Memberi hukuman pada pemeran video porno mirip artis terkenal itu adalah sebuah keharusan. Hukum memang terasa tidak adil bagi yang terkena hukuman, namun hukum dibuat salah satunya untuk mengancam orang lain agar takut melakukan perbuatan yang dilarang.
Kasus Ariel, Luna dan Cut Tari memang menggemparkan. Orang menyebut moralitas bangsa ini sudah rusak sekali, seolah-olah semua orang sudah melakukan sex bebas seperti dilakukan para pemeran video porno itu. Padahal saya yakin sekali, dari beberapa puluh tahun yang lalu hingga sekarang angka persentase orang yang melakukan sex bebas tetap sama. Teknologi video yang merambah hingga ponsel lah yang membuka tabir kehidupan sex bebas ini, sehingga seolah-olah angkanya bertambah, padahal sejak dulu kehidupan sex bebas juga ada tapi tidak terungkap.
Namun banyak orang benar untuk satu soal. Yaitu membuat video porno adalah perbuatan yang sangat salah, meski hanya untuk koleksi pribadi. Di zaman IT yang sudah begini canggih, boleh dibilang tidak ada lagi wilayah privacy. Video seperti itu disimpan di mana pun, apalagi di simpan di komputer, tentu mudah sekali untuk tersebar ke mana-mana. Sehinggga harus ditumbuhkan sebuah nilai moral baru, yaitu menyimpan video intim meski dengan pasangan sendiri yang syah adalah sebuah perbuatan yang dilarang. Video seperti ini memiliki daya rusak pada anak-anak yang belum ditanamkan ukuran-ukuran moral dengan kuat. Anak-anak tentu mudah meniru perbuatan-perbuatan seperti di dalam video itu yang seolah-olah hanya perbuatan biasa dan perbuatan yang normal dilakukan pasangan kekasih. Padahal mereka belum banyak tahu soal-soal lain yang berkaitan dengan perbuatan itu, misalnya soal kesehatan atau penyakit, soal reproduksi atau soal-soal emosional mereka di dalam hubungan mereka, bahkan soal-soal hukum.
Saya berpendapat, jika seorang presiden berkomentar soal video porno itu adalah sikap yang berlebihan. Saya juga heran, kok presiden ternyata seorang yang peka dan mudah malu gara-gara video porno itu. Bagi saya persoalan jalan raya dan lalulintas di Jakarta adalah persoalan yang lebih besar dan lebih memalukan dibanding soal video porno itu. Mestinya presiden jauh lebih peka dan merasa amat malu karena nggak mampu memperbaiki transportasi umum yang menyebabkan jalan raya menjadi macet dipenuhi mobil pribadi dan terutama motor. Situasi jalan raya sungguh menggambarkan kualitas pemerintahan. Banyak orang akhirnya memilih sebuah pilihan yang sebenarnya buruk, yaitu memilih moda transportasi motor roda dua, karena tidak ada transportasi umum yang memadai dan juga tidak memilih mobil karena akan terjebak di kemacetan. Namun, bukan memperbaiki sistem transportasi umum, pemerintah malah mencoba membatasi penggunaan kendaraan pribadi di jalan raya termasuk membatasi penggunaan motor.
Sudah sering saya menulis soal jalan raya itu dan saya tidak akan bosan untuk menyebut lagi bahwa bangsa ini terlihat biadab di jalan raya karena pemerintahnya yang membentuk bangsa ini menjadi seperti itu.
Aneh!
Thursday, June 24, 2010
Thursday, June 03, 2010
HOAX DAN COCACOLA
Baru-baru ini saya membaca di Internet sebuah berita yang bisa digolongkan sebagai hoax mengenai logo CocaCola. Menurut hoax itu logo CocaCola jika dibaca melalui cermin akan muncul tulisan dan huruf Arab yang "bisa" dibaca "La Muhammad, La Makkah" yang artinya No Muhammad, No Makkah. Hoax ini tentu laris manis untuk disebarkan dikalangan Muslim. Tulisan ini pun termasuk yang ikut menyebarkannya, namun justru untuk mengatakan bahwa itu hoax dan hanya orang yang tidak kritis saja yang percaya bahwa CocaCola berniat untuk melecehkan Nabi besar dan kota suci dari ummat Muslim.
Sangat mungkin hanya kebetulan. Bukankah ada sejarah CocaCola yang bisa dicari tahu. Dan biasanya omong kosong seperti ini akan hilang ditelan angin.... Orang-orang akan tetap meminum CocaCola....
Lebih baik menyebut CocaCola sebagai minuman yang tidak mengandung gizi dan sodanya nggak menguntungkan kesehatan. Bukan dengan menyebut dengan kisah hoax.
Saya pernah baca di sebuah artikel, ahli pemasaran CocaCola di masa-masa awal perusahaan itu, mengatakan kira-kira begini: "CocaCola adalah hanya sebuah air yang mengandung gula, bahan pewarna, soda dan rasa coca." Lalu katanya lagi, "Siapa yang mau meminum air seperti itu?" Tapi CocaCola diminum orang sejagat berkat citra yang diberikan para ahli pemasaran CocaCola, yaitu citra kehidupan yang nyaman, dinamis, muda, dan bergairah. Tentu itu sebuah upaya yang luar biasa cerdas dan giat. Apakah mungkin citra yang sudah tertanam bertahun-tahun dibenak orang di seantero jagat ini seperti layaknya sebuah "iman" yang tertanam di kepala sebuah pemeluk agama bisa dirubah sekejab hanya dengan sebuah hoax?
Subscribe to:
Posts (Atom)