Saya politikus? Ha..ha..ha.. saya lebih suka disebut sastrawan mbeling yang memotret situasi di sekitar saya dalam bentuk tulisan....
Welcome to my blog, anyway!

Search This Blog

Friday, October 29, 2004

WebTV, Internet di Televisi

Kamis, 8 Januari 1998
Jojo Rahardjo, bekerja di sebuah stasiun TV.


Bayangkan menjelajahi internet tanpa menggunakan komputer. Mungkin kalimat ini lebih tepat ditujukan kepada para ibu rumah tangga atau orang-orang yang yang kurang akrab dengan personal computer (PC). Jangankan menjelajahi internet, mengoperasikan PC saja sudah terbayang kerumitannya.

MENURUT sigi yang dilakukan oleh Yankelovich Partner Inc., penyebab terbesar (75%) orang belum memiliki akses ke internet di Amerika adalah karena berpikir internet adalah media yang rumit. Mereka juga berpikir mengoperasikan PC sama rumitnya dengan masuk ke internet. Ditambah lagi dengan harga PC relatif mahal dan belum tentu berguna untuk kebutuhan rumah tangga -- meski PC sekarang bisa melakukan apa saja termasuk melakukan komunikasi telepon dll. Survei tersebut juga mengatakan bahwa minat terhadap akses internet melalui pesawat TV (70%) lebih besar dibanding melalui PC. Itu sebabnya Microsoft membeli WebTV, perusahaan penyedia akses ke internet melalui pesawat TV, seharga US$425 juta untuk mengembangkan dan memasarkan layanannya.

WebTV Network Inc. didirikan pada 1995 oleh Steve Perlman, Bruce Leak dan Phil Goldman. Setelah dibeli Microsoft, kini perangkat WebTV diproduksi oleh beberapa perusahaan besar dunia yaitu, Sony Electronics, Philips Consumer Electronics Company, Pace Micro Technology, Mitsubishi Consumer Electronics America serta Hitachi Home Electronics.
Entah perusahaan mana di Indonesia yang akan bekerja sama dengan WebTV untuk menawarkan akses ke internet dengan pesawat TV. Kabar yang terdengar adalah beberapa perusahaan penyedia akses internet seperti Radnet yang akan menggalangnya.

WebTV tidak memerlukan jaringan telepon khusus, seperti jaringan kabel serat optik, namun cukup jaringan telepon koaksial. Dengan hanya menghidupkan pesawat TV dan set-top box (pesawat WebTV) secara otomatis akan tersambung ke jaringan informasi global internet. Tidak perlu proses dialing yang harus dilakukan jika menggunakan PC.

Set-top box ini juga siap dihubungkan dengan printer apa saja, sehingga isi suatu situs atau e-mail dapat dicetak. Selain dengan remote control yang berfungsi seperti mouse pada PC untuk menje lajahi internet, WebTV juga dilengkapi dengan keyboard untuk keperluan mengetik teks, misalnya untuk mengetik e-mail.

Setiap berlangganan WebTV akan tersedia 6 alamat e-mail gratis untuk satu keluarga. Dua untuk ayah dan ibu dan sisanya untuk anggota keluarga yang lain. Ditambah dengan program khusus di dalam set-top box untuk mencegah anak di bawah umur masuk ke dalam situs-situs terlarang.

Dengan harga perangkat yang lebih murah dari PC dan biaya berlangganan per bulan yang sama dengan abonemen akses internet melalui PC, tentu WebTV bakal memiliki peluang untuk menjaring kelompok konsumen yang selama ini tidak terjang kau oleh para penyedia akses internet melalui PC selama ini.

WebTV ini juga bakal mengubah kebiasaan orang-orang tertentu yang suka mengobrol, bergunjing, "ngerumpi" atau apa pun istilahnya yang dulu dilakukan misalnya melalui pesawat telepon. Dengan internet kebiasaan ini berubah menjadi kegiatan chatting (yang artinya ngobrol juga) yang kini tersedia di ribuan situs dan dengan ribuan topik pula. "Chatting" ini barangkali adalah satu sisi buruk atau sisi kurang produktif dari internet. Dewasa ini banyak karyawan di kantor-kantor yang kerap terjerumus saat jam kerja untuk melakukan "chatting".

Bagai pisau bermata dua, WebTV ini juga menawarkan kesempatan bagi mereka yang ingin menggali pengetahuan tambahan untuk seka dar kesenangan semata atau untuk hal-hal yang lebih serius seper ti mengambil program studi dari universitas terkenal di negara maju yang kini banyak tersedia di internet. Satu jam setiap hari di rumah selepas kerja tentu bisa besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia.

Pengembangan pesawat TV dan pendampingnya

Setelah bertahun-tahun orang cukup puas dengan TV hitam-putih, baru pada tahun 70-an orang mulai menganggap hanya yang berwarna sajalah yang bisa disebut sebagai TV yang memadai. Karenanya, WebTV boleh disebut sebagai perkembangan lebih lanjut dari perangkat tambahan bagi pesawat TV.

Kemudian muncul perangkat pendamping lain bagi pesawat TV, yaitu video cassete recorder (VCR) untuk merekam dan memutar acara TV dan film. Kemudian muncul juga remote control yang memudahkan kontrol terhadap pesawat TV dari jauh.
Ada juga printer khusus untuk mencetak gambar yang muncul di layar TV. Namun perangkat ini tidak sukses di pasaran karena kegunaannya yang tidak luas pada kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Teletext boleh disebut sebagai cikal bakal kebutuhan orang pada informasi yang lebih luas di TV. Pada Teletext kita bisa mendapatkan informasi yang disediakan oleh stasiun TV, dari daftar acara TV hingga jadwal penerbangan. Teletext kini menjadi kuno dan kurang memenuhi kebutuhan informasi yang semakin luas saja setelah layanan internet melalui PC tergelar di seluruh dunia.

Apalagi juga kini sudah tersedia layanan Pay TV yang lebih interaktif seperti yang ditawarkan oleh TV satelit atau TV multikanal yang ditransmisikan lewat jaringan kabel atau pemancar gelombang mikro. Dengan Pay TV ini kita dapat memesan film tertentu atau musik tertentu. Juga melakukan transaksi belanja atau perbankan, bahkan juga mengakses internet.

WebTV memang tidak bisa disebut telah menjadikan pesawat TV lebih interaktif, tetapi hanya memfungsikan pesawat TV menjadi monitor bagi set-top box yang menjadi alat untuk mengakses internet. Survei mengatakan bahwa akses ke internet telah dibatasi oleh anggapan atau asumsi bahwa mengoperasikan PC adalah suatu kerumi tan. Padahal akses ke internet selama ini hanya melalui PC saja.

Akhir 1996 lalu WebTV telah menghapus anggapan itu. Akses ke jaringan informasi global telah menjadi semudah mengoperasikan VCR bahkan untuk anak-anak dan ibu rumah tangga sekalipun yang gagap teknologi. Dalam bebera pa tahun mendatang, seorang anak di sebuah kota di Amerika akan bisa memiliki visi yang sama mengenai internet dengan seorang anak dari kota lain di dunia ini.

Jojo Rahardjo

No comments: