Saya politikus? Ha..ha..ha.. saya lebih suka disebut sastrawan mbeling yang memotret situasi di sekitar saya dalam bentuk tulisan....
Welcome to my blog, anyway!

Search This Blog

Friday, October 29, 2004

ERA PAY TV DI INDONESIA

TV Kabel Atau Pay TV?

Media Indonesia, 18 April 1996
Oleh: JoJo Rahardjo, Penulis bekerja di sebuah stasiun TV


PT Malicak kini ramai dibicarakan di media cetak, karena dalam tiga tahun terakhir ini telah meluncurkan dua perusahaan Pay TV di Indonesia. Dua perusahaan Pay TV itu adalah Indovision dan Multivision yang mengawali era Pay TV di Indonesia. Indovision dengan sistem siaran satelit langsung dan Multivision dengan sistem siaran TV dengan sistem distribusi siarannya melalui kabel. Barangkali ini berkaitan dengan pertumbuhan industri Pay TV di seluruh dunia yang di Amerika penetrasi Pay TV sudah mencapai 60% dan nilainya mencapai US$ 15 milyar setahun.

Sebenarnya masih ada beberapa sistem seputar penyiaran TV yang terus dikembangkan saat ini. Teknologi penyiaran Pay TV (bukan siaran TV biasa) adalah yang sekarang ini terus dikembangkan dibandingkan dengan teknologi penyiaran TV biasa. Teknologi ini akan mendapatkan pesaing yang lebih kuat, yaitu dari dua sistem yang belakangan ini terus dikembangkan dan menjadi populer dalam industri Pay TV, yaitu Direct Broadcasting Satelite dan Wireless Cable.

TV Kabel Atau Pay TV?

Di harian ini beberapa waktu yang lalu muncul tulisan saya mengenai Televisi Kabel untuk membahas/menyambut datangnya era TV Kabel di Indonesia. Kemudian setelah itu pada beberapa berita dan tulisan mengenai TV Kabel berkembang beberapa terminologi yang mungkin dapat membingungkan pembaca yang baru memperhatikan perkembangan industri penyiaran acara televisi dari luar Indonesia. Misalnya mengenai sebutan TV Kabel . Peter Gontha, sang pelopor industri TV di Indonesia, menolak untuk menyebut Indovision-nya sebagai TV Kabel. Memang Indovision sejak awal telah dipasarkan dengan nama televisi satelit. Peter Gontha lebih suka menyebut dua sistem TV-nya sebagai Pay TV, sebutan yang sebenarnya lebih tepat dan tidak menimbulkan kerancuan. Dua-duanya, baik Indovision dan Multivision adalah televisi yang untuk menikmati siarannya harus dengan membayar (pay) secara teratur. Pada tulisan-tulisan di media cetak dan buku-buku pun kadang menyebut Pay TV dan kadang menyebut Cable TV untuk satu hal yang sama. Wilson Dizard seorang pakar komunikasi dari Amerika dalam bukunya Old Media New Media juga tidak menyebut dengan Pay TV tetapi dengan Cable TV. Ini karena awalnya semua siaran televisi yang bukan disiarkan dengan cara yang biasa disebut dengan TV Kabel, meski tidak menggunakan kabel untuk pendistribusian siarannya, seperti pada siaran TV dengan signal yang diacak (awal RCTI).

Untuk tidak membingungkan, saya ingin Indonesia (yang baru berangkat menapaki industri siaran televisi) menyikapi Indovision, Multivision dan beberapa perusahaan lain yang akan muncul dengan menyebutnya sebagai PAY TV , apa pun sistem yang digunakannya, baik dengan sistem siaran satelit, siaran dengan distribusi kabel atau siaran dengan sistem Multichannel Microwave Distribution Sistem (biasa juga disebut dengan Wireless Cable).

Wireless Cable dan Direct Broadcasting Satelite Pada Industri Pay TV

Ada dua sistem yang sekarang populer digunakan oleh industri Pay TV di banyak negara. Sistem itu adalah Wireless Cable (WC) dan Direct Broadcasting Satelite (DBS). Wireless Cable saat ini memiliki pelanggan sebanyak 750 ribu di Amerika dan kira-kira ada 3 juta lagi tersebar di luar Amerika. Diperkirakan awal tahun ini pelanggan Pay TV dengan sistem Wireless Cable akan bertambah menjadi lebih dari satu juta di Amerika dan lebih dari lima juta pelanggan di bagian lain dari seluruh dunia.
Presiden dari International Wireless Cable Association (WCA), Robert Schmidt, menyebut pada konferensi tahunannya di Washington, bulan Juli tahun lalu, bahwa investasi pada pengembangan sistem Wireless Cable akan berjumlah sekitar 5 milyar US$ pada awal tahun 1996 ini. Investasi ini ditanam oleh beberapa perusahaan besar di Amerika untuk mengembangkan sistem Wireless Cable yang dilakukan tidak main-main dan dalam jangka panjang. Mereka adalah Pacific Telesis (PacTel), Nynex dan Bell Atlantic.

Mengapa? Padahal sebelumnya Wireless Cable dikenal tidak memiliki kapasitas channel yang cukup untuk menjadi Multichannel TV (TV dengan banyak saluran seperti pada TV satelit atau distribusi kabel). Pertengahan tahun lalu Wireless Cable dianggap bukan saingan bagi TV Kable (dengan jaringan coaxial dan fibre-optic) dan DBS (kadang juga disebut Direct To Home). Kebanyakaan pengamat sebelum tahun 1992 mengira perkembangan Pay TV adalah ke arah perpaduan dari perusahaan TVKabel dan perusahaan telekomunikasi yang menyediakan jaringan kabel fibre-optic untuk dapat menyediakan layanan interaktif yang lebih maju dalam bentuk program informasi, hiburan, komunikasi, data atau multimedia. Sekarang Wireless Cable telah muncul dengan teknologi digital compression sehingga mampu menyediakan channel lebih banyak dari sebelumnya.

Pada sistem distribusi melalui kabel atau TV Kabel, perusahaan harus menanam atau membentang, bahkan memelihara kabel, dan suatu waktu nanti bahkan mengganti coaxial cable dengan fiber-optik cable agar kapasitas saluran bertambah dan kualitas bertambah baik. Sedang pembangunan Wireless Cable , yang lebih instant, sederhana dan tidak akan terganggu apakah Wireless Cable berada di rural, urban atau sub-urban. Instalasi antenna, converter dan signal repeater, jauh lebih murah, sehingga Wireless Cable berarti low construction cost. Investasi pada instalasi (pembangunan) Wireless Cable akan lebih terkonsentrasi pada peralatan yang akan digunakan pelanggan bukan pada network dari Wireless Cable atau infrastrukturnya. Jadi investasi yang akan ditanam oleh perusahaan dihitung secara proporsional berdasarkan perkiraan calon pelanggan.

Jim DeStefano, presiden Emcee Transmmitters, sebuah perusahaan Wireless Cable, menggambarkan bahwa dengan siaran analog yang sama hanya membutuhkan paling banyak US$ 2 juta untuk Wireless Cable di daerah urban. Ini karena investasi dikeluarkan hanya pada peralatan yang akan dimiliki/digunakan oleh pelanggan. Biaya ini hanya muncul jika sudah ada calon pelanggan. Namun pada sistem distribusi dengan kabel, perusahaan harus investasi untuk jaringannya sebesar paling tidak 60 juta US$ sebelum mulai mencari pelanggan. Wireless Cable pada akhir tahun 1995 telah dikenal sebagai siaran TV dengan kualitas Direct Broadcasting Satelite, namun dengan ongkos lebih murah dari TV Kabel. Beberapa pengamat memperkirakan pelahan TV Kabel konvensional akan ditinggalkan untuk beralih pada Wireless Cable karena beberapa kelebihannya.

Wireless Cable, Secara teknik disebut sebagai Multichannel Microwave Distribution Service (MMDS). Wireless Cable ini muncul pertama kali sekitar tahun 70-an di daerah perkotaan yang tidak memiliki TV Kabel konvensional atau untuk mengatasi secara sementara penyaluran siaran TV Kabel sebelum jaringan kabel coaxial dipasang ke rumah-rumah. Wireless Cable menggunakan microwave bands untuk memancarkan siaran TV ke antena penerima pada rumah-rumah (secara langsung). Kemudian, sebagian besar jaringan MMDS beroperasi di daerah rural yang bukan wilayah jaringan TV Kabel hingga tahun 1990-an. Wireless Cable kini telah hadir kembali setelah dikembangkan dengan lebih baik, untuk melayani seluruh rumah pada satu kota kecil yang berada di luar jangkauan TV Kabel.

Bagaimana dengan DBS?

Selain antusias kepada sistem Wireless Cable, masyarakat TV Amerika sekarang giat mengembangkan DBS yang memang bisa menjangkau seluruh pelosok yang tidak dapat dijangkau oleh TV Kabel dan Wireless Cable. DBS akan menjadi senjata andalan untuk bersaing dalam industri TV (biasa), TV Kable, dan Radio. Di Indonesia kecermatan Peter Gontha melihat peluang ini sudah ditunjukkannya lewat kerjasama dengan Rupert Murdoch (Star TV) baru-baru ini. Kerja sama ini adalah bagian dari rencana jangka panjangnya dalam rangka peluncuran satelit IndoStar yang tidak hanya menjanjikan Indonesia untuk masuk dalam trend perkembangan siaran DBS, tetapi juga untuk pemanfaatan bagi sistem komunikasi lainnya.

DBS dengan teknologi high power yang sudah digunakan di tiga negara, Inggris, Jepang, dan Amerika adalah hasil peradaban manusia di abad informasi ini di mana batas wilayah satu negara, kultur, menjadi kabur. Di Indonesia, tak lama lagi satelit IndoStar bakal diluncurkan. Perkembangan teknologi ini tentu bagai pisau bermata dua, bisa memberi bentuk bagi peradaban manusia dan sekaligus "bisa" memberi "luka" bagi sebuah komunitas. Tentu, pemanfaatan teknologi ini akan sangat bergantung pada penggunanya.

JoJo Rahardjo

No comments: