Saya politikus? Ha..ha..ha.. saya lebih suka disebut sastrawan mbeling yang memotret situasi di sekitar saya dalam bentuk tulisan....
Welcome to my blog, anyway!

Search This Blog

Friday, October 29, 2004

TV KABEL

Perkembangan Teknologi dan Programming pada TV Kabel

Media Indonesia, 14 Maret 1996 & 21 Maret 1996
Oleh: JoJo Rahardjo, Penulis bekerja di sebuah stasiun TV


Tidak seorang pun yang membayangkan bagaimana media bisa berkembang ke arah TV Kabel ketika Johannes Gutenberg menciptakan alat pencetak pertama. Media cetak kini berkembang seperti yang kita nikmati sekarang. Begitu juga ketika Alexander Graham Bell mencoba pesawat telepon pertamanya, bahwa kabel telepon kemudian bisa menyampaikan gambar hidup dan suara di pesawat televisi.

TV kabel di Amerika telah merubah sejarah media dalam dua decade ini. Dari sebuah jaringan kecil di sebuah kota kecil, kemudian berkembang menjadi jaringan multi nasional. Masing-masing melayani jutaan pelanggan. TV Kabel di Amerika merupakan media yang dinikmati lebih dari 60% rumah tangga. TV Kabel di masa depan adalah media bagi produk-produk informasi dan hiburan yang disampaikan melalui berbagai sistem ke rumah-rumah.

TV Kabel bermula pada tahun 1947, ketika seorang yang berhasil menangkap siaran TV dari kota lain dengan sebuah antena ditinggikan. Siaran TV tersebut kemudian dibagi-bagikan melalui kabel ke rumah-rumah dengan imbalan sedikit bayaran. Itulah awal siaran TV di sebuah kota kecil Amerika.

Awal industri siaran TV Kabel yang didapat dengan cara begini disebut CATV (Community Antenna Television). CATV berkembang lambat, hanya 14.000 rumah tangga yang tercatat sebagai pelanggan di 70 daerah (kota kecil). Baru pada tahun 1970, TV Kabel menjadi bagian dari hampir seluruh daerah masyarakat rural dan suburban, dan kemudian jaringan besar mulai dibuat di kota-kota besar.

Kini Industri TV Kabel di Amerika telah menjadi industri dengan nilai $15 milyar per tahun. Ini adalah perkembangan media yang paling sukses di antara media lain dalam dua dekade terakhir ini. Bahkan dalam masa resesi tahun 1990, TV Kabel tetap mendatangkan untung sementara media lain anjlok. Pada 1992 hanya 50 dari 9.400 perusahaan TV Kabel yang memiliki TV Kabel sistem sendiri. Kompetisi akan meningkat sejalan dengan modifikasi pada sistem yang digunakan TV Kabel. Sistem itu sekarang termasuk, fiber-optic circuit yang dioperasikan dengan jaringan telepon, dan siaran langsung dari satelit ke pesawat televisi (Direct Broadcasting Satelite).

Yang disebut TV Kable termasuk layanan informasi dan hiburan melalui jalur kabel khusus atau komunikasi telepon biasa (artinya melalui kabel-kabel telepon) , wireless (station pemancar yang berbeda alias lebih canggih dari pemancar TV biasa) dan Direct Broadcasting Satelites. Tidak seperti over the air TV (Pemancar TV biasa) , TV Kabel mengharuskan pemirsanya membayar apa yang ditontonnya, baik secara teratur (per bulan) atau per program yang ditonton atau biasa disebut PPV (Pay Per View). Itu sebabnya TV Kabel juga berarti digunakannya Decoder seperti yang dulu pernah digunakan oleh RCTI & yang digunakan oleh Indovision saat ini.

Pada tahun 60-an TV Kable di Amerika pertama kali memproduksi programnya sendiri. Sebelumnya hanya memancar-ulangkan siaran TV lain atau memutar program-program terekam. TV Kabel memulai memproduksi program pertamanya dengan informasi mengenai situasi kota, pertandingan olah raga di kota itu, atau hal-hal lain yang bersifat hiburan. Itu sebabnya sebagian besar TV Kabel di Amerika sampai saat ini sangat berbau lokal karena pada awalnya memang untuk satu komunitas yang terbatas. Meski dalam perkembangannya muncul TV Kabel yang bersifat multi nasional.

Pada tahun 1975, Satelit komunikasi Amerika sampai pada tahap di mana orang dapat memancarkan siaran TV dari mana saja dan ke mana saja. Ted Turner, yang saat itu bekerja sebagai advertising executive, melihat peluang untuk memajukan sebuah stasiun TV Kabel kecil bernama WTBS di Atlanta. Ted Turner menyewa saluran pada sebuah satelit dan menginformasikan kepada seluruh perusahaan TV Kable di Amerika, bahwa siaran WTBS dapat dipancar-ulangkan secara gratis. Mendadak ratusan TV Kabel kini mendapat tambahan program baru dari WTBS, dan WTBS kini memiliki jutaan pemirsa yang tentu saja juga menarik perhatian para pemasang iklan. Sejalan dengan bertambahnya pemirsa dan pemasukan dari iklan, WTBS mengembangkan program-program TV yang lebih menarik, seperti olah raga. Menurut Ted Turner, pada tahun 1977 penetrasi TV Kabel hanya 14 persen, setelah WTBS menggunakan satelit menjadi 55 persen pada tahun 1988. Empat kali lebih banyak dalam waktu sebelas tahun. Bersamaan dengan Ted Turner pada pertengahan tahun 70-an itu, Gerald Levin juga menawarkan HBO-nya kepada para TV Kabel. Sehingga pada tahun 1980 ada 1700 TV Kabel Lokal yang memancar-ulangkan siaran HBO.

Bisnis di seputar TV Kabel secara dramatik berubah. Para pelanggan TV Kabel yang semula hanya membayar bulanan untuk program-program lokal, kini boleh membayar tambahan jika ingin menikmati program-program lain, seperti dari HBO dan yang lainnya. Mulailah era Pay Per View (PPV). TV Kabel mendapat tambahan income dari program-program yang disediakan penyedia program seperti HBO, WTBS dan lainnya. Sementara itu penyedia program mendapat income dari pemasang iklan dan pelanggan secara tidak langsung melalui perusahaan TV Kabel. Begitu juga perusahaan pembuat program-program TV, misalnya Holywood, mulai sibuk berkreasi. Pada tahun 1993 ada ratusan penyedia program seperti HBO sebagai pemula. Di antaranya adalah Music Televison (MTV) yang sekarang dapat kita nikmati melalui ANTV. Beberapa penyedia program yang memiliki pemirsa terbanyak saat ini adalah HBO, ESPN, Discovery, TNT Cartoon Network, CNN, Showtime, The Movie Channel, dan Disney Channel.

TV Kabel juga menyumbang inovasi di bidang jurnalistik elektronik. Cable News Network (CNN) memeriahkan dimensi baru di bidang pemberitaan elektronik secara 24 jam dan international. Tahun 1992, sebelas negara Eropa tergabung dalam organisasi televisi mencoba menyaingi CNN melalui Euronews.

Persaingan antar TV Kabel di Amerika akan semakin sengit dengan munculnya teknologi baru di seputar stasiun TV. Digunakannya fibre-optic circuit oleh perusahaan telepon, wireless cable yang menggunakan microwave distribution system dan Direct Broadcasting Satelites adalah tiga macam teknologi baru yang akan memajukan mutu dan kwantitas program dari TV Kabel.

Wireless Cable System seperti disebutkan di atas memiliki keunggulan bagi TV Kabel baru yang akan didirikan. Biaya untuk mendirikan instalasinya lebih murah untuk jumlah pelanggan rata-rata. Hanya $600 per pelanggan dibandingkan dengan $3000 pada TV Kabel konvensional. Dengan demikian biaya langganan per bulan akan lebih murah dibanding dengan TV Kabel konvensional. Pengaruh Perkembangan TV Kabel bagi Indonesia

Melihat pesatnya perkembangan TV atau yang bergaya TV Kabel di Amerika ini tentu akan juga mempengaruhi Indonesia. Contoh paling nyata adalah hadirnya Indovision di Indonesia. Dulu, berapakah orang yang menyangka jika HBO, misalnya, akhirnya juga dinikmati di Indonesia, atau di pedalaman Afrika? Setelah enam tahun dilayani oleh TV swasta dengan sedikit produk lokal, lebih banyak produk asing, tentu sudah terang bagi kita bahwa program-program dari "luar" akan terus memikat pemirsa Indonesia.

Beberapa tahun yang lalu, TV berwarna masih merupakan barang mahal seperti TV hitam putih pada awalnya. Begitu juga peralatan seperti antena dan peralatan penangkap siaran satelit. Kelak antena tersebut menjadi relatif mudah dan murah sehingga siaran-siaran luar semakin mudah didapat. Pada saat itu bagaimanakah siaran lokal kita dibuat dan ditonton? Sudah tentu persaingan akan semakin keras!

Sebelum Indovision, siaran dari Amerika itu (HBO, CNN, dan lain-lain) memang bisa diterima melalui peralatan satelite receiver yang masuk dengan pesat ke Indonesia. Hanya bedanya, pengguna harus pandai menggunakan peralatannya, kalau tidak peralatannya akan berfungsi tidak maksimal. Dengan Indovision langkah-langkah untuk menangkap siaran-siaran dari Amerika itu menjadi lebih mudah, meski harus membayar secara teratur. Sementara itu siaran-siaran dari negeri-negeri lain seperti benua Australia (yang kini juga mulai dijangkiti TV Kabel), Eropa, Asia masih menunggu perusahaan seperti Indovision untuk dipancarluaskan di Indonesia.

Industri PPV di Amerika sedang mengarah kepada pengambilalihan perolehan untung yang didapat dari rental film (video tape atau laser disc). Karena orang Amerika membelanjakan $20 milyar setahun untuk rental film. Dengan teknologi yang terus dikembangkan, pelanggan TV Kabel (jenis PPV) dapat memperoleh film-film yang diingginkan hanya dari rumah, melalui kabel atau spektrum frekwensi radio (seperti siaran TV biasa). Pelanggan tidak harus keluar rumah & mengembalikan film yang sudah disaksikan. Quantum dari Time Warner di New York adalah perusahaan PPV yang paling maju dalam teknologi ini.
Di Orlando, Florida, Time Warner telah mengembangkan PPV yang sangat innovative sehingga bisa disebut sebagai Channelless TV atau on-demand TV. Pelanggan dapat memilih program menu yang "tidak terbatas". Pelanggan dapat menonton program yang diingginkannya dan pada jam berapa saja. Seperti diketahui, misalnya di Indonesia, jam tertentu menjadi jam dengan penonton tertentu pula. Contohnya, pada sore hari antara jam 17:00-18:00 penonton wanita lebih banyak dibanding dengan penonton pria. Sehingga pada jam itu lebih banyak program yang ditujukan buat wanita. Dengan Channelless TV ini penonton pria menjadi mungkin untuk memilih program yang disukainya pada jam itu hanya dari satu station saja. Teknologi ini dimungkinkan berkat kerjasama dengan perusahaan telephone US West yang telah menggunakan sebagian besar kabelnya dengan fibre-optic.

TV Kabel Baru di Indonesia

Tidak seperti yang dikira orang, Indonesia sebenarnya memiliki enam televisi swasta dan satu televisi pemerintah. TVRI dengan dua saluran, dan enam televisi swasta, RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar, dan terakhir Indovision. Beda Indovision dengan yang lain adalah karena memiliki sekaligus beberapa channel, yaitu: CNN, Discovery, TNT Cartoon Network, ESPN, dan HBO. Berarti Indovision ini TV yang menyiar dengan 100% program asing, padahal pemerintah "menghimbau" agar TV swasta untuk menyiar 20% asing dan 80% lokal. Dengan jumlah pelanggan yang kini 45.000, Indovision tidak dapat lagi disebut sebagai TV dengan pemirsa terbatas. Sebagai perbandingan, jumlah pemirsa RCTI paling tinggi hanya 10.000 dalam satu time slot. Berapa kira-kira pemirsa Indovision dalam satu time slot. Melihat angka-angka ini, apakah aturan 20:80 asing:lokal akan tetap akan diterapkan, meski kurang berpijak pada realita. Karena itu dari enam TV swasta tersebut hanya satu yang disebut TV Kabel di Indonesia, yaitu Indovision karena menuntut pembayaran jika ingin menikmati siarannya. Lima channel yang disediakannya berisi program yang langsung dipancarkan dari Amerika yang kemudian dipancarkan kembali melalui satelite yang disewa Indovision untuk dipancarkan kembali ke wilayah Indonesia.

Australia, salah satu negara dengan teknologi majunya, ternyata baru saja memasuki era Pay TV (TV Kabel) pada akhir tahun 1995 lalu. Dengan populasi sebesar 18.2 juta jiwa, ada 6.3 juta rumah yang memiliki televisi. Dari 6.3 juta rumah itu 80% memiliki Video Cassette Player, tetapi hanya 1% yang berlangganan Pay TV atau Multichannel Service. Dua perusahaan, Optus Vision dan VisionStream adalah perusahaan yang mengawali era Pay TV di Australia. VisionStream hasil kerjasama antara Rupert Murdoch Foxtel dan sebuah perusahaan telepon utama di Australia, Telstra. Melihat perkembangan baru ini, George Lawton, seorang pengamat teknologi komunikasi dari Amerika menulis di majalah International Cable edisi Desember 1995, ".... Initially, Australian consumers will be offered a greater choice of programming. But it will not be long before they're playing with the interactive services like video-on-demand and home shopping that are being touted as the future of the industry." Australia, segera akan menjadi bagian dari kemajuan siaran TV dengan sistem baru yang kini mengglobal.

TV Kabel yang kini sedang dibangun di Australia ini adalah sebuah bagian dari perkembangan peradaban manusia yang menjadi bagian dari era informasi seperti yang disebutkan oleh Alvin Tofler. Indonesia kini masuk pada era informasi dengan diawali oleh pesatnya pertumbuhan industri di segala sektor. Perusahaan penyiaran atau penyedia program televisi adalah salah satu pilihan dari sekian banyak industri. Perusahaan TV Kabel baru yang tengah dibangun belakangan ini telah menjadi isu yang ramai dibicarakan di kalangan orang-orang televisi. Siapakah mereka? Dari kelompok perusahaan manakah mereka? Multivision (bukan Indovision) dari Bimantara dan Lippo adalah satu TV Kabel yang April ini bakal menyiar. Sementara itu MGM (Metro Goldwyn Meyer) tengah mengintip peluang yang masih ada. Mari kita tunggu kehadiran TV-TV baru itu. Mari kita berharap agar Undang-undang Siaran kelak lebih berpijak pada hakikat televisi, sehingga tidak ada lagi aturan semacam SK Menpen No.111 itu.

JoJo Rahardjo

No comments: