menarik. Nampaknya itu yang memang diharapkan oleh pembuat film ini seperti yang dikatakan oleh pembuat film ini: “Knowing will be the kind of film that starts conversations that continue long after the audiences have left the theater”.

Cerita di film ini memang tidak rumit, bahkan terkesan ragu-ragu dalam mengambil tema cerita. Film ini pada bagian akhirnya juga boleh disebut sebagai film tentang kiamat di Bumi seperti film Armagedon atau film Deep Impact, tetapi sejak awal penonton dibuat terkecoh ke dalam misteri deretan angka. Hanya di bagian akhir film ini saja tergambar bagaimana planet Bumi hancur dan kehidupan di dalamnya musnah oleh adanya badai matahari besar. Tidak ada dialog yang panjang mengenai bagaimana kiamat itu akan terjadi dan tidak seperti Armagedon dan Deep Impact, tidak ada perjuangan untuk mencegah kiamat itu.

Bagian akhir film ini bercerita tentang bagaimana kehidupan di Bumi yang akan binasa yang disebabkan oleh adanya badai matahari yang luar biasa besar di tahun 2009 ini (sebenarnya memang ada ramalan astrophisic bahwa di tahun 2012 nanti akan ada badai matahari besar namun tidak mengakibatkan kiamat). Radiasi sinar matahari akan menjebol athmospher sehingga permukaan Bumi langsung menyala terbakar. Hanya akan sedikit organisme yang bisa bertahan hidup dalam kondisi terpapar radiasi langsung matahari ini, bahkan hingga 1,5 km di bawah permukaan Bumi. Situasi ini mungkin sama dengan banyak gambaran kiamat dari beberapa agama. Cuma bedanya, kiamat ini bisa diramalkan tanggal dan jamnya. Lalu bagaimana dengan kelangsungan hidup manusia? Ini kah Hari Akhir, Judgement Day, Doomsday, Hari Kiamat?

Ternyata sudah ada 2 orang yang dipilih sejak lama untuk menjadi penerus umat manusia yang akan musnah di bumi tadi. Mereka dipilih oleh makhluk-makhluk bercahaya tadi. Sebagaimana sudah disebut sebelumnya, pembuat film ini mungkin ingin penonton berpikir makhluk-makhluk itu adalah malaikat, meski menurut kacamata science, mereka adalah para aliens yang peduli dengan kelangsungan kehidupan manusia, namun dengan kecerdasan sangat advance ini lah mungkin mereka boleh disebut sebagai malalikat (yang akhirnya memiliki moral yang tinggi). Aliens ini telah memilih 2 orang pria dan wanita untuk menjadi “Adam dan Hawa” dari sekian milyar manusia di Bumi untuk melanjutkan kegiatan beranak-pinak umat manusia di planet lain yang digambarkan oleh film ini mirip dengan paradise sebagaimana gambaran tentang paradise dari beberapa agama.

Saya mungkin memang cenderung cynical, sehingga saya menganggap film ini adalah olok-olok buat kita yang percaya pada kisah Adam dan Hawa tanpa mempertimbangkan science tentang asal-muasal alam semesta, Bumi, dan umat manusia di planet Bumi ini. Meski olok-olok, tapi saya kasih acungan jempol, karena film ini memiliki sense of humour yang tinggi karena bisa mempermainkan kita di dua pertiga film dan memberi kejutan yang cerdas di bagian akhir.

20 April 2009

Jojo Rahardjo

No comments: