Selamat mengorbit Satelit Cakrawarta 1. Semoga akan dan tetap berfungsi dengan baik. Lalu layanan apa yang bisa kita peroleh dari satelit ini?
Media Indonesia, 4 Desember 1997
Jojo Rahardjo, penulis bekerja di stasiun TV Swasta
Saat ini nampak bisnis dalam memberikan layanan satelit di berbagai tempat di dunia semakin diminati banyak orang. Dengan satelit banyak yang bisa diberikan kepada banyak orang, seperti layanan hiburan, komunikasi data, dan telekomunikasi. Khusus untuk layanan hiburan menurut SkyReport.Com perusahaan riset dan berita mengenai layanan satelit, saat ini ada 5,8 juta pelanggan Direct Broadcasting Satelite (DBS) dari sejumlah perusahaan DBS di seluruh dunia. Jumlah pelanggan terbesar dimiliki oleh DirecTV pelopor DBS dari Amerika. Pelanggan perusahaan yang memiliki 175 channel ini diperkirakan pada bulan ini akan mencapai 3 juta pelanggan. Kedua terbesar adalah PrimeStar dengan 1,8 juta pelanggan. Sisanya adalah USSB, DISH, dan lain-lain.
SIARAN TV SATELIT DIGITAL INDOVISION
DBS yang sering juga disebut DTH (Direct To Home) adalah siaran televisi yang ditangkap langsung dari satelit oleh antena televisi. DBS pertama kali dipancarkan dengan sistem analog seperti yang dilakukan oleh Indovision sebelum beralih ke digital. Pada saat itu antena yang digunakan harus besar dan dengan jumlah channel yang lebih sedikit. Sedangkan Digital DBS mampu menyediakan puluhan bahkan ratusan saluran dengan kualitas gambar seperti Laser Disc atau suara seperti Compac Disc, padahal ditangkap hanya dengan sebuah antena kecil saja. Sistem Digital ini telah dikembangkan dan dipasarkan dengan sukses sejak tahun 1994 di Amerika dan di bahagian lain di seluruh dunia. Peralatan yang harus dimiliki untuk menangkap siaran DBS yang digital itu sering disebut dengan DSS (Digital Satelite System). Meski demikian biaya instalasi di rumah pelanggan tidak lebih mahal dari biaya instalasi untuk siaran satelit dengan sistem sebelumnya.
Berbeda dengan peralatan penangkap siaran televisi satelit sebelumnya, Digital DBS hanya memerlukan antena piring yang besarnya bervariasi sebesar lebih kurang 18 inchi atau kurang dari 50 centimeter, tergantung pada merek pembuat peralatan DSS itu. Kecilnya antena piring ini dimungkinkan oleh penggunaan high power satelite yang menggunakan transponder Ku-band bukan C-band. PT Malicak untuk sistem Digital DBS Indovision baru saja meluncurkan satelit Cakrawarta 1 yang menyediakan transponder Ku-Band. Sebelum dengan Cakrawarta 1, Indovision menggunakan Satelit Palapa C2 yang memiliki beberapa transponder Ku-band. Dengan satelit Cakrawarta 1 ini Indovision pada akhir tahun1997 akan menyediakan 40 saluran digital. Kelak setelah seluruh satelit Cakrawarta diluncurkan Indovision akan menyediakan lebih dari 100 channel. Sementara itu dalam waktu dekat ini Layanan Indovision akan ditambah dengan beberapa layanan lain seperti akses ke internet melalui satelit atau Video on Demand atau juga disebut Pay Per View karena harus bayar untuk setiap satu tayangan yang ditonton. Selain antena piring untuk menangkap siaran digital DBS diperlukan dua alat lain: digital set-top decoder box dan sebuah remote control.
Dengan remote control pelanggan bisa mendapatkan fungsi on-screen menu untuk melacak dan memilih pilihan-pilihan acara yang tersedia. Pemirsa juga dapat memesan sajian pay per view dari ratusan pilihan film terbaik setiap saat diinginkan. Remote control juga digunakan untuk membatasi acara-acara yang bisa ditonton untuk mencegah anak-anak menonton acara orang dewasa misalnya.
PAY PER VIEW
Satu contoh Pay per View adalah rencanan ditayangkannya The Rolling Stones pada 12 December 1997 ini oleh DirecTV secara langsung. Pelanggan harus membayar seharga USD19.95. Kalau untuk film-film lepas biasanya harga satu filmnya adalah cuma USD1 saja, lebih murah dari yang ditawarkan oleh Pay TV lain atau dengan sistem distribusi melalui kabel. Pay Per View sekarang memang populer karena dirasakan lebih nyaman, karena tidak repot untuk keluar rumah jika menyewa melalui rental film. Setelah sekian tahun layanan Pay Per View di Amerika para pengusaha rental film mengeluh karena porsi pendapatan mereka telah diambil perusahaan penyedia layananan Pay Per View ini.
AKSES INTERNET
Jika anda adalah individual atau organisasi yang membutuhkan access internet secara serius tanpa mau mengalami delay atau menunggu lama ketika proses downloading tidak lama lagi anda akan dapat menikmati layanan DirectDuo melalui Indovision seperti yang disediakan DirecTV. DirecDuo adalah layanan TV Satelit dan sekaligus Internet Access melalui satelit. Kecepatan downloadnya luar biasa, mencapai 400 kbps, atau 28 kali lebih cepat dari modem rata-rata yang sekarang anda gunakan.
Di samping DirecDuo, DirecTV di Amerika juga menyediakan layanan terpisah hanya untuk akses ke internet dan layanan komunikasi data, yaitu DirectPC tanpa siaran TV atau disebut juga Turbo Internet Service seharga US$329.95. Karena kecepatannya yang tinggi, aplikasinya bisa sangat luas dari access ke internet biasa hingga untuk komunikasi data (mentransfer atau men-download file-file) dari satu tempat tempat lain. Biasanya layanan seperti ini digunakan oleh perusahaan misalnya Bank yang banyak mengkomunikasikan datanya dengan kantor cabang di daerah atau dengan partner bisnisnya.
HARGA PAKET LAYANAN TV SATELIT YANG DITAWARKAN
Untuk memberi gambaran mengenai perbandingan biaya berlangganan perbulan, Indovision dengan DirecTV di Amerika adalah seperti berikut.
Paket Platinum seharga US$ 47.99 untuk 75 channel ditambah dengan 25 specialty sports networks dan 14 commercial-free movie channels. Paket Gold seharga US$39.99 untuk 75 channel ditambah dengan 25 specialty sports networks. Paket Silver seharga 33.99 untuk 75 channel ditambah dengan 14 commercial-free movie channels. Paket Plus Encore seharga 33.99 untuk 75 channel ditambah dengan 8 Encore movie channels.
Masih ada paket-paket terpisah yang lebih murah yang ditawarkan oleh DirecTV Seperti misalnya Playboy TV seharga US$ 7,99 per 12 jam atau US$ 12,99 per bulan. Spice seharga US$ 5,99 per 90 menit untuk acara-acara primetime dari 24 network di antaranya ABC, NBC, CBS, FOX, PBS
PESAING BISNIS LAYANAN SATELIT
Teknologi layanan satelit berupa penyiaran televisi dan komunikasi data terus berkembang dengan cepat. Perusahaan penyedia siaran TV dan penyedia layanan komunikasi data terus berlomba-lomba untuk menggunakan teknologi terakhir. Wireless System yang telah berkembang beberapa tahun terakhir ini, sekarang mulai menggantikan kabel-kabel coaxial dan fibreoptic pada siaran TV dengan jaringan distribusi kabel (TV Kabel). Teknologi ini justru menurunkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dan pelanggan. Di Jakarta sebuah perusahaan patungan antara beberapa perusahaan besar dengan nama Multimedia Nusantara mencoba terjun ke dalam bisnis Pay TV dengan sistem distribusi melalui kabel. Sayang justru sistem ini yang sebenarnya memerlukan investasi lebih besar daripada sistem yang menggunakan teknologi wireless sistem yaitu sistem distribusi siaran kepada pelanggan melalui pemancaran gelombang mikro. Wireless System sekarang dengan teknologi digital compression bahkan mampu menyediakan channel lebih banyak seperti TV Satelit dibanding TV Kabel dengan sistem distribusi kabel.
Perusahaan Multimedia Nusantara saat ini harus menanam di dalam tanah atau membentangkan di antara tiang telpon atau listrik. Setelah kabel-kabel terpasang perusahaan harus memelihara kabel, dan suatu waktu nanti bahkan mengganti yang rusak dengan yang baru. Sedang pembangunan Wireless Cable, yang lebih instant, sederhana dan tidak akan terganggu apakah Wireless Cable berada di rural, urban atau sub-urban. Instalasi antenna, converter dan signal repeater, jauh lebih murah, sehingga Wireless Cable berarti low construction cost. Investasi pada instalasi (pembangunan) Wireless Cable akan lebih terkonsentrasi pada peralatan yang akan digunakan pelanggan bukan pada network yang dibuat perusahaan. Jadi investasi yang akan ditanam oleh perusahaan dihitung secara proporsional berdasarkan perkiraan calon pelanggan. Tidak berdasarkan daerah di mana kabel-kabel akan dibentangkan lebih dahulu sebelum pelanggan tertarik untuk menjadi pelanggan.
Dengan Wireless System hanya membutuhkan paling banyak US$ 2 juta di daerah urban untuk target pelanggan rata-rata. Ini karena investasi dikeluarkan hanya pada peralatan yang akan dimiliki/digunakan oleh pelanggan. Biaya ini hanya muncul jika sudah ada calon pelanggan. Namun pada sistem distribusi dengan membentangkan kabel, perusahaan harus investasi untuk jaringannya sebesar paling tidak 60 juta US$ sebelum mulai mencari pelanggan. Sejak akhir tahun 1995 wireless system telah dikenal sebagai siaran TV dengan kualitas Direct Broadcasting Satelite, namun dengan ongkos lebih murah dari TV Kabel. Beberapa pengamat memperkirakan pelahan TV Kabel konvensional akan ditinggalkan untuk beralih pada Wireless Cable karena beberapa kelebihannya. Sayang belum terdengar di Indonesia sistem ini akan digunakan oleh satu perusahaan Pay TV misalnya mengingat luasnya aplikasi yang bisa ditawarkan oleh sistem ini seluas yang ditawarkan oleh perusahaan layanan satelit.
Jojo Rahardjo
Friday, October 29, 2004
DI ERA DBS, TV SWASTA TERGUSUR?)
Media Indonesia, June 1996
JoJo Rahardjo, penulis bekerja di sebuah stasiun TV
Televisi sudah lama muncul sejak Vladamir Zworykin, seorang Amerika kelahiran Rusia, pada tahun 1923 menemukan Iconoscope, sebuah pesawat TV pertama. Kemudian pada tahun 1928 muncul stasiun TV pertama dengan acara yang terjadwal bernama WGY di Schenectady, New York.
Televisi terus berkembang hingga orang dapat menangkap siaran TV tidak hanya dari satu stasiun TV tetapi dari ratusan stasiun TV. Dimulai dengan antena kecil untuk menangkap siaran TV dari stasiun pemancar TV di Bumi, antena dan peralatan tambahannya berkembang ke antena piring (parabola) besar untuk menangkap siaran TV yang dipancarkan puluhan satelit di langit (menurut The Satellite’s Encyclopedia ada 1700 satelit untuk berbagai fungsi).
Sekarang siaran TV dari puluhan satelit itu bisa digabungkan pada satu atau beberapa satelit yang ditempatkan secara relatif berdekatan, seperti yang dilakukan oleh sebuah perusahaan TV satelit bernama DirecTV di Amerika dengan satelit DBS1, DBS2, dan DBS3. Arah antena piring di rumah-rumah tidak perlu lagi dipindah-pindahkan untuk menangkap siaran TV yang berbeda-beda.
DBS (DIRECT BROADCASTING SATELITE)
DBS atau sering juga disebut DTH (Direct To Home) adalah siaran televisi melalui satelit langsung ke pesawat televisi (melalui antena), seperti yang dilakukan oleh Indovision di Indonesia. DBS mampu menyediakan puluhan saluran. Pada pertengahan tahun 1994 di Amerika telah dikembangkan dan dipasarkan sistem DBS yang lebih baru yaitu sistem digital, sehingga siaran DBS kini bisa memilki kualitas gambar dan suara digital, juga saluran yang lebih banyak. Peralatan yang harus dimiliki untuk menangkap siaran DBS yang digital itu sering disebut dengan DSS (Digital Satelite System). Meski demikian biaya instalasi di rumah pelanggan tidak lebih mahal dari biaya instalasi untuk siaran satelit dengan sistem sebelumnya.
Berbeda dengan peralatan penangkap siaran televisi satelit sebelumnya, sistem DSS hanya memerlukan antena piring sebesar 18 inchi atau kurang dari 50 centimeter. Ini dimungkinkan oleh adanya high power satelite yang menggunakan transponder Ku-band bukan C-band. Indovision adalah contoh televisi satelit yang menggunakan transponder C-band.
Untuk menangkap siaran digital DBS hanya diperlukan tiga alat: antena piring dengan diameter 18 inchi, digital set-top decoder box dan sebuah remote control. Saat ini peralatan DSS yang dikenal luas dibuat oleh perusahaan Thomson Consumer Electronics dengan merek-merek RCA, GE dan juga dibuat oleh Sony Electronics Corp. Sementara itu ada tiga perusahaan televisi penyedia siaran digital DBS yang menonjol di Amerika yaitu, DirecTV, USSB, dan Primestar.
Dengan remote control pelanggan bisa mendapatkan fungsi on-screen menu untuk melacak dan memilih pilihan-pilihan acara. Pemirsa juga dapat memesan sajian pay per view dari ratusan pilihan film terbaik setiap saat diinginkan. Pay per view ini hanya dibayar setiap akhir bulan oleh pemirsa jika pemirsa memang memesan sajian pay per view. Remote control juga digunakan untuk membatasi acara-acara yang bisa ditonton untuk mencegah anak-anak menonton acara orang dewasa misalnya.
Pada tahun 1997 Indovision bekerjasama dengan DirecTV/Thomson Consumer Electronics akan menyediakan 40 saluran TV digital, dan pada tahun 1999 akan menjadi 100 saluran. Pusat penyiaran DirecTV terletak di Castle Rock, Colorado, memiliki fasilitas broadcast yang sepenuhnya digital. DirecTV adalah salah satu TV broadcast yang memiliki peralatan transmission tercanggih yang pernah dibuat di seluruh dunia. Pusat penyiaran ini dilengkapi dengan delapan satelit penerima (penerima program dari stasiun TV lain) dan empat satelit pengirim (pengirim program ke satelit DBS yang akan dipancarkan kembali ke Bumi). Indovision tentu tidak akan membangun pusat penyiaran seperti yang sudah dibangun DirecTV ini. Investasi yang akan dikeluarkan akan begitu besar, sehingga membangun pusat penyiaran digital DBS akan menjadi mubazir, ketika Indovision dapat mentransfer sinyal DirecTV untuk dipancarkan kembali ke wilayah Indonesia dan sebagian wilayah Asean lewat satelit Indostar-1, 2 dan 3.
Acara-acara DirecTV diperoleh dari kerjasama dengan perusahaan siaran televisi jenis lainnya. Acara-acara itu ditransfer melalui satelit, kabel dan sistem pemancar lain, juga melalui koleksi film dalam berbagai format. Seluruh acara ini dipampatkan secara digital (digital compressed) untuk ditransmisikan ke satelit DBS. Selanjutnya satelit ini memancarkan kembali sinyal yang diterimanya kembali ke bumi sehingga bisa ditangkap langsung oleh antena 18 inchi (tentu dengan decoder atau peralatan receiver khusus DSS seperti sudah disebut sebelumnya).
Peralatan DSS sangat mudah dipasang. Antenanya dapat diletakkan pada hampir semua tempat sepanjang posisinya dapat menghadap langsung ke arah di mana satelit DBS berada. Petunjuk sinyal dan letak satelit dapat tersaji di televisi sehingga memudahkan penempatan antena. Seluruh acara yang tersedia dari pelbagai belahan dunia itu terpusat hanya pada satu arah di langit, sehingga tidak perlu merubah-rubah arah antena.
APA YANG TERSEDIA PADA TV SATELIT DIGITAL?
100 saluran yang akan disediakan oleh Indovision termasuk di dalamnya beberapa saluran khusus musik dengan kualitas digital tanpa gangguan. Pelanggan mungkin tidak perlu lagi mencoba menangkap siaran TV dari satelit lain-lain, karena mungkin sudah tercakup dalam 100 saluran itu.
Pemilihan acara dibuat mudah dengan pengkategorian. Setiap acara dimasukan dalam kategori tertentu, seperti film, olahraga, serial, quiz dan lain-lain. Setiap kategori dipecah lagi menjadi sub-kategori. Olahraga misalnya, golf, sepakbola, tennis dan lain-lain. Menunya juga bisa digunakan untuk melacak acara-acara berdasarkan waktu tayangnya.
Peralatan DSS harus dihubungkan dengan jalur telepon untuk memesan materi pay per view, dan mencatat biaya-biaya yang timbul dari kegiatan DSS ini tanpa dikenakan biaya telepon bahkan ketika telepon digunakan untuk berbicara dengan nomor telepon yang lain. Semua dilakukan hanya melalui remote control. Peralatan decoder lah yang akan meneruskan perintah-perintah dari remote control melalui jalur telepon kepada pusat penyiaran DBS. Meski demikian DSS tetap bisa berfungsi tanpa jalur telepon.
Di Amerika saat ini, harga peralatan DSS dari berbagai merek untuk menangkap siaran TV digital rata-rata berkisar antara USD 499 (basic unit) hingga USD 949 untuk advance unit yang bisa digunakan untuk beberapa pesawat TV dan saluran sekaligus dalam waktu yang sama, juga termasuk remote control yang dilengkapi dengan joystick. Peralatan ini disediakan oleh semua toko peralatan elektronik.
Pada tahun 1996 ini beberapa perusahaan mulai ikut memproduksi peralatan DSS seperti Matsushita Electric Corporation of America (MECA), Thosiba America Consumer Products, Inc., Uniden America Corporation, Hughes Network System, Samsung Electronics Co. Ltd., Sanyo Electronic Co., Ltd. dan Daewoo Electronics Co., Ltd., dan beberapa perusahaan lain.
Sony menawarkan tiga model peralatan DSS: 1. opening price model (USD 749), 2. step-up model (USD 849), 3. deluxe model (USD 949). Opening price model terdiri dari 18 inchi antena, digital set-top receiver (decoder), output untuk audio/video, dan sebuah remote control. Step-up system model sama dengan opening price model ditambah dengan dua output untuk audio/video untuk dua set-top receiver box (decoder) sehingga bisa menerima dua saluran yang berbeda untuk dua pesawat tv yang berbeda. Deluxe model terdiri dari dua output dari antena, tiga output untuk audio/video, output untuk lowspeed data (non-video data), joystick universal remote commander, dan peralatan tambahan lain. RCA menawarkan dua model peralatan DSS, basic model (USD 499) dan deluxe model (USD 799). Basic model terdiri dari 18 inchi antena, digital set-top receiver (decoder), dan remote control. Deluxe model terdiri dari 18 inchi antena dengan dua output, digital set-top receiver, dan universal remote control
Dibandingkan dengan beberapa produk inovatif yang pernah muncul beberapa tahun lalu, peralatan DSS telah menjadi peralatan yang laku lebih cepat dibanding dengan penjualan produk sebelumnya seperti, TV berwarna, CD Player, dan VCR.
DSS SEBAGAI HOME ENTERTAINMENT DAN JARINGAN KOMUNIKASI DATA.
Sebelum dipancarkan semua program yang disimpan dalam video tape diproses melalui pasca produksi yang canggih untuk menjaga kualitas suara dan gambar. Video tape itu ditempatkan dalam Flexicard Robotic Tape Handling Systems untuk diputar-ulang (play-back) berdasarkan perintah yang terkomputerisasi. Pengelolaan informasi gambar menggunakan teknologi MPEG-2, juga menggunakan digital video compression untuk men-transmisi-kannya. DSS dapat digunakan juga untuk aplikasi jaringan komunikasi data, bahkan sangat compatible dengan teknologi layar lebar 16X9 dan High Definition Television (HDTV) yang sedang dikembangkan.
DirecTV dipancarkan oleh tiga satelit (DBS-1, DBS-2, dan DBS-3). DBS-1 memiliki 16 transponder Ku-band berkekuatan 120 watt, DBS-2 dan DBS-3 memiliki masing-masing 8 transsponder Ku-band berkekuatan masing-masing 240 watt. Tiga satelit ini ditempatkan di satu lokasi yang berdekatan sehingga tidak memerlukan perubahan-perubahan arah antena, cukup ke satu arah.
Satelite Palapa C2 yang diluncurkan baru-baru ini sebenarnya memiliki kapasitas untuk memancarkan siaran Digital DBS TV, karena memiliki 4 transponder Ku-band, begitu juga dengan Palapa C1 sebelumnya. Sedangkan Satelite Indostar-1, Indostar-2, dan Indostar-3 yang akan diluncurkan oleh PT. Malicak, masing-masing memiliki transponder Ku-band sehingga memiliki kemampuan untuk memancarkan siaran televisi digital.
DBS-1 yang digunakan DirecTV dapat mengirim 23 juta bits informasi dalam satu detik ke bumi, 2000 kali lebih cepat dari sebuah kecepatan PC modem normal mengirim informasi lewat jalur telepon. DBS-2 dan DBS-3 lebih cepat lagi, sekitar 30 juta bits setiap detik. Dengan peralatan tambahan yang dihubungkan ke PC, jaringan informasi Internasional Internet bisa di-access dari DBS, sehingga kecepatan down-load-nya menjadi fantastis dibanding dengan yang sekarang dilakukan melalui jaringan telepon.
MASA DEPAN TELEVISI SWASTA DI INDONESIA
Di Amerika televisi semacam lima televisi swasta di Indonesia telah lama ditinggalkan oleh para pelaku bisnis. Yang berkembang sekarang adalah telivisi dengan target audience yang sangat khusus seperti pada jenis pay TV. Misalnya televisi khusus olahraga, berita, film dan lain-lain. Mereka selalu berlomba-lomba untuk menggunakan teknologi terakhir. Wireless Cable yang baru saja dikembangkan dan dipasarkan beberapa tahun terakhir ini, sekarang terlihat mulai menggantikan kabel-kabel coaxial pada TV dengan jaringan distribusi kabel (TV Kabel). Teknologi ini malah menurunkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dan pelanggan. Begitu juga sekarang orang berlomba-lomba untuk bergabung dengan teknologi siaran satelit dengan sistem digital, karena dengan biaya yang tidak lebih mahal bisa mendapatkan mutu gambar dan suara yang lebih baik. Investasi yang dikeluarkan di sektor ini membengkak dengan cepat. USSB, salah satu televisi satelit digital misalnya, telah menetapkan anggaran sebesar 50 juta USD pada tahun 1996 ini untuk mempromosikan USSB lewat berbagai cara termasuk lewat Internet. Dan menurut Mary Pat Ryan senior vice president of Marketing USSB, peralatan DSS telah terjual sebanyak 1.3 juta unit dalam satu setengah tahun terakhir ini. DSS telah menjadi produk home entertainment dengan pertumbuhan paling cepat. Sementara itu Canada juga tidak mau ketinggalan dengan membangun Digital DBS TV bernama Expressvu.
Indovision, satu-satunya televisi satelit Di Indonesia, akan segera beralih dari TV satelit biasa dengan 5 saluran ke siaran televisi satelit digital dengan 100 saluran. Dengan biaya kira-kira kurang dari 1 juta Rupiah untuk peralatan berlangganan mungkinkah Indovision nanti bakal menganggu bisnis 5 stasiun TV swasta yang ada sekarang? Sekedar gambaran perkiraan biaya berlangganan nanti di Indonesia, DirecTV di Amerika menawarkan paket berlangganan dimulai dari USD 5.95 per bulan sampai dengan USD 44.95 per bulan. Besar kemungkinannya lima televisi swasta kita akan menjadi pelengkap televisi satelit digital ini. Lima TV swasta itu akan bisa termasuk dalam 100 saluran Indovision.
Indonesia akan menjadi negara ke-2 di Asia setelah Jepang yang memiliki TV Digital. Indovision akan dipancarkan ke seluruh wilayah Indonesia dan sebagian wilayah Asia. Lalu apakah usaha penambahan antena pemancar beberapa TV swasta belakangan ini menjadi mubazir? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Tergantung pada beberapa besar biaya yang harus dikeluarkan TV swasta jika bekerjasama dengan Indovision untuk ikut disiarkan pada 100 salurannya dan bagaimana pertumbuhan pelanggan Indovision kelak! Lagipula, pemirsa dengan pesawat TV dan antena sederhana di Indonesia masih tetap akan menjadi target yang menarik bagi lima TV swasta dan para pengiklan untuk beberapa dekade lagi.
Apa yang akan terjadi setelah Indovision menjadi 100 saluran digital memang bisa diperdebatkan panjang lebar. Yang jelas dalam jangka panjang industri televisi dengan mengandalkan teknologi terbaru memang sangat menggiurkan banyak pengusaha.
JoJo Rahardjo
JoJo Rahardjo, penulis bekerja di sebuah stasiun TV
Televisi sudah lama muncul sejak Vladamir Zworykin, seorang Amerika kelahiran Rusia, pada tahun 1923 menemukan Iconoscope, sebuah pesawat TV pertama. Kemudian pada tahun 1928 muncul stasiun TV pertama dengan acara yang terjadwal bernama WGY di Schenectady, New York.
Televisi terus berkembang hingga orang dapat menangkap siaran TV tidak hanya dari satu stasiun TV tetapi dari ratusan stasiun TV. Dimulai dengan antena kecil untuk menangkap siaran TV dari stasiun pemancar TV di Bumi, antena dan peralatan tambahannya berkembang ke antena piring (parabola) besar untuk menangkap siaran TV yang dipancarkan puluhan satelit di langit (menurut The Satellite’s Encyclopedia ada 1700 satelit untuk berbagai fungsi).
Sekarang siaran TV dari puluhan satelit itu bisa digabungkan pada satu atau beberapa satelit yang ditempatkan secara relatif berdekatan, seperti yang dilakukan oleh sebuah perusahaan TV satelit bernama DirecTV di Amerika dengan satelit DBS1, DBS2, dan DBS3. Arah antena piring di rumah-rumah tidak perlu lagi dipindah-pindahkan untuk menangkap siaran TV yang berbeda-beda.
DBS (DIRECT BROADCASTING SATELITE)
DBS atau sering juga disebut DTH (Direct To Home) adalah siaran televisi melalui satelit langsung ke pesawat televisi (melalui antena), seperti yang dilakukan oleh Indovision di Indonesia. DBS mampu menyediakan puluhan saluran. Pada pertengahan tahun 1994 di Amerika telah dikembangkan dan dipasarkan sistem DBS yang lebih baru yaitu sistem digital, sehingga siaran DBS kini bisa memilki kualitas gambar dan suara digital, juga saluran yang lebih banyak. Peralatan yang harus dimiliki untuk menangkap siaran DBS yang digital itu sering disebut dengan DSS (Digital Satelite System). Meski demikian biaya instalasi di rumah pelanggan tidak lebih mahal dari biaya instalasi untuk siaran satelit dengan sistem sebelumnya.
Berbeda dengan peralatan penangkap siaran televisi satelit sebelumnya, sistem DSS hanya memerlukan antena piring sebesar 18 inchi atau kurang dari 50 centimeter. Ini dimungkinkan oleh adanya high power satelite yang menggunakan transponder Ku-band bukan C-band. Indovision adalah contoh televisi satelit yang menggunakan transponder C-band.
Untuk menangkap siaran digital DBS hanya diperlukan tiga alat: antena piring dengan diameter 18 inchi, digital set-top decoder box dan sebuah remote control. Saat ini peralatan DSS yang dikenal luas dibuat oleh perusahaan Thomson Consumer Electronics dengan merek-merek RCA, GE dan juga dibuat oleh Sony Electronics Corp. Sementara itu ada tiga perusahaan televisi penyedia siaran digital DBS yang menonjol di Amerika yaitu, DirecTV, USSB, dan Primestar.
Dengan remote control pelanggan bisa mendapatkan fungsi on-screen menu untuk melacak dan memilih pilihan-pilihan acara. Pemirsa juga dapat memesan sajian pay per view dari ratusan pilihan film terbaik setiap saat diinginkan. Pay per view ini hanya dibayar setiap akhir bulan oleh pemirsa jika pemirsa memang memesan sajian pay per view. Remote control juga digunakan untuk membatasi acara-acara yang bisa ditonton untuk mencegah anak-anak menonton acara orang dewasa misalnya.
Pada tahun 1997 Indovision bekerjasama dengan DirecTV/Thomson Consumer Electronics akan menyediakan 40 saluran TV digital, dan pada tahun 1999 akan menjadi 100 saluran. Pusat penyiaran DirecTV terletak di Castle Rock, Colorado, memiliki fasilitas broadcast yang sepenuhnya digital. DirecTV adalah salah satu TV broadcast yang memiliki peralatan transmission tercanggih yang pernah dibuat di seluruh dunia. Pusat penyiaran ini dilengkapi dengan delapan satelit penerima (penerima program dari stasiun TV lain) dan empat satelit pengirim (pengirim program ke satelit DBS yang akan dipancarkan kembali ke Bumi). Indovision tentu tidak akan membangun pusat penyiaran seperti yang sudah dibangun DirecTV ini. Investasi yang akan dikeluarkan akan begitu besar, sehingga membangun pusat penyiaran digital DBS akan menjadi mubazir, ketika Indovision dapat mentransfer sinyal DirecTV untuk dipancarkan kembali ke wilayah Indonesia dan sebagian wilayah Asean lewat satelit Indostar-1, 2 dan 3.
Acara-acara DirecTV diperoleh dari kerjasama dengan perusahaan siaran televisi jenis lainnya. Acara-acara itu ditransfer melalui satelit, kabel dan sistem pemancar lain, juga melalui koleksi film dalam berbagai format. Seluruh acara ini dipampatkan secara digital (digital compressed) untuk ditransmisikan ke satelit DBS. Selanjutnya satelit ini memancarkan kembali sinyal yang diterimanya kembali ke bumi sehingga bisa ditangkap langsung oleh antena 18 inchi (tentu dengan decoder atau peralatan receiver khusus DSS seperti sudah disebut sebelumnya).
Peralatan DSS sangat mudah dipasang. Antenanya dapat diletakkan pada hampir semua tempat sepanjang posisinya dapat menghadap langsung ke arah di mana satelit DBS berada. Petunjuk sinyal dan letak satelit dapat tersaji di televisi sehingga memudahkan penempatan antena. Seluruh acara yang tersedia dari pelbagai belahan dunia itu terpusat hanya pada satu arah di langit, sehingga tidak perlu merubah-rubah arah antena.
APA YANG TERSEDIA PADA TV SATELIT DIGITAL?
100 saluran yang akan disediakan oleh Indovision termasuk di dalamnya beberapa saluran khusus musik dengan kualitas digital tanpa gangguan. Pelanggan mungkin tidak perlu lagi mencoba menangkap siaran TV dari satelit lain-lain, karena mungkin sudah tercakup dalam 100 saluran itu.
Pemilihan acara dibuat mudah dengan pengkategorian. Setiap acara dimasukan dalam kategori tertentu, seperti film, olahraga, serial, quiz dan lain-lain. Setiap kategori dipecah lagi menjadi sub-kategori. Olahraga misalnya, golf, sepakbola, tennis dan lain-lain. Menunya juga bisa digunakan untuk melacak acara-acara berdasarkan waktu tayangnya.
Peralatan DSS harus dihubungkan dengan jalur telepon untuk memesan materi pay per view, dan mencatat biaya-biaya yang timbul dari kegiatan DSS ini tanpa dikenakan biaya telepon bahkan ketika telepon digunakan untuk berbicara dengan nomor telepon yang lain. Semua dilakukan hanya melalui remote control. Peralatan decoder lah yang akan meneruskan perintah-perintah dari remote control melalui jalur telepon kepada pusat penyiaran DBS. Meski demikian DSS tetap bisa berfungsi tanpa jalur telepon.
Di Amerika saat ini, harga peralatan DSS dari berbagai merek untuk menangkap siaran TV digital rata-rata berkisar antara USD 499 (basic unit) hingga USD 949 untuk advance unit yang bisa digunakan untuk beberapa pesawat TV dan saluran sekaligus dalam waktu yang sama, juga termasuk remote control yang dilengkapi dengan joystick. Peralatan ini disediakan oleh semua toko peralatan elektronik.
Pada tahun 1996 ini beberapa perusahaan mulai ikut memproduksi peralatan DSS seperti Matsushita Electric Corporation of America (MECA), Thosiba America Consumer Products, Inc., Uniden America Corporation, Hughes Network System, Samsung Electronics Co. Ltd., Sanyo Electronic Co., Ltd. dan Daewoo Electronics Co., Ltd., dan beberapa perusahaan lain.
Sony menawarkan tiga model peralatan DSS: 1. opening price model (USD 749), 2. step-up model (USD 849), 3. deluxe model (USD 949). Opening price model terdiri dari 18 inchi antena, digital set-top receiver (decoder), output untuk audio/video, dan sebuah remote control. Step-up system model sama dengan opening price model ditambah dengan dua output untuk audio/video untuk dua set-top receiver box (decoder) sehingga bisa menerima dua saluran yang berbeda untuk dua pesawat tv yang berbeda. Deluxe model terdiri dari dua output dari antena, tiga output untuk audio/video, output untuk lowspeed data (non-video data), joystick universal remote commander, dan peralatan tambahan lain. RCA menawarkan dua model peralatan DSS, basic model (USD 499) dan deluxe model (USD 799). Basic model terdiri dari 18 inchi antena, digital set-top receiver (decoder), dan remote control. Deluxe model terdiri dari 18 inchi antena dengan dua output, digital set-top receiver, dan universal remote control
Dibandingkan dengan beberapa produk inovatif yang pernah muncul beberapa tahun lalu, peralatan DSS telah menjadi peralatan yang laku lebih cepat dibanding dengan penjualan produk sebelumnya seperti, TV berwarna, CD Player, dan VCR.
DSS SEBAGAI HOME ENTERTAINMENT DAN JARINGAN KOMUNIKASI DATA.
Sebelum dipancarkan semua program yang disimpan dalam video tape diproses melalui pasca produksi yang canggih untuk menjaga kualitas suara dan gambar. Video tape itu ditempatkan dalam Flexicard Robotic Tape Handling Systems untuk diputar-ulang (play-back) berdasarkan perintah yang terkomputerisasi. Pengelolaan informasi gambar menggunakan teknologi MPEG-2, juga menggunakan digital video compression untuk men-transmisi-kannya. DSS dapat digunakan juga untuk aplikasi jaringan komunikasi data, bahkan sangat compatible dengan teknologi layar lebar 16X9 dan High Definition Television (HDTV) yang sedang dikembangkan.
DirecTV dipancarkan oleh tiga satelit (DBS-1, DBS-2, dan DBS-3). DBS-1 memiliki 16 transponder Ku-band berkekuatan 120 watt, DBS-2 dan DBS-3 memiliki masing-masing 8 transsponder Ku-band berkekuatan masing-masing 240 watt. Tiga satelit ini ditempatkan di satu lokasi yang berdekatan sehingga tidak memerlukan perubahan-perubahan arah antena, cukup ke satu arah.
Satelite Palapa C2 yang diluncurkan baru-baru ini sebenarnya memiliki kapasitas untuk memancarkan siaran Digital DBS TV, karena memiliki 4 transponder Ku-band, begitu juga dengan Palapa C1 sebelumnya. Sedangkan Satelite Indostar-1, Indostar-2, dan Indostar-3 yang akan diluncurkan oleh PT. Malicak, masing-masing memiliki transponder Ku-band sehingga memiliki kemampuan untuk memancarkan siaran televisi digital.
DBS-1 yang digunakan DirecTV dapat mengirim 23 juta bits informasi dalam satu detik ke bumi, 2000 kali lebih cepat dari sebuah kecepatan PC modem normal mengirim informasi lewat jalur telepon. DBS-2 dan DBS-3 lebih cepat lagi, sekitar 30 juta bits setiap detik. Dengan peralatan tambahan yang dihubungkan ke PC, jaringan informasi Internasional Internet bisa di-access dari DBS, sehingga kecepatan down-load-nya menjadi fantastis dibanding dengan yang sekarang dilakukan melalui jaringan telepon.
MASA DEPAN TELEVISI SWASTA DI INDONESIA
Di Amerika televisi semacam lima televisi swasta di Indonesia telah lama ditinggalkan oleh para pelaku bisnis. Yang berkembang sekarang adalah telivisi dengan target audience yang sangat khusus seperti pada jenis pay TV. Misalnya televisi khusus olahraga, berita, film dan lain-lain. Mereka selalu berlomba-lomba untuk menggunakan teknologi terakhir. Wireless Cable yang baru saja dikembangkan dan dipasarkan beberapa tahun terakhir ini, sekarang terlihat mulai menggantikan kabel-kabel coaxial pada TV dengan jaringan distribusi kabel (TV Kabel). Teknologi ini malah menurunkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dan pelanggan. Begitu juga sekarang orang berlomba-lomba untuk bergabung dengan teknologi siaran satelit dengan sistem digital, karena dengan biaya yang tidak lebih mahal bisa mendapatkan mutu gambar dan suara yang lebih baik. Investasi yang dikeluarkan di sektor ini membengkak dengan cepat. USSB, salah satu televisi satelit digital misalnya, telah menetapkan anggaran sebesar 50 juta USD pada tahun 1996 ini untuk mempromosikan USSB lewat berbagai cara termasuk lewat Internet. Dan menurut Mary Pat Ryan senior vice president of Marketing USSB, peralatan DSS telah terjual sebanyak 1.3 juta unit dalam satu setengah tahun terakhir ini. DSS telah menjadi produk home entertainment dengan pertumbuhan paling cepat. Sementara itu Canada juga tidak mau ketinggalan dengan membangun Digital DBS TV bernama Expressvu.
Indovision, satu-satunya televisi satelit Di Indonesia, akan segera beralih dari TV satelit biasa dengan 5 saluran ke siaran televisi satelit digital dengan 100 saluran. Dengan biaya kira-kira kurang dari 1 juta Rupiah untuk peralatan berlangganan mungkinkah Indovision nanti bakal menganggu bisnis 5 stasiun TV swasta yang ada sekarang? Sekedar gambaran perkiraan biaya berlangganan nanti di Indonesia, DirecTV di Amerika menawarkan paket berlangganan dimulai dari USD 5.95 per bulan sampai dengan USD 44.95 per bulan. Besar kemungkinannya lima televisi swasta kita akan menjadi pelengkap televisi satelit digital ini. Lima TV swasta itu akan bisa termasuk dalam 100 saluran Indovision.
Indonesia akan menjadi negara ke-2 di Asia setelah Jepang yang memiliki TV Digital. Indovision akan dipancarkan ke seluruh wilayah Indonesia dan sebagian wilayah Asia. Lalu apakah usaha penambahan antena pemancar beberapa TV swasta belakangan ini menjadi mubazir? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Tergantung pada beberapa besar biaya yang harus dikeluarkan TV swasta jika bekerjasama dengan Indovision untuk ikut disiarkan pada 100 salurannya dan bagaimana pertumbuhan pelanggan Indovision kelak! Lagipula, pemirsa dengan pesawat TV dan antena sederhana di Indonesia masih tetap akan menjadi target yang menarik bagi lima TV swasta dan para pengiklan untuk beberapa dekade lagi.
Apa yang akan terjadi setelah Indovision menjadi 100 saluran digital memang bisa diperdebatkan panjang lebar. Yang jelas dalam jangka panjang industri televisi dengan mengandalkan teknologi terbaru memang sangat menggiurkan banyak pengusaha.
JoJo Rahardjo
ERA PAY TV DI INDONESIA
TV Kabel Atau Pay TV?
Media Indonesia, 18 April 1996
Oleh: JoJo Rahardjo, Penulis bekerja di sebuah stasiun TV
PT Malicak kini ramai dibicarakan di media cetak, karena dalam tiga tahun terakhir ini telah meluncurkan dua perusahaan Pay TV di Indonesia. Dua perusahaan Pay TV itu adalah Indovision dan Multivision yang mengawali era Pay TV di Indonesia. Indovision dengan sistem siaran satelit langsung dan Multivision dengan sistem siaran TV dengan sistem distribusi siarannya melalui kabel. Barangkali ini berkaitan dengan pertumbuhan industri Pay TV di seluruh dunia yang di Amerika penetrasi Pay TV sudah mencapai 60% dan nilainya mencapai US$ 15 milyar setahun.
Sebenarnya masih ada beberapa sistem seputar penyiaran TV yang terus dikembangkan saat ini. Teknologi penyiaran Pay TV (bukan siaran TV biasa) adalah yang sekarang ini terus dikembangkan dibandingkan dengan teknologi penyiaran TV biasa. Teknologi ini akan mendapatkan pesaing yang lebih kuat, yaitu dari dua sistem yang belakangan ini terus dikembangkan dan menjadi populer dalam industri Pay TV, yaitu Direct Broadcasting Satelite dan Wireless Cable.
TV Kabel Atau Pay TV?
Di harian ini beberapa waktu yang lalu muncul tulisan saya mengenai Televisi Kabel untuk membahas/menyambut datangnya era TV Kabel di Indonesia. Kemudian setelah itu pada beberapa berita dan tulisan mengenai TV Kabel berkembang beberapa terminologi yang mungkin dapat membingungkan pembaca yang baru memperhatikan perkembangan industri penyiaran acara televisi dari luar Indonesia. Misalnya mengenai sebutan TV Kabel . Peter Gontha, sang pelopor industri TV di Indonesia, menolak untuk menyebut Indovision-nya sebagai TV Kabel. Memang Indovision sejak awal telah dipasarkan dengan nama televisi satelit. Peter Gontha lebih suka menyebut dua sistem TV-nya sebagai Pay TV, sebutan yang sebenarnya lebih tepat dan tidak menimbulkan kerancuan. Dua-duanya, baik Indovision dan Multivision adalah televisi yang untuk menikmati siarannya harus dengan membayar (pay) secara teratur. Pada tulisan-tulisan di media cetak dan buku-buku pun kadang menyebut Pay TV dan kadang menyebut Cable TV untuk satu hal yang sama. Wilson Dizard seorang pakar komunikasi dari Amerika dalam bukunya Old Media New Media juga tidak menyebut dengan Pay TV tetapi dengan Cable TV. Ini karena awalnya semua siaran televisi yang bukan disiarkan dengan cara yang biasa disebut dengan TV Kabel, meski tidak menggunakan kabel untuk pendistribusian siarannya, seperti pada siaran TV dengan signal yang diacak (awal RCTI).
Untuk tidak membingungkan, saya ingin Indonesia (yang baru berangkat menapaki industri siaran televisi) menyikapi Indovision, Multivision dan beberapa perusahaan lain yang akan muncul dengan menyebutnya sebagai PAY TV , apa pun sistem yang digunakannya, baik dengan sistem siaran satelit, siaran dengan distribusi kabel atau siaran dengan sistem Multichannel Microwave Distribution Sistem (biasa juga disebut dengan Wireless Cable).
Wireless Cable dan Direct Broadcasting Satelite Pada Industri Pay TV
Ada dua sistem yang sekarang populer digunakan oleh industri Pay TV di banyak negara. Sistem itu adalah Wireless Cable (WC) dan Direct Broadcasting Satelite (DBS). Wireless Cable saat ini memiliki pelanggan sebanyak 750 ribu di Amerika dan kira-kira ada 3 juta lagi tersebar di luar Amerika. Diperkirakan awal tahun ini pelanggan Pay TV dengan sistem Wireless Cable akan bertambah menjadi lebih dari satu juta di Amerika dan lebih dari lima juta pelanggan di bagian lain dari seluruh dunia.
Presiden dari International Wireless Cable Association (WCA), Robert Schmidt, menyebut pada konferensi tahunannya di Washington, bulan Juli tahun lalu, bahwa investasi pada pengembangan sistem Wireless Cable akan berjumlah sekitar 5 milyar US$ pada awal tahun 1996 ini. Investasi ini ditanam oleh beberapa perusahaan besar di Amerika untuk mengembangkan sistem Wireless Cable yang dilakukan tidak main-main dan dalam jangka panjang. Mereka adalah Pacific Telesis (PacTel), Nynex dan Bell Atlantic.
Mengapa? Padahal sebelumnya Wireless Cable dikenal tidak memiliki kapasitas channel yang cukup untuk menjadi Multichannel TV (TV dengan banyak saluran seperti pada TV satelit atau distribusi kabel). Pertengahan tahun lalu Wireless Cable dianggap bukan saingan bagi TV Kable (dengan jaringan coaxial dan fibre-optic) dan DBS (kadang juga disebut Direct To Home). Kebanyakaan pengamat sebelum tahun 1992 mengira perkembangan Pay TV adalah ke arah perpaduan dari perusahaan TVKabel dan perusahaan telekomunikasi yang menyediakan jaringan kabel fibre-optic untuk dapat menyediakan layanan interaktif yang lebih maju dalam bentuk program informasi, hiburan, komunikasi, data atau multimedia. Sekarang Wireless Cable telah muncul dengan teknologi digital compression sehingga mampu menyediakan channel lebih banyak dari sebelumnya.
Pada sistem distribusi melalui kabel atau TV Kabel, perusahaan harus menanam atau membentang, bahkan memelihara kabel, dan suatu waktu nanti bahkan mengganti coaxial cable dengan fiber-optik cable agar kapasitas saluran bertambah dan kualitas bertambah baik. Sedang pembangunan Wireless Cable , yang lebih instant, sederhana dan tidak akan terganggu apakah Wireless Cable berada di rural, urban atau sub-urban. Instalasi antenna, converter dan signal repeater, jauh lebih murah, sehingga Wireless Cable berarti low construction cost. Investasi pada instalasi (pembangunan) Wireless Cable akan lebih terkonsentrasi pada peralatan yang akan digunakan pelanggan bukan pada network dari Wireless Cable atau infrastrukturnya. Jadi investasi yang akan ditanam oleh perusahaan dihitung secara proporsional berdasarkan perkiraan calon pelanggan.
Jim DeStefano, presiden Emcee Transmmitters, sebuah perusahaan Wireless Cable, menggambarkan bahwa dengan siaran analog yang sama hanya membutuhkan paling banyak US$ 2 juta untuk Wireless Cable di daerah urban. Ini karena investasi dikeluarkan hanya pada peralatan yang akan dimiliki/digunakan oleh pelanggan. Biaya ini hanya muncul jika sudah ada calon pelanggan. Namun pada sistem distribusi dengan kabel, perusahaan harus investasi untuk jaringannya sebesar paling tidak 60 juta US$ sebelum mulai mencari pelanggan. Wireless Cable pada akhir tahun 1995 telah dikenal sebagai siaran TV dengan kualitas Direct Broadcasting Satelite, namun dengan ongkos lebih murah dari TV Kabel. Beberapa pengamat memperkirakan pelahan TV Kabel konvensional akan ditinggalkan untuk beralih pada Wireless Cable karena beberapa kelebihannya.
Wireless Cable, Secara teknik disebut sebagai Multichannel Microwave Distribution Service (MMDS). Wireless Cable ini muncul pertama kali sekitar tahun 70-an di daerah perkotaan yang tidak memiliki TV Kabel konvensional atau untuk mengatasi secara sementara penyaluran siaran TV Kabel sebelum jaringan kabel coaxial dipasang ke rumah-rumah. Wireless Cable menggunakan microwave bands untuk memancarkan siaran TV ke antena penerima pada rumah-rumah (secara langsung). Kemudian, sebagian besar jaringan MMDS beroperasi di daerah rural yang bukan wilayah jaringan TV Kabel hingga tahun 1990-an. Wireless Cable kini telah hadir kembali setelah dikembangkan dengan lebih baik, untuk melayani seluruh rumah pada satu kota kecil yang berada di luar jangkauan TV Kabel.
Bagaimana dengan DBS?
Selain antusias kepada sistem Wireless Cable, masyarakat TV Amerika sekarang giat mengembangkan DBS yang memang bisa menjangkau seluruh pelosok yang tidak dapat dijangkau oleh TV Kabel dan Wireless Cable. DBS akan menjadi senjata andalan untuk bersaing dalam industri TV (biasa), TV Kable, dan Radio. Di Indonesia kecermatan Peter Gontha melihat peluang ini sudah ditunjukkannya lewat kerjasama dengan Rupert Murdoch (Star TV) baru-baru ini. Kerja sama ini adalah bagian dari rencana jangka panjangnya dalam rangka peluncuran satelit IndoStar yang tidak hanya menjanjikan Indonesia untuk masuk dalam trend perkembangan siaran DBS, tetapi juga untuk pemanfaatan bagi sistem komunikasi lainnya.
DBS dengan teknologi high power yang sudah digunakan di tiga negara, Inggris, Jepang, dan Amerika adalah hasil peradaban manusia di abad informasi ini di mana batas wilayah satu negara, kultur, menjadi kabur. Di Indonesia, tak lama lagi satelit IndoStar bakal diluncurkan. Perkembangan teknologi ini tentu bagai pisau bermata dua, bisa memberi bentuk bagi peradaban manusia dan sekaligus "bisa" memberi "luka" bagi sebuah komunitas. Tentu, pemanfaatan teknologi ini akan sangat bergantung pada penggunanya.
JoJo Rahardjo
Media Indonesia, 18 April 1996
Oleh: JoJo Rahardjo, Penulis bekerja di sebuah stasiun TV
PT Malicak kini ramai dibicarakan di media cetak, karena dalam tiga tahun terakhir ini telah meluncurkan dua perusahaan Pay TV di Indonesia. Dua perusahaan Pay TV itu adalah Indovision dan Multivision yang mengawali era Pay TV di Indonesia. Indovision dengan sistem siaran satelit langsung dan Multivision dengan sistem siaran TV dengan sistem distribusi siarannya melalui kabel. Barangkali ini berkaitan dengan pertumbuhan industri Pay TV di seluruh dunia yang di Amerika penetrasi Pay TV sudah mencapai 60% dan nilainya mencapai US$ 15 milyar setahun.
Sebenarnya masih ada beberapa sistem seputar penyiaran TV yang terus dikembangkan saat ini. Teknologi penyiaran Pay TV (bukan siaran TV biasa) adalah yang sekarang ini terus dikembangkan dibandingkan dengan teknologi penyiaran TV biasa. Teknologi ini akan mendapatkan pesaing yang lebih kuat, yaitu dari dua sistem yang belakangan ini terus dikembangkan dan menjadi populer dalam industri Pay TV, yaitu Direct Broadcasting Satelite dan Wireless Cable.
TV Kabel Atau Pay TV?
Di harian ini beberapa waktu yang lalu muncul tulisan saya mengenai Televisi Kabel untuk membahas/menyambut datangnya era TV Kabel di Indonesia. Kemudian setelah itu pada beberapa berita dan tulisan mengenai TV Kabel berkembang beberapa terminologi yang mungkin dapat membingungkan pembaca yang baru memperhatikan perkembangan industri penyiaran acara televisi dari luar Indonesia. Misalnya mengenai sebutan TV Kabel . Peter Gontha, sang pelopor industri TV di Indonesia, menolak untuk menyebut Indovision-nya sebagai TV Kabel. Memang Indovision sejak awal telah dipasarkan dengan nama televisi satelit. Peter Gontha lebih suka menyebut dua sistem TV-nya sebagai Pay TV, sebutan yang sebenarnya lebih tepat dan tidak menimbulkan kerancuan. Dua-duanya, baik Indovision dan Multivision adalah televisi yang untuk menikmati siarannya harus dengan membayar (pay) secara teratur. Pada tulisan-tulisan di media cetak dan buku-buku pun kadang menyebut Pay TV dan kadang menyebut Cable TV untuk satu hal yang sama. Wilson Dizard seorang pakar komunikasi dari Amerika dalam bukunya Old Media New Media juga tidak menyebut dengan Pay TV tetapi dengan Cable TV. Ini karena awalnya semua siaran televisi yang bukan disiarkan dengan cara yang biasa disebut dengan TV Kabel, meski tidak menggunakan kabel untuk pendistribusian siarannya, seperti pada siaran TV dengan signal yang diacak (awal RCTI).
Untuk tidak membingungkan, saya ingin Indonesia (yang baru berangkat menapaki industri siaran televisi) menyikapi Indovision, Multivision dan beberapa perusahaan lain yang akan muncul dengan menyebutnya sebagai PAY TV , apa pun sistem yang digunakannya, baik dengan sistem siaran satelit, siaran dengan distribusi kabel atau siaran dengan sistem Multichannel Microwave Distribution Sistem (biasa juga disebut dengan Wireless Cable).
Wireless Cable dan Direct Broadcasting Satelite Pada Industri Pay TV
Ada dua sistem yang sekarang populer digunakan oleh industri Pay TV di banyak negara. Sistem itu adalah Wireless Cable (WC) dan Direct Broadcasting Satelite (DBS). Wireless Cable saat ini memiliki pelanggan sebanyak 750 ribu di Amerika dan kira-kira ada 3 juta lagi tersebar di luar Amerika. Diperkirakan awal tahun ini pelanggan Pay TV dengan sistem Wireless Cable akan bertambah menjadi lebih dari satu juta di Amerika dan lebih dari lima juta pelanggan di bagian lain dari seluruh dunia.
Presiden dari International Wireless Cable Association (WCA), Robert Schmidt, menyebut pada konferensi tahunannya di Washington, bulan Juli tahun lalu, bahwa investasi pada pengembangan sistem Wireless Cable akan berjumlah sekitar 5 milyar US$ pada awal tahun 1996 ini. Investasi ini ditanam oleh beberapa perusahaan besar di Amerika untuk mengembangkan sistem Wireless Cable yang dilakukan tidak main-main dan dalam jangka panjang. Mereka adalah Pacific Telesis (PacTel), Nynex dan Bell Atlantic.
Mengapa? Padahal sebelumnya Wireless Cable dikenal tidak memiliki kapasitas channel yang cukup untuk menjadi Multichannel TV (TV dengan banyak saluran seperti pada TV satelit atau distribusi kabel). Pertengahan tahun lalu Wireless Cable dianggap bukan saingan bagi TV Kable (dengan jaringan coaxial dan fibre-optic) dan DBS (kadang juga disebut Direct To Home). Kebanyakaan pengamat sebelum tahun 1992 mengira perkembangan Pay TV adalah ke arah perpaduan dari perusahaan TVKabel dan perusahaan telekomunikasi yang menyediakan jaringan kabel fibre-optic untuk dapat menyediakan layanan interaktif yang lebih maju dalam bentuk program informasi, hiburan, komunikasi, data atau multimedia. Sekarang Wireless Cable telah muncul dengan teknologi digital compression sehingga mampu menyediakan channel lebih banyak dari sebelumnya.
Pada sistem distribusi melalui kabel atau TV Kabel, perusahaan harus menanam atau membentang, bahkan memelihara kabel, dan suatu waktu nanti bahkan mengganti coaxial cable dengan fiber-optik cable agar kapasitas saluran bertambah dan kualitas bertambah baik. Sedang pembangunan Wireless Cable , yang lebih instant, sederhana dan tidak akan terganggu apakah Wireless Cable berada di rural, urban atau sub-urban. Instalasi antenna, converter dan signal repeater, jauh lebih murah, sehingga Wireless Cable berarti low construction cost. Investasi pada instalasi (pembangunan) Wireless Cable akan lebih terkonsentrasi pada peralatan yang akan digunakan pelanggan bukan pada network dari Wireless Cable atau infrastrukturnya. Jadi investasi yang akan ditanam oleh perusahaan dihitung secara proporsional berdasarkan perkiraan calon pelanggan.
Jim DeStefano, presiden Emcee Transmmitters, sebuah perusahaan Wireless Cable, menggambarkan bahwa dengan siaran analog yang sama hanya membutuhkan paling banyak US$ 2 juta untuk Wireless Cable di daerah urban. Ini karena investasi dikeluarkan hanya pada peralatan yang akan dimiliki/digunakan oleh pelanggan. Biaya ini hanya muncul jika sudah ada calon pelanggan. Namun pada sistem distribusi dengan kabel, perusahaan harus investasi untuk jaringannya sebesar paling tidak 60 juta US$ sebelum mulai mencari pelanggan. Wireless Cable pada akhir tahun 1995 telah dikenal sebagai siaran TV dengan kualitas Direct Broadcasting Satelite, namun dengan ongkos lebih murah dari TV Kabel. Beberapa pengamat memperkirakan pelahan TV Kabel konvensional akan ditinggalkan untuk beralih pada Wireless Cable karena beberapa kelebihannya.
Wireless Cable, Secara teknik disebut sebagai Multichannel Microwave Distribution Service (MMDS). Wireless Cable ini muncul pertama kali sekitar tahun 70-an di daerah perkotaan yang tidak memiliki TV Kabel konvensional atau untuk mengatasi secara sementara penyaluran siaran TV Kabel sebelum jaringan kabel coaxial dipasang ke rumah-rumah. Wireless Cable menggunakan microwave bands untuk memancarkan siaran TV ke antena penerima pada rumah-rumah (secara langsung). Kemudian, sebagian besar jaringan MMDS beroperasi di daerah rural yang bukan wilayah jaringan TV Kabel hingga tahun 1990-an. Wireless Cable kini telah hadir kembali setelah dikembangkan dengan lebih baik, untuk melayani seluruh rumah pada satu kota kecil yang berada di luar jangkauan TV Kabel.
Bagaimana dengan DBS?
Selain antusias kepada sistem Wireless Cable, masyarakat TV Amerika sekarang giat mengembangkan DBS yang memang bisa menjangkau seluruh pelosok yang tidak dapat dijangkau oleh TV Kabel dan Wireless Cable. DBS akan menjadi senjata andalan untuk bersaing dalam industri TV (biasa), TV Kable, dan Radio. Di Indonesia kecermatan Peter Gontha melihat peluang ini sudah ditunjukkannya lewat kerjasama dengan Rupert Murdoch (Star TV) baru-baru ini. Kerja sama ini adalah bagian dari rencana jangka panjangnya dalam rangka peluncuran satelit IndoStar yang tidak hanya menjanjikan Indonesia untuk masuk dalam trend perkembangan siaran DBS, tetapi juga untuk pemanfaatan bagi sistem komunikasi lainnya.
DBS dengan teknologi high power yang sudah digunakan di tiga negara, Inggris, Jepang, dan Amerika adalah hasil peradaban manusia di abad informasi ini di mana batas wilayah satu negara, kultur, menjadi kabur. Di Indonesia, tak lama lagi satelit IndoStar bakal diluncurkan. Perkembangan teknologi ini tentu bagai pisau bermata dua, bisa memberi bentuk bagi peradaban manusia dan sekaligus "bisa" memberi "luka" bagi sebuah komunitas. Tentu, pemanfaatan teknologi ini akan sangat bergantung pada penggunanya.
JoJo Rahardjo
TV KABEL
Perkembangan Teknologi dan Programming pada TV Kabel
Media Indonesia, 14 Maret 1996 & 21 Maret 1996
Oleh: JoJo Rahardjo, Penulis bekerja di sebuah stasiun TV
Tidak seorang pun yang membayangkan bagaimana media bisa berkembang ke arah TV Kabel ketika Johannes Gutenberg menciptakan alat pencetak pertama. Media cetak kini berkembang seperti yang kita nikmati sekarang. Begitu juga ketika Alexander Graham Bell mencoba pesawat telepon pertamanya, bahwa kabel telepon kemudian bisa menyampaikan gambar hidup dan suara di pesawat televisi.
TV kabel di Amerika telah merubah sejarah media dalam dua decade ini. Dari sebuah jaringan kecil di sebuah kota kecil, kemudian berkembang menjadi jaringan multi nasional. Masing-masing melayani jutaan pelanggan. TV Kabel di Amerika merupakan media yang dinikmati lebih dari 60% rumah tangga. TV Kabel di masa depan adalah media bagi produk-produk informasi dan hiburan yang disampaikan melalui berbagai sistem ke rumah-rumah.
TV Kabel bermula pada tahun 1947, ketika seorang yang berhasil menangkap siaran TV dari kota lain dengan sebuah antena ditinggikan. Siaran TV tersebut kemudian dibagi-bagikan melalui kabel ke rumah-rumah dengan imbalan sedikit bayaran. Itulah awal siaran TV di sebuah kota kecil Amerika.
Awal industri siaran TV Kabel yang didapat dengan cara begini disebut CATV (Community Antenna Television). CATV berkembang lambat, hanya 14.000 rumah tangga yang tercatat sebagai pelanggan di 70 daerah (kota kecil). Baru pada tahun 1970, TV Kabel menjadi bagian dari hampir seluruh daerah masyarakat rural dan suburban, dan kemudian jaringan besar mulai dibuat di kota-kota besar.
Kini Industri TV Kabel di Amerika telah menjadi industri dengan nilai $15 milyar per tahun. Ini adalah perkembangan media yang paling sukses di antara media lain dalam dua dekade terakhir ini. Bahkan dalam masa resesi tahun 1990, TV Kabel tetap mendatangkan untung sementara media lain anjlok. Pada 1992 hanya 50 dari 9.400 perusahaan TV Kabel yang memiliki TV Kabel sistem sendiri. Kompetisi akan meningkat sejalan dengan modifikasi pada sistem yang digunakan TV Kabel. Sistem itu sekarang termasuk, fiber-optic circuit yang dioperasikan dengan jaringan telepon, dan siaran langsung dari satelit ke pesawat televisi (Direct Broadcasting Satelite).
Yang disebut TV Kable termasuk layanan informasi dan hiburan melalui jalur kabel khusus atau komunikasi telepon biasa (artinya melalui kabel-kabel telepon) , wireless (station pemancar yang berbeda alias lebih canggih dari pemancar TV biasa) dan Direct Broadcasting Satelites. Tidak seperti over the air TV (Pemancar TV biasa) , TV Kabel mengharuskan pemirsanya membayar apa yang ditontonnya, baik secara teratur (per bulan) atau per program yang ditonton atau biasa disebut PPV (Pay Per View). Itu sebabnya TV Kabel juga berarti digunakannya Decoder seperti yang dulu pernah digunakan oleh RCTI & yang digunakan oleh Indovision saat ini.
Pada tahun 60-an TV Kable di Amerika pertama kali memproduksi programnya sendiri. Sebelumnya hanya memancar-ulangkan siaran TV lain atau memutar program-program terekam. TV Kabel memulai memproduksi program pertamanya dengan informasi mengenai situasi kota, pertandingan olah raga di kota itu, atau hal-hal lain yang bersifat hiburan. Itu sebabnya sebagian besar TV Kabel di Amerika sampai saat ini sangat berbau lokal karena pada awalnya memang untuk satu komunitas yang terbatas. Meski dalam perkembangannya muncul TV Kabel yang bersifat multi nasional.
Pada tahun 1975, Satelit komunikasi Amerika sampai pada tahap di mana orang dapat memancarkan siaran TV dari mana saja dan ke mana saja. Ted Turner, yang saat itu bekerja sebagai advertising executive, melihat peluang untuk memajukan sebuah stasiun TV Kabel kecil bernama WTBS di Atlanta. Ted Turner menyewa saluran pada sebuah satelit dan menginformasikan kepada seluruh perusahaan TV Kable di Amerika, bahwa siaran WTBS dapat dipancar-ulangkan secara gratis. Mendadak ratusan TV Kabel kini mendapat tambahan program baru dari WTBS, dan WTBS kini memiliki jutaan pemirsa yang tentu saja juga menarik perhatian para pemasang iklan. Sejalan dengan bertambahnya pemirsa dan pemasukan dari iklan, WTBS mengembangkan program-program TV yang lebih menarik, seperti olah raga. Menurut Ted Turner, pada tahun 1977 penetrasi TV Kabel hanya 14 persen, setelah WTBS menggunakan satelit menjadi 55 persen pada tahun 1988. Empat kali lebih banyak dalam waktu sebelas tahun. Bersamaan dengan Ted Turner pada pertengahan tahun 70-an itu, Gerald Levin juga menawarkan HBO-nya kepada para TV Kabel. Sehingga pada tahun 1980 ada 1700 TV Kabel Lokal yang memancar-ulangkan siaran HBO.
Bisnis di seputar TV Kabel secara dramatik berubah. Para pelanggan TV Kabel yang semula hanya membayar bulanan untuk program-program lokal, kini boleh membayar tambahan jika ingin menikmati program-program lain, seperti dari HBO dan yang lainnya. Mulailah era Pay Per View (PPV). TV Kabel mendapat tambahan income dari program-program yang disediakan penyedia program seperti HBO, WTBS dan lainnya. Sementara itu penyedia program mendapat income dari pemasang iklan dan pelanggan secara tidak langsung melalui perusahaan TV Kabel. Begitu juga perusahaan pembuat program-program TV, misalnya Holywood, mulai sibuk berkreasi. Pada tahun 1993 ada ratusan penyedia program seperti HBO sebagai pemula. Di antaranya adalah Music Televison (MTV) yang sekarang dapat kita nikmati melalui ANTV. Beberapa penyedia program yang memiliki pemirsa terbanyak saat ini adalah HBO, ESPN, Discovery, TNT Cartoon Network, CNN, Showtime, The Movie Channel, dan Disney Channel.
TV Kabel juga menyumbang inovasi di bidang jurnalistik elektronik. Cable News Network (CNN) memeriahkan dimensi baru di bidang pemberitaan elektronik secara 24 jam dan international. Tahun 1992, sebelas negara Eropa tergabung dalam organisasi televisi mencoba menyaingi CNN melalui Euronews.
Persaingan antar TV Kabel di Amerika akan semakin sengit dengan munculnya teknologi baru di seputar stasiun TV. Digunakannya fibre-optic circuit oleh perusahaan telepon, wireless cable yang menggunakan microwave distribution system dan Direct Broadcasting Satelites adalah tiga macam teknologi baru yang akan memajukan mutu dan kwantitas program dari TV Kabel.
Wireless Cable System seperti disebutkan di atas memiliki keunggulan bagi TV Kabel baru yang akan didirikan. Biaya untuk mendirikan instalasinya lebih murah untuk jumlah pelanggan rata-rata. Hanya $600 per pelanggan dibandingkan dengan $3000 pada TV Kabel konvensional. Dengan demikian biaya langganan per bulan akan lebih murah dibanding dengan TV Kabel konvensional. Pengaruh Perkembangan TV Kabel bagi Indonesia
Melihat pesatnya perkembangan TV atau yang bergaya TV Kabel di Amerika ini tentu akan juga mempengaruhi Indonesia. Contoh paling nyata adalah hadirnya Indovision di Indonesia. Dulu, berapakah orang yang menyangka jika HBO, misalnya, akhirnya juga dinikmati di Indonesia, atau di pedalaman Afrika? Setelah enam tahun dilayani oleh TV swasta dengan sedikit produk lokal, lebih banyak produk asing, tentu sudah terang bagi kita bahwa program-program dari "luar" akan terus memikat pemirsa Indonesia.
Beberapa tahun yang lalu, TV berwarna masih merupakan barang mahal seperti TV hitam putih pada awalnya. Begitu juga peralatan seperti antena dan peralatan penangkap siaran satelit. Kelak antena tersebut menjadi relatif mudah dan murah sehingga siaran-siaran luar semakin mudah didapat. Pada saat itu bagaimanakah siaran lokal kita dibuat dan ditonton? Sudah tentu persaingan akan semakin keras!
Sebelum Indovision, siaran dari Amerika itu (HBO, CNN, dan lain-lain) memang bisa diterima melalui peralatan satelite receiver yang masuk dengan pesat ke Indonesia. Hanya bedanya, pengguna harus pandai menggunakan peralatannya, kalau tidak peralatannya akan berfungsi tidak maksimal. Dengan Indovision langkah-langkah untuk menangkap siaran-siaran dari Amerika itu menjadi lebih mudah, meski harus membayar secara teratur. Sementara itu siaran-siaran dari negeri-negeri lain seperti benua Australia (yang kini juga mulai dijangkiti TV Kabel), Eropa, Asia masih menunggu perusahaan seperti Indovision untuk dipancarluaskan di Indonesia.
Industri PPV di Amerika sedang mengarah kepada pengambilalihan perolehan untung yang didapat dari rental film (video tape atau laser disc). Karena orang Amerika membelanjakan $20 milyar setahun untuk rental film. Dengan teknologi yang terus dikembangkan, pelanggan TV Kabel (jenis PPV) dapat memperoleh film-film yang diingginkan hanya dari rumah, melalui kabel atau spektrum frekwensi radio (seperti siaran TV biasa). Pelanggan tidak harus keluar rumah & mengembalikan film yang sudah disaksikan. Quantum dari Time Warner di New York adalah perusahaan PPV yang paling maju dalam teknologi ini.
Di Orlando, Florida, Time Warner telah mengembangkan PPV yang sangat innovative sehingga bisa disebut sebagai Channelless TV atau on-demand TV. Pelanggan dapat memilih program menu yang "tidak terbatas". Pelanggan dapat menonton program yang diingginkannya dan pada jam berapa saja. Seperti diketahui, misalnya di Indonesia, jam tertentu menjadi jam dengan penonton tertentu pula. Contohnya, pada sore hari antara jam 17:00-18:00 penonton wanita lebih banyak dibanding dengan penonton pria. Sehingga pada jam itu lebih banyak program yang ditujukan buat wanita. Dengan Channelless TV ini penonton pria menjadi mungkin untuk memilih program yang disukainya pada jam itu hanya dari satu station saja. Teknologi ini dimungkinkan berkat kerjasama dengan perusahaan telephone US West yang telah menggunakan sebagian besar kabelnya dengan fibre-optic.
TV Kabel Baru di Indonesia
Tidak seperti yang dikira orang, Indonesia sebenarnya memiliki enam televisi swasta dan satu televisi pemerintah. TVRI dengan dua saluran, dan enam televisi swasta, RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar, dan terakhir Indovision. Beda Indovision dengan yang lain adalah karena memiliki sekaligus beberapa channel, yaitu: CNN, Discovery, TNT Cartoon Network, ESPN, dan HBO. Berarti Indovision ini TV yang menyiar dengan 100% program asing, padahal pemerintah "menghimbau" agar TV swasta untuk menyiar 20% asing dan 80% lokal. Dengan jumlah pelanggan yang kini 45.000, Indovision tidak dapat lagi disebut sebagai TV dengan pemirsa terbatas. Sebagai perbandingan, jumlah pemirsa RCTI paling tinggi hanya 10.000 dalam satu time slot. Berapa kira-kira pemirsa Indovision dalam satu time slot. Melihat angka-angka ini, apakah aturan 20:80 asing:lokal akan tetap akan diterapkan, meski kurang berpijak pada realita. Karena itu dari enam TV swasta tersebut hanya satu yang disebut TV Kabel di Indonesia, yaitu Indovision karena menuntut pembayaran jika ingin menikmati siarannya. Lima channel yang disediakannya berisi program yang langsung dipancarkan dari Amerika yang kemudian dipancarkan kembali melalui satelite yang disewa Indovision untuk dipancarkan kembali ke wilayah Indonesia.
Australia, salah satu negara dengan teknologi majunya, ternyata baru saja memasuki era Pay TV (TV Kabel) pada akhir tahun 1995 lalu. Dengan populasi sebesar 18.2 juta jiwa, ada 6.3 juta rumah yang memiliki televisi. Dari 6.3 juta rumah itu 80% memiliki Video Cassette Player, tetapi hanya 1% yang berlangganan Pay TV atau Multichannel Service. Dua perusahaan, Optus Vision dan VisionStream adalah perusahaan yang mengawali era Pay TV di Australia. VisionStream hasil kerjasama antara Rupert Murdoch Foxtel dan sebuah perusahaan telepon utama di Australia, Telstra. Melihat perkembangan baru ini, George Lawton, seorang pengamat teknologi komunikasi dari Amerika menulis di majalah International Cable edisi Desember 1995, ".... Initially, Australian consumers will be offered a greater choice of programming. But it will not be long before they're playing with the interactive services like video-on-demand and home shopping that are being touted as the future of the industry." Australia, segera akan menjadi bagian dari kemajuan siaran TV dengan sistem baru yang kini mengglobal.
TV Kabel yang kini sedang dibangun di Australia ini adalah sebuah bagian dari perkembangan peradaban manusia yang menjadi bagian dari era informasi seperti yang disebutkan oleh Alvin Tofler. Indonesia kini masuk pada era informasi dengan diawali oleh pesatnya pertumbuhan industri di segala sektor. Perusahaan penyiaran atau penyedia program televisi adalah salah satu pilihan dari sekian banyak industri. Perusahaan TV Kabel baru yang tengah dibangun belakangan ini telah menjadi isu yang ramai dibicarakan di kalangan orang-orang televisi. Siapakah mereka? Dari kelompok perusahaan manakah mereka? Multivision (bukan Indovision) dari Bimantara dan Lippo adalah satu TV Kabel yang April ini bakal menyiar. Sementara itu MGM (Metro Goldwyn Meyer) tengah mengintip peluang yang masih ada. Mari kita tunggu kehadiran TV-TV baru itu. Mari kita berharap agar Undang-undang Siaran kelak lebih berpijak pada hakikat televisi, sehingga tidak ada lagi aturan semacam SK Menpen No.111 itu.
JoJo Rahardjo
Media Indonesia, 14 Maret 1996 & 21 Maret 1996
Oleh: JoJo Rahardjo, Penulis bekerja di sebuah stasiun TV
Tidak seorang pun yang membayangkan bagaimana media bisa berkembang ke arah TV Kabel ketika Johannes Gutenberg menciptakan alat pencetak pertama. Media cetak kini berkembang seperti yang kita nikmati sekarang. Begitu juga ketika Alexander Graham Bell mencoba pesawat telepon pertamanya, bahwa kabel telepon kemudian bisa menyampaikan gambar hidup dan suara di pesawat televisi.
TV kabel di Amerika telah merubah sejarah media dalam dua decade ini. Dari sebuah jaringan kecil di sebuah kota kecil, kemudian berkembang menjadi jaringan multi nasional. Masing-masing melayani jutaan pelanggan. TV Kabel di Amerika merupakan media yang dinikmati lebih dari 60% rumah tangga. TV Kabel di masa depan adalah media bagi produk-produk informasi dan hiburan yang disampaikan melalui berbagai sistem ke rumah-rumah.
TV Kabel bermula pada tahun 1947, ketika seorang yang berhasil menangkap siaran TV dari kota lain dengan sebuah antena ditinggikan. Siaran TV tersebut kemudian dibagi-bagikan melalui kabel ke rumah-rumah dengan imbalan sedikit bayaran. Itulah awal siaran TV di sebuah kota kecil Amerika.
Awal industri siaran TV Kabel yang didapat dengan cara begini disebut CATV (Community Antenna Television). CATV berkembang lambat, hanya 14.000 rumah tangga yang tercatat sebagai pelanggan di 70 daerah (kota kecil). Baru pada tahun 1970, TV Kabel menjadi bagian dari hampir seluruh daerah masyarakat rural dan suburban, dan kemudian jaringan besar mulai dibuat di kota-kota besar.
Kini Industri TV Kabel di Amerika telah menjadi industri dengan nilai $15 milyar per tahun. Ini adalah perkembangan media yang paling sukses di antara media lain dalam dua dekade terakhir ini. Bahkan dalam masa resesi tahun 1990, TV Kabel tetap mendatangkan untung sementara media lain anjlok. Pada 1992 hanya 50 dari 9.400 perusahaan TV Kabel yang memiliki TV Kabel sistem sendiri. Kompetisi akan meningkat sejalan dengan modifikasi pada sistem yang digunakan TV Kabel. Sistem itu sekarang termasuk, fiber-optic circuit yang dioperasikan dengan jaringan telepon, dan siaran langsung dari satelit ke pesawat televisi (Direct Broadcasting Satelite).
Yang disebut TV Kable termasuk layanan informasi dan hiburan melalui jalur kabel khusus atau komunikasi telepon biasa (artinya melalui kabel-kabel telepon) , wireless (station pemancar yang berbeda alias lebih canggih dari pemancar TV biasa) dan Direct Broadcasting Satelites. Tidak seperti over the air TV (Pemancar TV biasa) , TV Kabel mengharuskan pemirsanya membayar apa yang ditontonnya, baik secara teratur (per bulan) atau per program yang ditonton atau biasa disebut PPV (Pay Per View). Itu sebabnya TV Kabel juga berarti digunakannya Decoder seperti yang dulu pernah digunakan oleh RCTI & yang digunakan oleh Indovision saat ini.
Pada tahun 60-an TV Kable di Amerika pertama kali memproduksi programnya sendiri. Sebelumnya hanya memancar-ulangkan siaran TV lain atau memutar program-program terekam. TV Kabel memulai memproduksi program pertamanya dengan informasi mengenai situasi kota, pertandingan olah raga di kota itu, atau hal-hal lain yang bersifat hiburan. Itu sebabnya sebagian besar TV Kabel di Amerika sampai saat ini sangat berbau lokal karena pada awalnya memang untuk satu komunitas yang terbatas. Meski dalam perkembangannya muncul TV Kabel yang bersifat multi nasional.
Pada tahun 1975, Satelit komunikasi Amerika sampai pada tahap di mana orang dapat memancarkan siaran TV dari mana saja dan ke mana saja. Ted Turner, yang saat itu bekerja sebagai advertising executive, melihat peluang untuk memajukan sebuah stasiun TV Kabel kecil bernama WTBS di Atlanta. Ted Turner menyewa saluran pada sebuah satelit dan menginformasikan kepada seluruh perusahaan TV Kable di Amerika, bahwa siaran WTBS dapat dipancar-ulangkan secara gratis. Mendadak ratusan TV Kabel kini mendapat tambahan program baru dari WTBS, dan WTBS kini memiliki jutaan pemirsa yang tentu saja juga menarik perhatian para pemasang iklan. Sejalan dengan bertambahnya pemirsa dan pemasukan dari iklan, WTBS mengembangkan program-program TV yang lebih menarik, seperti olah raga. Menurut Ted Turner, pada tahun 1977 penetrasi TV Kabel hanya 14 persen, setelah WTBS menggunakan satelit menjadi 55 persen pada tahun 1988. Empat kali lebih banyak dalam waktu sebelas tahun. Bersamaan dengan Ted Turner pada pertengahan tahun 70-an itu, Gerald Levin juga menawarkan HBO-nya kepada para TV Kabel. Sehingga pada tahun 1980 ada 1700 TV Kabel Lokal yang memancar-ulangkan siaran HBO.
Bisnis di seputar TV Kabel secara dramatik berubah. Para pelanggan TV Kabel yang semula hanya membayar bulanan untuk program-program lokal, kini boleh membayar tambahan jika ingin menikmati program-program lain, seperti dari HBO dan yang lainnya. Mulailah era Pay Per View (PPV). TV Kabel mendapat tambahan income dari program-program yang disediakan penyedia program seperti HBO, WTBS dan lainnya. Sementara itu penyedia program mendapat income dari pemasang iklan dan pelanggan secara tidak langsung melalui perusahaan TV Kabel. Begitu juga perusahaan pembuat program-program TV, misalnya Holywood, mulai sibuk berkreasi. Pada tahun 1993 ada ratusan penyedia program seperti HBO sebagai pemula. Di antaranya adalah Music Televison (MTV) yang sekarang dapat kita nikmati melalui ANTV. Beberapa penyedia program yang memiliki pemirsa terbanyak saat ini adalah HBO, ESPN, Discovery, TNT Cartoon Network, CNN, Showtime, The Movie Channel, dan Disney Channel.
TV Kabel juga menyumbang inovasi di bidang jurnalistik elektronik. Cable News Network (CNN) memeriahkan dimensi baru di bidang pemberitaan elektronik secara 24 jam dan international. Tahun 1992, sebelas negara Eropa tergabung dalam organisasi televisi mencoba menyaingi CNN melalui Euronews.
Persaingan antar TV Kabel di Amerika akan semakin sengit dengan munculnya teknologi baru di seputar stasiun TV. Digunakannya fibre-optic circuit oleh perusahaan telepon, wireless cable yang menggunakan microwave distribution system dan Direct Broadcasting Satelites adalah tiga macam teknologi baru yang akan memajukan mutu dan kwantitas program dari TV Kabel.
Wireless Cable System seperti disebutkan di atas memiliki keunggulan bagi TV Kabel baru yang akan didirikan. Biaya untuk mendirikan instalasinya lebih murah untuk jumlah pelanggan rata-rata. Hanya $600 per pelanggan dibandingkan dengan $3000 pada TV Kabel konvensional. Dengan demikian biaya langganan per bulan akan lebih murah dibanding dengan TV Kabel konvensional. Pengaruh Perkembangan TV Kabel bagi Indonesia
Melihat pesatnya perkembangan TV atau yang bergaya TV Kabel di Amerika ini tentu akan juga mempengaruhi Indonesia. Contoh paling nyata adalah hadirnya Indovision di Indonesia. Dulu, berapakah orang yang menyangka jika HBO, misalnya, akhirnya juga dinikmati di Indonesia, atau di pedalaman Afrika? Setelah enam tahun dilayani oleh TV swasta dengan sedikit produk lokal, lebih banyak produk asing, tentu sudah terang bagi kita bahwa program-program dari "luar" akan terus memikat pemirsa Indonesia.
Beberapa tahun yang lalu, TV berwarna masih merupakan barang mahal seperti TV hitam putih pada awalnya. Begitu juga peralatan seperti antena dan peralatan penangkap siaran satelit. Kelak antena tersebut menjadi relatif mudah dan murah sehingga siaran-siaran luar semakin mudah didapat. Pada saat itu bagaimanakah siaran lokal kita dibuat dan ditonton? Sudah tentu persaingan akan semakin keras!
Sebelum Indovision, siaran dari Amerika itu (HBO, CNN, dan lain-lain) memang bisa diterima melalui peralatan satelite receiver yang masuk dengan pesat ke Indonesia. Hanya bedanya, pengguna harus pandai menggunakan peralatannya, kalau tidak peralatannya akan berfungsi tidak maksimal. Dengan Indovision langkah-langkah untuk menangkap siaran-siaran dari Amerika itu menjadi lebih mudah, meski harus membayar secara teratur. Sementara itu siaran-siaran dari negeri-negeri lain seperti benua Australia (yang kini juga mulai dijangkiti TV Kabel), Eropa, Asia masih menunggu perusahaan seperti Indovision untuk dipancarluaskan di Indonesia.
Industri PPV di Amerika sedang mengarah kepada pengambilalihan perolehan untung yang didapat dari rental film (video tape atau laser disc). Karena orang Amerika membelanjakan $20 milyar setahun untuk rental film. Dengan teknologi yang terus dikembangkan, pelanggan TV Kabel (jenis PPV) dapat memperoleh film-film yang diingginkan hanya dari rumah, melalui kabel atau spektrum frekwensi radio (seperti siaran TV biasa). Pelanggan tidak harus keluar rumah & mengembalikan film yang sudah disaksikan. Quantum dari Time Warner di New York adalah perusahaan PPV yang paling maju dalam teknologi ini.
Di Orlando, Florida, Time Warner telah mengembangkan PPV yang sangat innovative sehingga bisa disebut sebagai Channelless TV atau on-demand TV. Pelanggan dapat memilih program menu yang "tidak terbatas". Pelanggan dapat menonton program yang diingginkannya dan pada jam berapa saja. Seperti diketahui, misalnya di Indonesia, jam tertentu menjadi jam dengan penonton tertentu pula. Contohnya, pada sore hari antara jam 17:00-18:00 penonton wanita lebih banyak dibanding dengan penonton pria. Sehingga pada jam itu lebih banyak program yang ditujukan buat wanita. Dengan Channelless TV ini penonton pria menjadi mungkin untuk memilih program yang disukainya pada jam itu hanya dari satu station saja. Teknologi ini dimungkinkan berkat kerjasama dengan perusahaan telephone US West yang telah menggunakan sebagian besar kabelnya dengan fibre-optic.
TV Kabel Baru di Indonesia
Tidak seperti yang dikira orang, Indonesia sebenarnya memiliki enam televisi swasta dan satu televisi pemerintah. TVRI dengan dua saluran, dan enam televisi swasta, RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar, dan terakhir Indovision. Beda Indovision dengan yang lain adalah karena memiliki sekaligus beberapa channel, yaitu: CNN, Discovery, TNT Cartoon Network, ESPN, dan HBO. Berarti Indovision ini TV yang menyiar dengan 100% program asing, padahal pemerintah "menghimbau" agar TV swasta untuk menyiar 20% asing dan 80% lokal. Dengan jumlah pelanggan yang kini 45.000, Indovision tidak dapat lagi disebut sebagai TV dengan pemirsa terbatas. Sebagai perbandingan, jumlah pemirsa RCTI paling tinggi hanya 10.000 dalam satu time slot. Berapa kira-kira pemirsa Indovision dalam satu time slot. Melihat angka-angka ini, apakah aturan 20:80 asing:lokal akan tetap akan diterapkan, meski kurang berpijak pada realita. Karena itu dari enam TV swasta tersebut hanya satu yang disebut TV Kabel di Indonesia, yaitu Indovision karena menuntut pembayaran jika ingin menikmati siarannya. Lima channel yang disediakannya berisi program yang langsung dipancarkan dari Amerika yang kemudian dipancarkan kembali melalui satelite yang disewa Indovision untuk dipancarkan kembali ke wilayah Indonesia.
Australia, salah satu negara dengan teknologi majunya, ternyata baru saja memasuki era Pay TV (TV Kabel) pada akhir tahun 1995 lalu. Dengan populasi sebesar 18.2 juta jiwa, ada 6.3 juta rumah yang memiliki televisi. Dari 6.3 juta rumah itu 80% memiliki Video Cassette Player, tetapi hanya 1% yang berlangganan Pay TV atau Multichannel Service. Dua perusahaan, Optus Vision dan VisionStream adalah perusahaan yang mengawali era Pay TV di Australia. VisionStream hasil kerjasama antara Rupert Murdoch Foxtel dan sebuah perusahaan telepon utama di Australia, Telstra. Melihat perkembangan baru ini, George Lawton, seorang pengamat teknologi komunikasi dari Amerika menulis di majalah International Cable edisi Desember 1995, ".... Initially, Australian consumers will be offered a greater choice of programming. But it will not be long before they're playing with the interactive services like video-on-demand and home shopping that are being touted as the future of the industry." Australia, segera akan menjadi bagian dari kemajuan siaran TV dengan sistem baru yang kini mengglobal.
TV Kabel yang kini sedang dibangun di Australia ini adalah sebuah bagian dari perkembangan peradaban manusia yang menjadi bagian dari era informasi seperti yang disebutkan oleh Alvin Tofler. Indonesia kini masuk pada era informasi dengan diawali oleh pesatnya pertumbuhan industri di segala sektor. Perusahaan penyiaran atau penyedia program televisi adalah salah satu pilihan dari sekian banyak industri. Perusahaan TV Kabel baru yang tengah dibangun belakangan ini telah menjadi isu yang ramai dibicarakan di kalangan orang-orang televisi. Siapakah mereka? Dari kelompok perusahaan manakah mereka? Multivision (bukan Indovision) dari Bimantara dan Lippo adalah satu TV Kabel yang April ini bakal menyiar. Sementara itu MGM (Metro Goldwyn Meyer) tengah mengintip peluang yang masih ada. Mari kita tunggu kehadiran TV-TV baru itu. Mari kita berharap agar Undang-undang Siaran kelak lebih berpijak pada hakikat televisi, sehingga tidak ada lagi aturan semacam SK Menpen No.111 itu.
JoJo Rahardjo
WebTV, Internet di Televisi
Kamis, 8 Januari 1998
Jojo Rahardjo, bekerja di sebuah stasiun TV.
Bayangkan menjelajahi internet tanpa menggunakan komputer. Mungkin kalimat ini lebih tepat ditujukan kepada para ibu rumah tangga atau orang-orang yang yang kurang akrab dengan personal computer (PC). Jangankan menjelajahi internet, mengoperasikan PC saja sudah terbayang kerumitannya.
MENURUT sigi yang dilakukan oleh Yankelovich Partner Inc., penyebab terbesar (75%) orang belum memiliki akses ke internet di Amerika adalah karena berpikir internet adalah media yang rumit. Mereka juga berpikir mengoperasikan PC sama rumitnya dengan masuk ke internet. Ditambah lagi dengan harga PC relatif mahal dan belum tentu berguna untuk kebutuhan rumah tangga -- meski PC sekarang bisa melakukan apa saja termasuk melakukan komunikasi telepon dll. Survei tersebut juga mengatakan bahwa minat terhadap akses internet melalui pesawat TV (70%) lebih besar dibanding melalui PC. Itu sebabnya Microsoft membeli WebTV, perusahaan penyedia akses ke internet melalui pesawat TV, seharga US$425 juta untuk mengembangkan dan memasarkan layanannya.
WebTV Network Inc. didirikan pada 1995 oleh Steve Perlman, Bruce Leak dan Phil Goldman. Setelah dibeli Microsoft, kini perangkat WebTV diproduksi oleh beberapa perusahaan besar dunia yaitu, Sony Electronics, Philips Consumer Electronics Company, Pace Micro Technology, Mitsubishi Consumer Electronics America serta Hitachi Home Electronics.
Entah perusahaan mana di Indonesia yang akan bekerja sama dengan WebTV untuk menawarkan akses ke internet dengan pesawat TV. Kabar yang terdengar adalah beberapa perusahaan penyedia akses internet seperti Radnet yang akan menggalangnya.
WebTV tidak memerlukan jaringan telepon khusus, seperti jaringan kabel serat optik, namun cukup jaringan telepon koaksial. Dengan hanya menghidupkan pesawat TV dan set-top box (pesawat WebTV) secara otomatis akan tersambung ke jaringan informasi global internet. Tidak perlu proses dialing yang harus dilakukan jika menggunakan PC.
Set-top box ini juga siap dihubungkan dengan printer apa saja, sehingga isi suatu situs atau e-mail dapat dicetak. Selain dengan remote control yang berfungsi seperti mouse pada PC untuk menje lajahi internet, WebTV juga dilengkapi dengan keyboard untuk keperluan mengetik teks, misalnya untuk mengetik e-mail.
Setiap berlangganan WebTV akan tersedia 6 alamat e-mail gratis untuk satu keluarga. Dua untuk ayah dan ibu dan sisanya untuk anggota keluarga yang lain. Ditambah dengan program khusus di dalam set-top box untuk mencegah anak di bawah umur masuk ke dalam situs-situs terlarang.
Dengan harga perangkat yang lebih murah dari PC dan biaya berlangganan per bulan yang sama dengan abonemen akses internet melalui PC, tentu WebTV bakal memiliki peluang untuk menjaring kelompok konsumen yang selama ini tidak terjang kau oleh para penyedia akses internet melalui PC selama ini.
WebTV ini juga bakal mengubah kebiasaan orang-orang tertentu yang suka mengobrol, bergunjing, "ngerumpi" atau apa pun istilahnya yang dulu dilakukan misalnya melalui pesawat telepon. Dengan internet kebiasaan ini berubah menjadi kegiatan chatting (yang artinya ngobrol juga) yang kini tersedia di ribuan situs dan dengan ribuan topik pula. "Chatting" ini barangkali adalah satu sisi buruk atau sisi kurang produktif dari internet. Dewasa ini banyak karyawan di kantor-kantor yang kerap terjerumus saat jam kerja untuk melakukan "chatting".
Bagai pisau bermata dua, WebTV ini juga menawarkan kesempatan bagi mereka yang ingin menggali pengetahuan tambahan untuk seka dar kesenangan semata atau untuk hal-hal yang lebih serius seper ti mengambil program studi dari universitas terkenal di negara maju yang kini banyak tersedia di internet. Satu jam setiap hari di rumah selepas kerja tentu bisa besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia.
Pengembangan pesawat TV dan pendampingnya
Setelah bertahun-tahun orang cukup puas dengan TV hitam-putih, baru pada tahun 70-an orang mulai menganggap hanya yang berwarna sajalah yang bisa disebut sebagai TV yang memadai. Karenanya, WebTV boleh disebut sebagai perkembangan lebih lanjut dari perangkat tambahan bagi pesawat TV.
Kemudian muncul perangkat pendamping lain bagi pesawat TV, yaitu video cassete recorder (VCR) untuk merekam dan memutar acara TV dan film. Kemudian muncul juga remote control yang memudahkan kontrol terhadap pesawat TV dari jauh.
Ada juga printer khusus untuk mencetak gambar yang muncul di layar TV. Namun perangkat ini tidak sukses di pasaran karena kegunaannya yang tidak luas pada kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Teletext boleh disebut sebagai cikal bakal kebutuhan orang pada informasi yang lebih luas di TV. Pada Teletext kita bisa mendapatkan informasi yang disediakan oleh stasiun TV, dari daftar acara TV hingga jadwal penerbangan. Teletext kini menjadi kuno dan kurang memenuhi kebutuhan informasi yang semakin luas saja setelah layanan internet melalui PC tergelar di seluruh dunia.
Apalagi juga kini sudah tersedia layanan Pay TV yang lebih interaktif seperti yang ditawarkan oleh TV satelit atau TV multikanal yang ditransmisikan lewat jaringan kabel atau pemancar gelombang mikro. Dengan Pay TV ini kita dapat memesan film tertentu atau musik tertentu. Juga melakukan transaksi belanja atau perbankan, bahkan juga mengakses internet.
WebTV memang tidak bisa disebut telah menjadikan pesawat TV lebih interaktif, tetapi hanya memfungsikan pesawat TV menjadi monitor bagi set-top box yang menjadi alat untuk mengakses internet. Survei mengatakan bahwa akses ke internet telah dibatasi oleh anggapan atau asumsi bahwa mengoperasikan PC adalah suatu kerumi tan. Padahal akses ke internet selama ini hanya melalui PC saja.
Akhir 1996 lalu WebTV telah menghapus anggapan itu. Akses ke jaringan informasi global telah menjadi semudah mengoperasikan VCR bahkan untuk anak-anak dan ibu rumah tangga sekalipun yang gagap teknologi. Dalam bebera pa tahun mendatang, seorang anak di sebuah kota di Amerika akan bisa memiliki visi yang sama mengenai internet dengan seorang anak dari kota lain di dunia ini.
Jojo Rahardjo
Jojo Rahardjo, bekerja di sebuah stasiun TV.
Bayangkan menjelajahi internet tanpa menggunakan komputer. Mungkin kalimat ini lebih tepat ditujukan kepada para ibu rumah tangga atau orang-orang yang yang kurang akrab dengan personal computer (PC). Jangankan menjelajahi internet, mengoperasikan PC saja sudah terbayang kerumitannya.
MENURUT sigi yang dilakukan oleh Yankelovich Partner Inc., penyebab terbesar (75%) orang belum memiliki akses ke internet di Amerika adalah karena berpikir internet adalah media yang rumit. Mereka juga berpikir mengoperasikan PC sama rumitnya dengan masuk ke internet. Ditambah lagi dengan harga PC relatif mahal dan belum tentu berguna untuk kebutuhan rumah tangga -- meski PC sekarang bisa melakukan apa saja termasuk melakukan komunikasi telepon dll. Survei tersebut juga mengatakan bahwa minat terhadap akses internet melalui pesawat TV (70%) lebih besar dibanding melalui PC. Itu sebabnya Microsoft membeli WebTV, perusahaan penyedia akses ke internet melalui pesawat TV, seharga US$425 juta untuk mengembangkan dan memasarkan layanannya.
WebTV Network Inc. didirikan pada 1995 oleh Steve Perlman, Bruce Leak dan Phil Goldman. Setelah dibeli Microsoft, kini perangkat WebTV diproduksi oleh beberapa perusahaan besar dunia yaitu, Sony Electronics, Philips Consumer Electronics Company, Pace Micro Technology, Mitsubishi Consumer Electronics America serta Hitachi Home Electronics.
Entah perusahaan mana di Indonesia yang akan bekerja sama dengan WebTV untuk menawarkan akses ke internet dengan pesawat TV. Kabar yang terdengar adalah beberapa perusahaan penyedia akses internet seperti Radnet yang akan menggalangnya.
WebTV tidak memerlukan jaringan telepon khusus, seperti jaringan kabel serat optik, namun cukup jaringan telepon koaksial. Dengan hanya menghidupkan pesawat TV dan set-top box (pesawat WebTV) secara otomatis akan tersambung ke jaringan informasi global internet. Tidak perlu proses dialing yang harus dilakukan jika menggunakan PC.
Set-top box ini juga siap dihubungkan dengan printer apa saja, sehingga isi suatu situs atau e-mail dapat dicetak. Selain dengan remote control yang berfungsi seperti mouse pada PC untuk menje lajahi internet, WebTV juga dilengkapi dengan keyboard untuk keperluan mengetik teks, misalnya untuk mengetik e-mail.
Setiap berlangganan WebTV akan tersedia 6 alamat e-mail gratis untuk satu keluarga. Dua untuk ayah dan ibu dan sisanya untuk anggota keluarga yang lain. Ditambah dengan program khusus di dalam set-top box untuk mencegah anak di bawah umur masuk ke dalam situs-situs terlarang.
Dengan harga perangkat yang lebih murah dari PC dan biaya berlangganan per bulan yang sama dengan abonemen akses internet melalui PC, tentu WebTV bakal memiliki peluang untuk menjaring kelompok konsumen yang selama ini tidak terjang kau oleh para penyedia akses internet melalui PC selama ini.
WebTV ini juga bakal mengubah kebiasaan orang-orang tertentu yang suka mengobrol, bergunjing, "ngerumpi" atau apa pun istilahnya yang dulu dilakukan misalnya melalui pesawat telepon. Dengan internet kebiasaan ini berubah menjadi kegiatan chatting (yang artinya ngobrol juga) yang kini tersedia di ribuan situs dan dengan ribuan topik pula. "Chatting" ini barangkali adalah satu sisi buruk atau sisi kurang produktif dari internet. Dewasa ini banyak karyawan di kantor-kantor yang kerap terjerumus saat jam kerja untuk melakukan "chatting".
Bagai pisau bermata dua, WebTV ini juga menawarkan kesempatan bagi mereka yang ingin menggali pengetahuan tambahan untuk seka dar kesenangan semata atau untuk hal-hal yang lebih serius seper ti mengambil program studi dari universitas terkenal di negara maju yang kini banyak tersedia di internet. Satu jam setiap hari di rumah selepas kerja tentu bisa besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia.
Pengembangan pesawat TV dan pendampingnya
Setelah bertahun-tahun orang cukup puas dengan TV hitam-putih, baru pada tahun 70-an orang mulai menganggap hanya yang berwarna sajalah yang bisa disebut sebagai TV yang memadai. Karenanya, WebTV boleh disebut sebagai perkembangan lebih lanjut dari perangkat tambahan bagi pesawat TV.
Kemudian muncul perangkat pendamping lain bagi pesawat TV, yaitu video cassete recorder (VCR) untuk merekam dan memutar acara TV dan film. Kemudian muncul juga remote control yang memudahkan kontrol terhadap pesawat TV dari jauh.
Ada juga printer khusus untuk mencetak gambar yang muncul di layar TV. Namun perangkat ini tidak sukses di pasaran karena kegunaannya yang tidak luas pada kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Teletext boleh disebut sebagai cikal bakal kebutuhan orang pada informasi yang lebih luas di TV. Pada Teletext kita bisa mendapatkan informasi yang disediakan oleh stasiun TV, dari daftar acara TV hingga jadwal penerbangan. Teletext kini menjadi kuno dan kurang memenuhi kebutuhan informasi yang semakin luas saja setelah layanan internet melalui PC tergelar di seluruh dunia.
Apalagi juga kini sudah tersedia layanan Pay TV yang lebih interaktif seperti yang ditawarkan oleh TV satelit atau TV multikanal yang ditransmisikan lewat jaringan kabel atau pemancar gelombang mikro. Dengan Pay TV ini kita dapat memesan film tertentu atau musik tertentu. Juga melakukan transaksi belanja atau perbankan, bahkan juga mengakses internet.
WebTV memang tidak bisa disebut telah menjadikan pesawat TV lebih interaktif, tetapi hanya memfungsikan pesawat TV menjadi monitor bagi set-top box yang menjadi alat untuk mengakses internet. Survei mengatakan bahwa akses ke internet telah dibatasi oleh anggapan atau asumsi bahwa mengoperasikan PC adalah suatu kerumi tan. Padahal akses ke internet selama ini hanya melalui PC saja.
Akhir 1996 lalu WebTV telah menghapus anggapan itu. Akses ke jaringan informasi global telah menjadi semudah mengoperasikan VCR bahkan untuk anak-anak dan ibu rumah tangga sekalipun yang gagap teknologi. Dalam bebera pa tahun mendatang, seorang anak di sebuah kota di Amerika akan bisa memiliki visi yang sama mengenai internet dengan seorang anak dari kota lain di dunia ini.
Jojo Rahardjo
SITUS TENTANG MULTIMEDIA INDONESIA
Media Indonesia, Kamis, 18 Desember 1997
JoJo Rahardjo
Bak rumput di musim hujan, bisnis multimedia mulai tumbuh di Indonesia. Gara-garanya jelas, satelit DBS sudah meroket. Tapi benarkah bisnis ini cerah? Bagaimana pula persiapan SDM-nya? PADA awal 1993, Satelindo menjadi perusahaan swasta pertama yang terjun di bisnis layanan satelit ketika meluncurkan Satelit Palapa C1, Satelit Palapa C1, lalu C2. Satelit-satelit ini telah digunakan secara luas oleh beberapa negara ASEAN.
Indonesia a.l. menggunakannya untuk layanan komunikasi yang dikelola oleh Telkom dan Indosat, juga untuk layanan siaran 5 teve swasta dan TVRI. Juga digunakan untuk 5 saluran siaran langsung teve satelit Indovision (Direct Broadcasting Satellite) yang kini sudah berkualitas digital (19 saluran).
Di tengah November lalu, PT Media Citra Indostar telah meluncurkan satelit Cakrawarta-1 untuk menggantikan kerja Satelit Palapa C2 dalam mengudarakan siaran Indovision. Dengan satelit ini Indovision kelak akan menyelenggarakan layanan yang bisa disebut layanan interaktif, karena akan tersedia antara lain layanan telekonferensi, video on demand (VoD), home shopping, home banking, dan komunikasi data (Internet).
Ada dua perusahaan multimedia baru lainnya yang segera akan beroperasi dengan jaringan kabel serat optik, yaitu PT Indonusa Telemedia dan Multimedia Nusantara. Perusahaan-perusahaan multimedia lainnya adalah: PT Multi Media Asia Indonesia, PT Yasawirya Tama Cipta, sehingga Indonesia boleh disebut sekarang telah memasuki era industri multimedia.
Meski layanan multimedia sudah dioperasikan di Indonesia, namun terminologi mengenai multimedia sendiri belum lagi akrab dengan masyarakat Indonesia. Multimedia lebih akrab dipahami sebagai satu pencapaian teknologi pada personal computer (PC). Jika sebuah PC disebut multimedia, maka PC tersebut memiliki kemampuan menampilkan gambar bergerak dan suara, misalnya dari Video Compact Disc, Audio Compact Disc, serta dapat berkomunikasi antarkomputer atau jaringan komputer melalui modem. Padahal multimedia memiliki arti yang lebih luas. Multimedia merupakan keterpaduan teknologi informasi (misalnya komputer) dengan teknologi komunikasi (misalnya jaringan kabel coaxial atau satelit). Kalau dipisahkan berdasarkan etimologi kata multimedia terdiri dari "multi" dan "media". "Multi" berarti "beragam", sedangkan "media" berarti "sarana penyampaian informasi".
Menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat yang berjudul Perkembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya, multimedia terdiri atas (1) unsur suara, (2) unsur gambar atau video, (3) unsur teks/data, (4) terpadu dalam satu media penyampaian, (5) Interaktif/bukan informasi satu arah. Jenis jasa multimedia terdiri dari dua, yaitu berdiri sendiri (stand alone/off line), dan terhubung dengan jaringan telekomunikasi (network-online).
Banyak perkembangan-perkembangan baru setelah diluncurkannya Satelit Palapa C1 & C2 beberapa tahun yang lalu. Seperti misalnya ditaburkannya satelit komunikasi di atas langit Indonesia oleh perusahaan-perusahaan asing di mana banyak pengusaha Indonesia terlibat dalam kepemilikan saham di dalamnya, di antaranya adalah PT Bakri Communication Corporation pada Irridium Project, sebuah proyek telepon satelit dunia untuk memecahkan masalah blank spot pada telepon selular biasa, AMPS atau GSM. Indosat pun masuk menjadi salah satu pemodal pada konsorsium ICO Global Communication (ICO-GC), sebuah telepon satelit setelah Irridium.
Sementara di belahan lain dari bumi ini, Microsoft dengan beberapa perusahaan juga telah merambah pada industri satelit layanan komunikasi yang lain, seperti Internet, video conference atau video on demand. Proyeknya yang terkenal sekarang ini adalah CyberStar atau "Internet di Angkasa" yang mungkin akan menyediakan layanannya di Indonesia.
Selain bisnis, ternyata politik pun ikut mengembangkan multimedia di Indonesia. Sejak Pemilu beberapa bulan lalu tidak ada satu kecamatan pun di Indonesia yang tidak bisa dihubungi lewat sambungan telepon dengan teknologi satelit VSAT (very small aperture terminal). Sayangnya fasilitas yang sudah dimiliki ini tidak berfungsi pada saat kebakaran hutan dan bencana kelaparan di Indonesia. Entah kenapa ....
Situs Multimedia Indonesia
Untuk mengantipasi datangnya era ini, kini telah tersedia satu homepage yang berisi kumpulan informasi mengenai perkembangan multimedia di Indonesia dan di dunia secara umum (http://www.angelfire.com/id/jojor). Homepage ini bisa disebut satu-satunya yang secara khusus berbicara mengenai multimedia. Di dalam homepage ini tersedia banyak link ke situs-situs yang berkaitan dengan multimedia, sehingga bisa diandalkan bagi yang ingin melihat perkembangan multimedia dari waktu ke waktu. Tulisan atau artikel mengenai multimedia harus diakui sangat jarang, bahkan pada surat kabar besar seperti Kompas, Suara Pembaruan, dan Republika. Bahkan kita belum punya majalah atau terbitan berkala yang khusus menyajikan perkembangan industri multimedia di Indonesia, seperti yang terbit di negara-negara lain.
Meski demikian berita mengenai kegiatan bisnis multimedia kerap muncul. Ini menggambarkan maraknya perkembangan bisnis multimedia di Indonesia. Rupanya secara intelektual bidang ini kurang dilirik oleh para akademisi. Atau sebaliknya berarti para akademisinya sudah terjun langsung menjadi praktisi multimedia di perusahaan-perusahaan multimedia dan tidak sempat untuk membagi pengetahuan ini ke publik, membagi informasi perkembangan multimedia kepada publik akan menstimulasi pengembangan industi multimedia.
Andil pengusaha
Jika apa yang sudah dilakukan Peter Gontha selama ini, yaitu terjun mengembangkan multimedia di Indonesia, diikuti oleh banyak pengusaha lain tentu kita bisa berharap bahwa era informasi di Indonesia dapat lebih cepat menghampiri. Meski pemerintah Indonesia tidak seperti Pemerintah Malaysia yang telah mencanangkan program nasionalnya secara khusus, yaitu Multimedia Super Corridor (MSC), Indonesia cukuplah memiliki Peter Gontha, Abu Rizal Bakri, Youk Tansil, dan bahkan Sudwikatmono (tanpa mengurangi respek saya kepada orang-orang yang giat mengembangkan multimedia di Indosat dan Telkom) sebagai pelopor dan pejuang pengembangan multimedia di Indonesia.
Mudah-mudahan kita bisa optimis bahwa masa depan Indonesia akan lebih baik dari sekarang. Karena saat itu semua orang dapat meraih salah satu sisi baik multimedia yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk mencerdaskan dirinya melalui tersedianya akses-akses kepada informasi yang seluas langit sebagai salah satu tempat di mana infrastruktur multimedia ditempatkan.
Industri Multimedia diam-diam telah menjadi ladang baru yang menggiurkan dan dibutuhkan, sebaliknya industri lain, seperti pesawat terbang dan otomotif hingga kini terus diliputi masalah yang berkepanjangan. Barangkali memang pondasi informasi yang kuat harus lebih dulu diletakkan sebelum kita menjejakkan kaki dan bertarung di medan industri yang lain.
Memang, saya harus katakan bahwa seluruh layanan multimedia saat ini adalah bukan bisnis yang selalu menguntungkan. Contohnya adalah salah satu layanan multimedia adalah layanan televisi satelit Indovision. Bisnis ini di Indonesia kurang menajamkan kekuatan pemasarannya sehingga layanan Indovision ini menjadi sangat ekslusif.
Ada 1 juta antena parabola yang bertebaran di seluruh Indonesia yang diharapkan beralih ke Indovision pada saat peluncuran pertama Indovision. Sementara itu perilaku pemirsa pada saat itu belum mengenal kebiasaan membayar siaran teve dan acara-acara yang 100% asing (berbahasa Inggris). Indovision hingga sekarang masih membutuhkan upaya yang lebih keras untuk mendapatkan pelanggan sebanyak yang diharapkannya. Meski pertumbuhan pelanggan Indovision ini tergolong lambat, namun Indovision telah membuka jalan bagi perusahaan Pay TV lain untuk terjun di industri ini, sehingga perusahaan lain akan lebih mudah memasuki pasar yang telah terbentuk untuk menerima siaran teve bayar dan asing, apa pun sistem dan teknologinya.
Multimedia dan peradaban manusia
Sepuluh tahun yang lalu kebutuhan pada alat telekomunikasi seperti telepon belum seperti sekarang, terutama di kota besar. Ketika jalan-jalan semakin macet dan waktu terasa semakin pendek, komunikasi melalui telepon menjadi kebutuhan yang tak terelakkan untuk tetap lancar dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Padahal sepuluh tahun yang lalu itu sedikit yang menyadari bahwa telepon adalah kebutuhan mutlak pada 10 tahun mendatang di kota-kota besar. Demikian juga keberadaan PC yang sekarang seperti peralatan audio atau TV berwarna di rumah-rumah pada 10 tahun yang lalu. Atau sekarang kebutuhan akses ke internet bagi kantor-kantor dalam rangka agar tidak tercerabut dari trend dari bidang yang digelutinya serta untuk mendapatkan layanan e-mail yang mulai menggantikan mesin faks.
Perlahan tapi pasti layanan interractive data communication seperti Internet ini akan mengulang sejarah yang sama bagi telepon atau PC beberapa tahun lampau. Itu memang sudah tampak dari usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengembangkan layanan ini. Contohnya adalah Web TV.
Perkembangan multimedia dalam beberapa tahun belakangan ini telah melahirkan suatu pertanyaan malu-malu, yaitu apakah yang terjadi dengan pembatasan terhadap akses informasi dan kebebasan berekspresi yang dulu diberlakukan? Harus diakui, perlahan, kemilau dari kemajuan teknologi multimedia terutama dari 5 stasiun teve swasta telah memurukkan pembatasan itu.
Pertanyaan berikutnya adalah: ke manakah arah perkembangan multimedia 5 tahun mendatang? Atau, ke manakah arah peradaban manusia? Jawabannya mungkin akan bergantung pada ke mana kita akan mengarahkannya.
SDM industri multimedia
Perkembangan industri multimedia yang demikian cepat harus didukung oleh tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif, sehingga lahan yang empuk ini tidak diserbu oleh tenaga kerja asing yang sudah terlalu banyak merambah di Indonesia.
Terjun di bidang teknologi multimedia merupakan profesi baru yang sedang dibutuhkan pada saat sekarang dan yang akan datang. Imajinasi yang kuat diperlukan di bidang ini untuk dapat membayangkan, melihat potensi, menciptakan apa yang tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang saat ini.
Usaha pengembangan industri multimedia di Indonesia membutuhkan lebih banyak orang seperti itu untuk menyiapkan jalan menuju peradaban baru manusia di masa mendatang. Mereka bukan hanya para konglomerat yang mudah baginya untuk terjun ke dalam industri apa pun. Namun tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang andal, apalah artinya.
Andakah salah satu sumber daya manusia itu?
Jojo Rahardjo
JoJo Rahardjo
Bak rumput di musim hujan, bisnis multimedia mulai tumbuh di Indonesia. Gara-garanya jelas, satelit DBS sudah meroket. Tapi benarkah bisnis ini cerah? Bagaimana pula persiapan SDM-nya? PADA awal 1993, Satelindo menjadi perusahaan swasta pertama yang terjun di bisnis layanan satelit ketika meluncurkan Satelit Palapa C1, Satelit Palapa C1, lalu C2. Satelit-satelit ini telah digunakan secara luas oleh beberapa negara ASEAN.
Indonesia a.l. menggunakannya untuk layanan komunikasi yang dikelola oleh Telkom dan Indosat, juga untuk layanan siaran 5 teve swasta dan TVRI. Juga digunakan untuk 5 saluran siaran langsung teve satelit Indovision (Direct Broadcasting Satellite) yang kini sudah berkualitas digital (19 saluran).
Di tengah November lalu, PT Media Citra Indostar telah meluncurkan satelit Cakrawarta-1 untuk menggantikan kerja Satelit Palapa C2 dalam mengudarakan siaran Indovision. Dengan satelit ini Indovision kelak akan menyelenggarakan layanan yang bisa disebut layanan interaktif, karena akan tersedia antara lain layanan telekonferensi, video on demand (VoD), home shopping, home banking, dan komunikasi data (Internet).
Ada dua perusahaan multimedia baru lainnya yang segera akan beroperasi dengan jaringan kabel serat optik, yaitu PT Indonusa Telemedia dan Multimedia Nusantara. Perusahaan-perusahaan multimedia lainnya adalah: PT Multi Media Asia Indonesia, PT Yasawirya Tama Cipta, sehingga Indonesia boleh disebut sekarang telah memasuki era industri multimedia.
Meski layanan multimedia sudah dioperasikan di Indonesia, namun terminologi mengenai multimedia sendiri belum lagi akrab dengan masyarakat Indonesia. Multimedia lebih akrab dipahami sebagai satu pencapaian teknologi pada personal computer (PC). Jika sebuah PC disebut multimedia, maka PC tersebut memiliki kemampuan menampilkan gambar bergerak dan suara, misalnya dari Video Compact Disc, Audio Compact Disc, serta dapat berkomunikasi antarkomputer atau jaringan komputer melalui modem. Padahal multimedia memiliki arti yang lebih luas. Multimedia merupakan keterpaduan teknologi informasi (misalnya komputer) dengan teknologi komunikasi (misalnya jaringan kabel coaxial atau satelit). Kalau dipisahkan berdasarkan etimologi kata multimedia terdiri dari "multi" dan "media". "Multi" berarti "beragam", sedangkan "media" berarti "sarana penyampaian informasi".
Menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat yang berjudul Perkembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya, multimedia terdiri atas (1) unsur suara, (2) unsur gambar atau video, (3) unsur teks/data, (4) terpadu dalam satu media penyampaian, (5) Interaktif/bukan informasi satu arah. Jenis jasa multimedia terdiri dari dua, yaitu berdiri sendiri (stand alone/off line), dan terhubung dengan jaringan telekomunikasi (network-online).
Banyak perkembangan-perkembangan baru setelah diluncurkannya Satelit Palapa C1 & C2 beberapa tahun yang lalu. Seperti misalnya ditaburkannya satelit komunikasi di atas langit Indonesia oleh perusahaan-perusahaan asing di mana banyak pengusaha Indonesia terlibat dalam kepemilikan saham di dalamnya, di antaranya adalah PT Bakri Communication Corporation pada Irridium Project, sebuah proyek telepon satelit dunia untuk memecahkan masalah blank spot pada telepon selular biasa, AMPS atau GSM. Indosat pun masuk menjadi salah satu pemodal pada konsorsium ICO Global Communication (ICO-GC), sebuah telepon satelit setelah Irridium.
Sementara di belahan lain dari bumi ini, Microsoft dengan beberapa perusahaan juga telah merambah pada industri satelit layanan komunikasi yang lain, seperti Internet, video conference atau video on demand. Proyeknya yang terkenal sekarang ini adalah CyberStar atau "Internet di Angkasa" yang mungkin akan menyediakan layanannya di Indonesia.
Selain bisnis, ternyata politik pun ikut mengembangkan multimedia di Indonesia. Sejak Pemilu beberapa bulan lalu tidak ada satu kecamatan pun di Indonesia yang tidak bisa dihubungi lewat sambungan telepon dengan teknologi satelit VSAT (very small aperture terminal). Sayangnya fasilitas yang sudah dimiliki ini tidak berfungsi pada saat kebakaran hutan dan bencana kelaparan di Indonesia. Entah kenapa ....
Situs Multimedia Indonesia
Untuk mengantipasi datangnya era ini, kini telah tersedia satu homepage yang berisi kumpulan informasi mengenai perkembangan multimedia di Indonesia dan di dunia secara umum (http://www.angelfire.com/id/jojor). Homepage ini bisa disebut satu-satunya yang secara khusus berbicara mengenai multimedia. Di dalam homepage ini tersedia banyak link ke situs-situs yang berkaitan dengan multimedia, sehingga bisa diandalkan bagi yang ingin melihat perkembangan multimedia dari waktu ke waktu. Tulisan atau artikel mengenai multimedia harus diakui sangat jarang, bahkan pada surat kabar besar seperti Kompas, Suara Pembaruan, dan Republika. Bahkan kita belum punya majalah atau terbitan berkala yang khusus menyajikan perkembangan industri multimedia di Indonesia, seperti yang terbit di negara-negara lain.
Meski demikian berita mengenai kegiatan bisnis multimedia kerap muncul. Ini menggambarkan maraknya perkembangan bisnis multimedia di Indonesia. Rupanya secara intelektual bidang ini kurang dilirik oleh para akademisi. Atau sebaliknya berarti para akademisinya sudah terjun langsung menjadi praktisi multimedia di perusahaan-perusahaan multimedia dan tidak sempat untuk membagi pengetahuan ini ke publik, membagi informasi perkembangan multimedia kepada publik akan menstimulasi pengembangan industi multimedia.
Andil pengusaha
Jika apa yang sudah dilakukan Peter Gontha selama ini, yaitu terjun mengembangkan multimedia di Indonesia, diikuti oleh banyak pengusaha lain tentu kita bisa berharap bahwa era informasi di Indonesia dapat lebih cepat menghampiri. Meski pemerintah Indonesia tidak seperti Pemerintah Malaysia yang telah mencanangkan program nasionalnya secara khusus, yaitu Multimedia Super Corridor (MSC), Indonesia cukuplah memiliki Peter Gontha, Abu Rizal Bakri, Youk Tansil, dan bahkan Sudwikatmono (tanpa mengurangi respek saya kepada orang-orang yang giat mengembangkan multimedia di Indosat dan Telkom) sebagai pelopor dan pejuang pengembangan multimedia di Indonesia.
Mudah-mudahan kita bisa optimis bahwa masa depan Indonesia akan lebih baik dari sekarang. Karena saat itu semua orang dapat meraih salah satu sisi baik multimedia yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk mencerdaskan dirinya melalui tersedianya akses-akses kepada informasi yang seluas langit sebagai salah satu tempat di mana infrastruktur multimedia ditempatkan.
Industri Multimedia diam-diam telah menjadi ladang baru yang menggiurkan dan dibutuhkan, sebaliknya industri lain, seperti pesawat terbang dan otomotif hingga kini terus diliputi masalah yang berkepanjangan. Barangkali memang pondasi informasi yang kuat harus lebih dulu diletakkan sebelum kita menjejakkan kaki dan bertarung di medan industri yang lain.
Memang, saya harus katakan bahwa seluruh layanan multimedia saat ini adalah bukan bisnis yang selalu menguntungkan. Contohnya adalah salah satu layanan multimedia adalah layanan televisi satelit Indovision. Bisnis ini di Indonesia kurang menajamkan kekuatan pemasarannya sehingga layanan Indovision ini menjadi sangat ekslusif.
Ada 1 juta antena parabola yang bertebaran di seluruh Indonesia yang diharapkan beralih ke Indovision pada saat peluncuran pertama Indovision. Sementara itu perilaku pemirsa pada saat itu belum mengenal kebiasaan membayar siaran teve dan acara-acara yang 100% asing (berbahasa Inggris). Indovision hingga sekarang masih membutuhkan upaya yang lebih keras untuk mendapatkan pelanggan sebanyak yang diharapkannya. Meski pertumbuhan pelanggan Indovision ini tergolong lambat, namun Indovision telah membuka jalan bagi perusahaan Pay TV lain untuk terjun di industri ini, sehingga perusahaan lain akan lebih mudah memasuki pasar yang telah terbentuk untuk menerima siaran teve bayar dan asing, apa pun sistem dan teknologinya.
Multimedia dan peradaban manusia
Sepuluh tahun yang lalu kebutuhan pada alat telekomunikasi seperti telepon belum seperti sekarang, terutama di kota besar. Ketika jalan-jalan semakin macet dan waktu terasa semakin pendek, komunikasi melalui telepon menjadi kebutuhan yang tak terelakkan untuk tetap lancar dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Padahal sepuluh tahun yang lalu itu sedikit yang menyadari bahwa telepon adalah kebutuhan mutlak pada 10 tahun mendatang di kota-kota besar. Demikian juga keberadaan PC yang sekarang seperti peralatan audio atau TV berwarna di rumah-rumah pada 10 tahun yang lalu. Atau sekarang kebutuhan akses ke internet bagi kantor-kantor dalam rangka agar tidak tercerabut dari trend dari bidang yang digelutinya serta untuk mendapatkan layanan e-mail yang mulai menggantikan mesin faks.
Perlahan tapi pasti layanan interractive data communication seperti Internet ini akan mengulang sejarah yang sama bagi telepon atau PC beberapa tahun lampau. Itu memang sudah tampak dari usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengembangkan layanan ini. Contohnya adalah Web TV.
Perkembangan multimedia dalam beberapa tahun belakangan ini telah melahirkan suatu pertanyaan malu-malu, yaitu apakah yang terjadi dengan pembatasan terhadap akses informasi dan kebebasan berekspresi yang dulu diberlakukan? Harus diakui, perlahan, kemilau dari kemajuan teknologi multimedia terutama dari 5 stasiun teve swasta telah memurukkan pembatasan itu.
Pertanyaan berikutnya adalah: ke manakah arah perkembangan multimedia 5 tahun mendatang? Atau, ke manakah arah peradaban manusia? Jawabannya mungkin akan bergantung pada ke mana kita akan mengarahkannya.
SDM industri multimedia
Perkembangan industri multimedia yang demikian cepat harus didukung oleh tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif, sehingga lahan yang empuk ini tidak diserbu oleh tenaga kerja asing yang sudah terlalu banyak merambah di Indonesia.
Terjun di bidang teknologi multimedia merupakan profesi baru yang sedang dibutuhkan pada saat sekarang dan yang akan datang. Imajinasi yang kuat diperlukan di bidang ini untuk dapat membayangkan, melihat potensi, menciptakan apa yang tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang saat ini.
Usaha pengembangan industri multimedia di Indonesia membutuhkan lebih banyak orang seperti itu untuk menyiapkan jalan menuju peradaban baru manusia di masa mendatang. Mereka bukan hanya para konglomerat yang mudah baginya untuk terjun ke dalam industri apa pun. Namun tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang andal, apalah artinya.
Andakah salah satu sumber daya manusia itu?
Jojo Rahardjo
Thursday, October 28, 2004
TULISAN MENGENAI PERKEMBANGAN MULTIMEDIA DI INDONESIA
Tulisan ini adalah document lama yang dibuat sebelum tahun 2000
Pada awal tahun 1993, Satelindo adalah perusahaan swasta yang pertama terjun pada bisnis layanan satelit dengan meluncurkan Satelit Palapa C1. Satelit Palapa C1 dan lalu C2 bakal berumur hingga 14 tahun. Satelit-satelit ini telah digunakan secara luas oleh beberapa negara di ASEAN. Indonesia antara lain menggunakannya untuk layanan komunikasi yang dikelola oleh Telkom dan Indosat, juga untuk layanan siaran televisi 5 TV swasta dan TVRI. Bahkan digunakan untuk 5 channel siaran langsung TV Satelit Indovision (Direct Broadcasting Satelite) yang kini sudah berkualitas digital (19 channel). Bahkan tengah November lalu, PT. Media Citra Indostar telah meluncurkan satelit Cakrawarta-1 untuk menggantikan kerja Satelit Palapa C2 dalam mengudarakan siaran Indovision. Dengan satelit ini Indovision kelak akan menyelenggarakan layanan yang bisa disebut layanan interaktif, karena akan tersedia antara lain layanan teleconference, Video on Demand (VoD), home shopping, home banking dan komunikasi data (internet). Ada dua perusahaan multimedia baru lainnya yang segera akan beroperasi dengan jaringan kabel serat optik, yaitu PT Indonusa Telemedia dan Multimedia Nusantara. Perusahaan-perusahaan multimedia lainnya adalah: PT Multi Media Asia Indonesia, PT Yasawirya Tama Cipta. Sehingga Indonesia boleh disebut sekarang telah memasuki era industri multimedia
Meski layanan multimedia sudah dioperasikan di Indonesia, namun terminologi mengenai multimedia sendiri belum lagi akrab dengan masyarakat Indonesia. Multimedia lebih akrab dipahami sebagai satu pencapaian teknologi pada personal computer (PC). Jika sebuah PC disebut multimedia, maka PC tersebut memiliki kemampuan menampilkan gambar bergerak dan suara, misalnya dari Video Compact Disc, Audio Compact Disc, serta dapat berkomunikasi antar komputer atau jaringan komputer melalui modem.
Padahal multimedia memiliki arti yang lebih luas. Multimedia merupakan keterpaduan teknologi informasi (misalnya komputer) dengan teknologi komunikasi (misalnya jaringan kabel coaxial atau satelit). Kalau dipisahkan berdasarkan etimologi kata multimedia terdiri dari multi dan media. Multi berarti beragam, sedangkan Media berarti sarana penyampaian informasi.
Sedangkan menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat yang berjudul ''Perkembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya'', multimedia terdiri dari (1) unsur suara, (2) unsur gambar atau video, (3) unsur teks/data, (4). terpadu dalam satu media penyampaian, (5). Interaktif/bukan informasi satu arah. Sedangkan jenis jasa multimedia terdiri dari dua, yaitu berdiri sendiri (stand alone/off line), dan terhubung dengan jaringan telekomunikasi (network-online).
Banyak perkembangan-perkembangan baru setelah diluncurkannya Satelit Palapa C1 & C2 beberapa tahun yang lalu. Seperti misalnya ditaburkannya satelit komunikasi di atas langit Indonesia oleh perusahaan-perusahaan asing di mana banyak pengusaha Indonesia terlibat dalam kepemilikan saham di dalamnya, di antaranya adalah PT. Bakri Communication Corporation pada Irridium Project, sebuah proyek telepon satelit dunia untuk memecahkan masalah blank spot pada telepon selular biasa, AMPS atau GSM. Indosat pun masuk menjadi salah satu pemodal pada konsorsium ICO Global Communication (ICO-GC), sebuah telepon satelit setelah Irridium.
Sementara di belahan lain dari bumi ini, Microsoft dengan beberapa perusahaan juga telah merambah pada industri satelit layanan komunikasi yang lain, seperti internet, video conference atau video on demand. Proyeknya yang terkenal sekarang ini adalah CyberStar atau "Internet di Angkasa" yang mungkin akan menyediakan layanannya di Indonesia.
Selain bisnis ternyata politik pun ikut mengembangkan multimedia di Indonesia. Sejak Pemilu beberapa bulan lalu PT. Telkom berharap tidak ada satu kecamatan pun di Indonesia yang tidak bisa dihubungi lewat sambungan telepon dengan teknologi satelit VSAT (very small aperture terminal). Sayangnya fasilitas yang sudah dimiliki ini tidak berfungsi pada saat kebakaran hutan dan bencana kelaparan di Indonesia. Entah kenapa....
SUMBER INFORMASI YANG TERSEDIA
Untuk mengantipasi datangnya era ini, saya sajikan homepage ini, berisi kumpulan informasi mengenai perkembangan multimedia di Indonesia dan di dunia secara umum Homepage ini bisa disebut satu-satunya yang secara khusus berbicara mengenai multimedia. Di dalam homepage ini tersedia banyak link ke situs-situs yang berkaitan dengan multimedia, sehingga bisa diandalkan bagi yang ingin melihat perkembangan multimedia dari waktu ke waktu.
Tulisan atau artikel mengenai multimedia harus diakui sangat jarang, bahkan pada suratkabar besar seperti Kompas, Suara Pembaruan dan Republika. Bahkan kita belum punya majalah atau terbitan berkala yang khusus menyajikan perkembangan industri multimedia di Indonesia, seperti yang terbit di negara-negara lain. Meski demikian berita mengenai kegiatan bisnis multimedia kerap muncul. Ini menggambarkan maraknya perkembangan bisnis multimedia di Indonesia. Rupanya secara intelektual bidang ini kurang dilirik oleh para akademisi. Atau sebaliknya berarti para akademisinya sudah terjun langsung menjadi praktisi multimedia di perusahaan-perusahaan multimedia dan tidak sempat untuk membagi pengetahuan ini ke publik. Padahal Membagi informasi perkembangan multimedia kepada publik akan menstimulasi pengembangan industri multimedia.
ANDIL PENGUSAHA
Jika apa yang sudah dilakukan Peter Gontha selama ini, yaitu terjun mengembangkan multimedia di Indonesia, diikuti oleh banyak pengusaha lain tentu kita bisa berharap bahwa era informasi di Indonesia dapat lebih cepat menghampiri. Meski pemerintah Indonesia tidak seperti Pemerintah Malaysia yang telah mencanangkan program nasionalnya secara khusus, yaitu Multimedia Super Corridor, Indonesia cukuplah memiliki Peter Gontha, Abu Rizal Bakri, Youk Tansil dan bahkan Sudwikatmono (tanpa mengurangi respek saya kepada orang-orang yang giat mengembangkan multimedia di Indosat dan Telkom) sebagai pelopor dan pejuang pengembangan multimedia di Indonesia. Sehingga kita bisa optimis bahwa masa depan Indonesia akan lebih baik dari sekarang. Karena saat itu semua orang dapat meraih salah satu sisi baik multimedia yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk mencerdaskan dirinya melalui tersedianya akses-akses kepada informasi yang seluas langit sebagai salah satu tempat di mana infrastruktur multimedia ditempatkan.
Memang, saya harus katakan bahwa seluruh layanan multimedia saat ini adalah bukan bisnis yang selalu menguntungkan. Contohnya adalah layanan televisi satelit Indovision sebagai salah satu layanan multimedia. Bisnis ini di Indonesia kurang menajamkan kekuatan marketingnya, sehingga layanan Indovision ini menjadi sangat ekslusif. Ada 1 juta antena parabola yang bertebaran di seluruh Indonesia yang diharapkan beralih ke Indovision pada saat peluncuran pertama Indovision. Sementara itu perilaku pemirsa pada saat itu belum mengenal kebiasaan membayar siaran TV dan acara-acara yang 100% asing (berbahasa Inggris). Indovision hingga sekarang masih membutuhkan upaya yang lebih keras untuk mendapatkan pelanggan sebanyak yang diharapkannya. Meski pertumbuhan pelanggan Indovision ini tergolong lambat, namun Indovision telah membuka jalan bagi perusahaan TV Bayar lain untuk terjun di industri ini. Sehingga perusahaan lain akan lebih mudah memasuki pasar yang telah terbentuk untuk menerima siaran TV bayar dan program asing, apa pun sistem dan teknologinya.
MULTIMEDIA DAN PERADABAN MANUSIA
Sepuluh tahun yang lalu kebutuhan pada alat telekomunikasi seperti telepon belum seperti sekarang, terutama di kota besar. Ketika jalan-jalan semakin macet dan waktu terasa semakin pendek, komunikasi melalui telepon menjadi kebutuhan yang tak terelakkan untuk tetap lancar dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Padahal sepuluh tahun yang lalu itu sedikit yang menyadari bahwa telepon adalah kebutuhan mutlak pada 10 tahun mendatang di kota-kota besar. Demikian juga keberadaan Personal Computer (PC) yang sekarang seperti peralatan audio system atau TV berwarna di rumah-rumah pada 10 tahun yang lalu. Atau sekarang kebutuhan akses ke internet bagi kantor-kantor dalam rangka agar tidak tercerabut dari trend dari bidang yang digelutinya serta untuk mendapatkan layanan e-mail yang mulai menggantikan fax machine. Perlahan tapi pasti layanan interractive data communication seperti Internet ini akan mengulang sejarah yang sama bagi telepon atau PC beberapa tahun lampau. Itu memang sudah nampak dari usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengembangkan layanan ini. Contohnya adalah WEB TV yang sekarang sudah dipasarkan. WEB TV adalah layanan internet melalui pesawat TV bukan melalui PC. Dengan menambahkan beberapa peralatan tambahan, modem, remote control atau keyboard dan dihubungkan dengan telephone line atau antena microwave/satelit maka jadilah pesawat TV biasa sebagai layar monitor untuk menjelajahi jaringan informasi seluruh dunia internet. Bayangkan saat itu di mana ibu-ibu rumahtangga menjelajahi internet untuk berbelanja fashion, makanan, jasa perjalanan, bahkan ramalan cuaca dan lain-lain. Juga akan bertumbuhan usaha-usaha yang berbasis rumah yang sebagian dikelola oleh para ibu rumah tangga, seperti jasa layanan komputer, jual-beli barang, disain graphis, arsitektur, kesehatan, konsultasi, penitipan anak yang bisa dikontrol melalui jaringan multimedia dan lain-lain.
Perkembangan multimedia dalam beberapa tahun belakangan ini telah melahirkan suatu pertanyaan malu-malu, yaitu apakah yang terjadi dengan pembatasan terhadap akses informasi dan kebebasan berekspresi yang dulu diberlakukan? Harus diakkui, perlahan, kemilau dari kemajuan teknologi multimedia terutama dari 5 broadcast TV swasta telah mempurukkan pembatasan itu. Maka pertanyaan berikutnya adalah: kemanakah arah perkembangan multimedia 5 tahun mendatang? Atau: kemanakah arah peradaban manusia? Jawabannya mungkin akan bergantung pada kemana kita akan mengarahkannya.
SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI MULTIMEDIA
Perkembangan industri multimedia yang demikian cepat harus didukung oleh tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif, sehingga lahan yang empuk ini tidak diserbu oleh tenaga kerja asing yang sudah terlalu banyak merambah di Indonesia. Terjun di bidang teknologi multimedia merupakan profesi baru yang sedang dibutuhkan pada saat sekarang dan yang akan datang. Imajinasi yang kuat diperlukan di bidang ini untuk dapat membayangkan, melihat potensi, menciptakan apa yang tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang saat ini.
Usaha pengembangan industri multimedia di Indonesia membutuhkan lebih banyak orang seperti itu untuk menyiapkan jalan menuju peradaban baru manusia di masa mendatang. Mereka bukan hanya para konglomerat yang mudah baginya untuk terjun ke dalam industri apa pun. Namun tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang handal, apa lah artinya.
Andakah salah satu sumber daya manusia itu?
JoJo Rahardjo.
Pada awal tahun 1993, Satelindo adalah perusahaan swasta yang pertama terjun pada bisnis layanan satelit dengan meluncurkan Satelit Palapa C1. Satelit Palapa C1 dan lalu C2 bakal berumur hingga 14 tahun. Satelit-satelit ini telah digunakan secara luas oleh beberapa negara di ASEAN. Indonesia antara lain menggunakannya untuk layanan komunikasi yang dikelola oleh Telkom dan Indosat, juga untuk layanan siaran televisi 5 TV swasta dan TVRI. Bahkan digunakan untuk 5 channel siaran langsung TV Satelit Indovision (Direct Broadcasting Satelite) yang kini sudah berkualitas digital (19 channel). Bahkan tengah November lalu, PT. Media Citra Indostar telah meluncurkan satelit Cakrawarta-1 untuk menggantikan kerja Satelit Palapa C2 dalam mengudarakan siaran Indovision. Dengan satelit ini Indovision kelak akan menyelenggarakan layanan yang bisa disebut layanan interaktif, karena akan tersedia antara lain layanan teleconference, Video on Demand (VoD), home shopping, home banking dan komunikasi data (internet). Ada dua perusahaan multimedia baru lainnya yang segera akan beroperasi dengan jaringan kabel serat optik, yaitu PT Indonusa Telemedia dan Multimedia Nusantara. Perusahaan-perusahaan multimedia lainnya adalah: PT Multi Media Asia Indonesia, PT Yasawirya Tama Cipta. Sehingga Indonesia boleh disebut sekarang telah memasuki era industri multimedia
Meski layanan multimedia sudah dioperasikan di Indonesia, namun terminologi mengenai multimedia sendiri belum lagi akrab dengan masyarakat Indonesia. Multimedia lebih akrab dipahami sebagai satu pencapaian teknologi pada personal computer (PC). Jika sebuah PC disebut multimedia, maka PC tersebut memiliki kemampuan menampilkan gambar bergerak dan suara, misalnya dari Video Compact Disc, Audio Compact Disc, serta dapat berkomunikasi antar komputer atau jaringan komputer melalui modem.
Padahal multimedia memiliki arti yang lebih luas. Multimedia merupakan keterpaduan teknologi informasi (misalnya komputer) dengan teknologi komunikasi (misalnya jaringan kabel coaxial atau satelit). Kalau dipisahkan berdasarkan etimologi kata multimedia terdiri dari multi dan media. Multi berarti beragam, sedangkan Media berarti sarana penyampaian informasi.
Sedangkan menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat yang berjudul ''Perkembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya'', multimedia terdiri dari (1) unsur suara, (2) unsur gambar atau video, (3) unsur teks/data, (4). terpadu dalam satu media penyampaian, (5). Interaktif/bukan informasi satu arah. Sedangkan jenis jasa multimedia terdiri dari dua, yaitu berdiri sendiri (stand alone/off line), dan terhubung dengan jaringan telekomunikasi (network-online).
Banyak perkembangan-perkembangan baru setelah diluncurkannya Satelit Palapa C1 & C2 beberapa tahun yang lalu. Seperti misalnya ditaburkannya satelit komunikasi di atas langit Indonesia oleh perusahaan-perusahaan asing di mana banyak pengusaha Indonesia terlibat dalam kepemilikan saham di dalamnya, di antaranya adalah PT. Bakri Communication Corporation pada Irridium Project, sebuah proyek telepon satelit dunia untuk memecahkan masalah blank spot pada telepon selular biasa, AMPS atau GSM. Indosat pun masuk menjadi salah satu pemodal pada konsorsium ICO Global Communication (ICO-GC), sebuah telepon satelit setelah Irridium.
Sementara di belahan lain dari bumi ini, Microsoft dengan beberapa perusahaan juga telah merambah pada industri satelit layanan komunikasi yang lain, seperti internet, video conference atau video on demand. Proyeknya yang terkenal sekarang ini adalah CyberStar atau "Internet di Angkasa" yang mungkin akan menyediakan layanannya di Indonesia.
Selain bisnis ternyata politik pun ikut mengembangkan multimedia di Indonesia. Sejak Pemilu beberapa bulan lalu PT. Telkom berharap tidak ada satu kecamatan pun di Indonesia yang tidak bisa dihubungi lewat sambungan telepon dengan teknologi satelit VSAT (very small aperture terminal). Sayangnya fasilitas yang sudah dimiliki ini tidak berfungsi pada saat kebakaran hutan dan bencana kelaparan di Indonesia. Entah kenapa....
SUMBER INFORMASI YANG TERSEDIA
Untuk mengantipasi datangnya era ini, saya sajikan homepage ini, berisi kumpulan informasi mengenai perkembangan multimedia di Indonesia dan di dunia secara umum Homepage ini bisa disebut satu-satunya yang secara khusus berbicara mengenai multimedia. Di dalam homepage ini tersedia banyak link ke situs-situs yang berkaitan dengan multimedia, sehingga bisa diandalkan bagi yang ingin melihat perkembangan multimedia dari waktu ke waktu.
Tulisan atau artikel mengenai multimedia harus diakui sangat jarang, bahkan pada suratkabar besar seperti Kompas, Suara Pembaruan dan Republika. Bahkan kita belum punya majalah atau terbitan berkala yang khusus menyajikan perkembangan industri multimedia di Indonesia, seperti yang terbit di negara-negara lain. Meski demikian berita mengenai kegiatan bisnis multimedia kerap muncul. Ini menggambarkan maraknya perkembangan bisnis multimedia di Indonesia. Rupanya secara intelektual bidang ini kurang dilirik oleh para akademisi. Atau sebaliknya berarti para akademisinya sudah terjun langsung menjadi praktisi multimedia di perusahaan-perusahaan multimedia dan tidak sempat untuk membagi pengetahuan ini ke publik. Padahal Membagi informasi perkembangan multimedia kepada publik akan menstimulasi pengembangan industri multimedia.
ANDIL PENGUSAHA
Jika apa yang sudah dilakukan Peter Gontha selama ini, yaitu terjun mengembangkan multimedia di Indonesia, diikuti oleh banyak pengusaha lain tentu kita bisa berharap bahwa era informasi di Indonesia dapat lebih cepat menghampiri. Meski pemerintah Indonesia tidak seperti Pemerintah Malaysia yang telah mencanangkan program nasionalnya secara khusus, yaitu Multimedia Super Corridor, Indonesia cukuplah memiliki Peter Gontha, Abu Rizal Bakri, Youk Tansil dan bahkan Sudwikatmono (tanpa mengurangi respek saya kepada orang-orang yang giat mengembangkan multimedia di Indosat dan Telkom) sebagai pelopor dan pejuang pengembangan multimedia di Indonesia. Sehingga kita bisa optimis bahwa masa depan Indonesia akan lebih baik dari sekarang. Karena saat itu semua orang dapat meraih salah satu sisi baik multimedia yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk mencerdaskan dirinya melalui tersedianya akses-akses kepada informasi yang seluas langit sebagai salah satu tempat di mana infrastruktur multimedia ditempatkan.
Memang, saya harus katakan bahwa seluruh layanan multimedia saat ini adalah bukan bisnis yang selalu menguntungkan. Contohnya adalah layanan televisi satelit Indovision sebagai salah satu layanan multimedia. Bisnis ini di Indonesia kurang menajamkan kekuatan marketingnya, sehingga layanan Indovision ini menjadi sangat ekslusif. Ada 1 juta antena parabola yang bertebaran di seluruh Indonesia yang diharapkan beralih ke Indovision pada saat peluncuran pertama Indovision. Sementara itu perilaku pemirsa pada saat itu belum mengenal kebiasaan membayar siaran TV dan acara-acara yang 100% asing (berbahasa Inggris). Indovision hingga sekarang masih membutuhkan upaya yang lebih keras untuk mendapatkan pelanggan sebanyak yang diharapkannya. Meski pertumbuhan pelanggan Indovision ini tergolong lambat, namun Indovision telah membuka jalan bagi perusahaan TV Bayar lain untuk terjun di industri ini. Sehingga perusahaan lain akan lebih mudah memasuki pasar yang telah terbentuk untuk menerima siaran TV bayar dan program asing, apa pun sistem dan teknologinya.
MULTIMEDIA DAN PERADABAN MANUSIA
Sepuluh tahun yang lalu kebutuhan pada alat telekomunikasi seperti telepon belum seperti sekarang, terutama di kota besar. Ketika jalan-jalan semakin macet dan waktu terasa semakin pendek, komunikasi melalui telepon menjadi kebutuhan yang tak terelakkan untuk tetap lancar dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Padahal sepuluh tahun yang lalu itu sedikit yang menyadari bahwa telepon adalah kebutuhan mutlak pada 10 tahun mendatang di kota-kota besar. Demikian juga keberadaan Personal Computer (PC) yang sekarang seperti peralatan audio system atau TV berwarna di rumah-rumah pada 10 tahun yang lalu. Atau sekarang kebutuhan akses ke internet bagi kantor-kantor dalam rangka agar tidak tercerabut dari trend dari bidang yang digelutinya serta untuk mendapatkan layanan e-mail yang mulai menggantikan fax machine. Perlahan tapi pasti layanan interractive data communication seperti Internet ini akan mengulang sejarah yang sama bagi telepon atau PC beberapa tahun lampau. Itu memang sudah nampak dari usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengembangkan layanan ini. Contohnya adalah WEB TV yang sekarang sudah dipasarkan. WEB TV adalah layanan internet melalui pesawat TV bukan melalui PC. Dengan menambahkan beberapa peralatan tambahan, modem, remote control atau keyboard dan dihubungkan dengan telephone line atau antena microwave/satelit maka jadilah pesawat TV biasa sebagai layar monitor untuk menjelajahi jaringan informasi seluruh dunia internet. Bayangkan saat itu di mana ibu-ibu rumahtangga menjelajahi internet untuk berbelanja fashion, makanan, jasa perjalanan, bahkan ramalan cuaca dan lain-lain. Juga akan bertumbuhan usaha-usaha yang berbasis rumah yang sebagian dikelola oleh para ibu rumah tangga, seperti jasa layanan komputer, jual-beli barang, disain graphis, arsitektur, kesehatan, konsultasi, penitipan anak yang bisa dikontrol melalui jaringan multimedia dan lain-lain.
Perkembangan multimedia dalam beberapa tahun belakangan ini telah melahirkan suatu pertanyaan malu-malu, yaitu apakah yang terjadi dengan pembatasan terhadap akses informasi dan kebebasan berekspresi yang dulu diberlakukan? Harus diakkui, perlahan, kemilau dari kemajuan teknologi multimedia terutama dari 5 broadcast TV swasta telah mempurukkan pembatasan itu. Maka pertanyaan berikutnya adalah: kemanakah arah perkembangan multimedia 5 tahun mendatang? Atau: kemanakah arah peradaban manusia? Jawabannya mungkin akan bergantung pada kemana kita akan mengarahkannya.
SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI MULTIMEDIA
Perkembangan industri multimedia yang demikian cepat harus didukung oleh tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif, sehingga lahan yang empuk ini tidak diserbu oleh tenaga kerja asing yang sudah terlalu banyak merambah di Indonesia. Terjun di bidang teknologi multimedia merupakan profesi baru yang sedang dibutuhkan pada saat sekarang dan yang akan datang. Imajinasi yang kuat diperlukan di bidang ini untuk dapat membayangkan, melihat potensi, menciptakan apa yang tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang saat ini.
Usaha pengembangan industri multimedia di Indonesia membutuhkan lebih banyak orang seperti itu untuk menyiapkan jalan menuju peradaban baru manusia di masa mendatang. Mereka bukan hanya para konglomerat yang mudah baginya untuk terjun ke dalam industri apa pun. Namun tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang handal, apa lah artinya.
Andakah salah satu sumber daya manusia itu?
JoJo Rahardjo.
Tuesday, October 26, 2004
INDUSTRI TELEVISI KITA DAN INUL
Kontroversi Inul, dulu pernah panjang di media massa. Sebenarnya saya tidak ingin terlibat di dalam kontroversi goyangan Inul dan Anisa. Namun saya gatal untuk ikut nimbrung menggambarkan profile dari penonton televisi menurut hasil berbagai survey. Hasil survey ini menjelaskan tentang mengapa tayangan Inul bisa mengangkat TV rating akhir-akhir ini dan membuat kontroversi yang panjang.
Hampir di seluruh dunia, profile penonton televisi, jika dilihat dari pendidikannya, adalah paling banyak dengan pendidikan di bawah tingkat menengah atas, menurut sebuah survey yang sudah dibukukan: “Broadcasting in Amerika”. Begitu juga menurut survey AC Nielsen terhadap penonton televisi di Indonesia, makin rendah tingkat pendidikannya, makin tinggi jam menonton televisinya. Hal ini mungkin bisa dipahami seperti ini, dengan pendidikan yang tinggi orang lebih menyukai mengisi waktunya untuk kegiatan lain seperti, membaca atau menulis. Juga dengan pendidikan yang lebih tinggi, tingkat kelas ekonominya pun bertambah, sehingga orang-orang ini memiliki pilihan dalam melakukan kegiatan yang lain dibanding menonton televisi (televisi swasta yang gratis tanpa bayar), misalnya melakukan kegiatan ke luar rumah, surfing di Internet, atau menonton Pay TV (seperti televisi Satelite dengan membayar) atau mengerjakan kegiatan lain seperti yang bersifat hobby.
Profile penonton televisi seperti itu memang bukan hanya di Indonesia, di negara-negara lain pun profilenya seperti yang digambarkan di atas. Profile penonton seperti ini terlihat dari kwalitas tayangan serial drama baik lokal maupun asing yang tidak mungkin disukai oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Film lepasnya lebih banyak film action yang ceritanya menghina intelektual penontonnya, yang penting ada gedebak-gedubuk, dar-der-dor, dan bum.
Inul dan Anisa adalah komoditi yang giat dijual oleh televisi kita akhir-akhir ini, sebagaimana gosip, tayangan misteri atau horor, sebagaimana sebelumnya televisi kita sukses dengan serial Asia seperti Meteor Garden. Televisi kita sekarang adalah sebuah industri di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya berlomba-lomba untuk memperoleh untung. Jika di satu stasiun televisi sukes dengan satu jenis tayangan, maka stasiun yang lain akan segera menggelar tayangan “me too” (saya juga). Setelah beberapa stasiun sukses menggelar goyangan Inul, maka apa yang dilakukan Persatuan Artis Sinetron Indonesia (PARSI), yang membela Inul beberapa hari yang lalu, adalah sebuah “reaksi bertahan” yang normal dari sebuah industri, karena Inul rencananya akan dimanfaatkan untuk berperan dalam sebuah sinetron. Jika pamor Inul “dibunuh” oleh Haji Oma Irama, tentu anda dapat membayangkan apa jadinya Sinetron yang dibintangi oleh Inul tersebut…. Jadi ini semuanya adalah dalam kerangka industri televisi yang terganggu oleh Haji Oma Irama.
Industri televisi ini memang luar biasa berhasil membuat Inul menjadi kontroversi sehingga bahkan orang-orang politik juga dilibatkan. Anda tentu juga dapat membayangkan apa yang sebenarnya bisa dicapai di kancah politik. Inul akan diupayakan untuk menjadi simbol seorang rakyat kecil yang diperkosa hak-hak berkreasi atau berkeseniannya. Atau bagaimana Inul (dan orang-orang politik di belakangnya) dapat menarik simpati rakyat banyak yang merupakan penonton terbanyak televisi swasta kita.
Hampir di seluruh dunia, profile penonton televisi, jika dilihat dari pendidikannya, adalah paling banyak dengan pendidikan di bawah tingkat menengah atas, menurut sebuah survey yang sudah dibukukan: “Broadcasting in Amerika”. Begitu juga menurut survey AC Nielsen terhadap penonton televisi di Indonesia, makin rendah tingkat pendidikannya, makin tinggi jam menonton televisinya. Hal ini mungkin bisa dipahami seperti ini, dengan pendidikan yang tinggi orang lebih menyukai mengisi waktunya untuk kegiatan lain seperti, membaca atau menulis. Juga dengan pendidikan yang lebih tinggi, tingkat kelas ekonominya pun bertambah, sehingga orang-orang ini memiliki pilihan dalam melakukan kegiatan yang lain dibanding menonton televisi (televisi swasta yang gratis tanpa bayar), misalnya melakukan kegiatan ke luar rumah, surfing di Internet, atau menonton Pay TV (seperti televisi Satelite dengan membayar) atau mengerjakan kegiatan lain seperti yang bersifat hobby.
Profile penonton televisi seperti itu memang bukan hanya di Indonesia, di negara-negara lain pun profilenya seperti yang digambarkan di atas. Profile penonton seperti ini terlihat dari kwalitas tayangan serial drama baik lokal maupun asing yang tidak mungkin disukai oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Film lepasnya lebih banyak film action yang ceritanya menghina intelektual penontonnya, yang penting ada gedebak-gedubuk, dar-der-dor, dan bum.
Inul dan Anisa adalah komoditi yang giat dijual oleh televisi kita akhir-akhir ini, sebagaimana gosip, tayangan misteri atau horor, sebagaimana sebelumnya televisi kita sukses dengan serial Asia seperti Meteor Garden. Televisi kita sekarang adalah sebuah industri di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya berlomba-lomba untuk memperoleh untung. Jika di satu stasiun televisi sukes dengan satu jenis tayangan, maka stasiun yang lain akan segera menggelar tayangan “me too” (saya juga). Setelah beberapa stasiun sukses menggelar goyangan Inul, maka apa yang dilakukan Persatuan Artis Sinetron Indonesia (PARSI), yang membela Inul beberapa hari yang lalu, adalah sebuah “reaksi bertahan” yang normal dari sebuah industri, karena Inul rencananya akan dimanfaatkan untuk berperan dalam sebuah sinetron. Jika pamor Inul “dibunuh” oleh Haji Oma Irama, tentu anda dapat membayangkan apa jadinya Sinetron yang dibintangi oleh Inul tersebut…. Jadi ini semuanya adalah dalam kerangka industri televisi yang terganggu oleh Haji Oma Irama.
Industri televisi ini memang luar biasa berhasil membuat Inul menjadi kontroversi sehingga bahkan orang-orang politik juga dilibatkan. Anda tentu juga dapat membayangkan apa yang sebenarnya bisa dicapai di kancah politik. Inul akan diupayakan untuk menjadi simbol seorang rakyat kecil yang diperkosa hak-hak berkreasi atau berkeseniannya. Atau bagaimana Inul (dan orang-orang politik di belakangnya) dapat menarik simpati rakyat banyak yang merupakan penonton terbanyak televisi swasta kita.
SEARCH ENGINE DI INTERNET
BAGAIMANA MEMANFAATKAN SEARCH ENGINE
UNTUK MENAIKKAN ANGKA KUNJUNGAN KE SITUS ANDA
Internet masuk ke Indonesia hampr 10 tahun lamanya. Sejak pertama kali Internet telah dimanfaatkan bagi beberapa penggunanya untuk mengakses informasi di seluruh dunia yang sebelumnya tidak mungkin. Yahoo adalah sebuah situs pertama yang dimanfaatkan untuk menemukan informasi yang diperlukan pengguna Internet. Yahoo awalnya didirikan oleh sekelompok orang yang membuat directory yang berisi situs-situs yang ada di Internet. Dulu pengguna Internet harus mengirim e-mail ke Yahoo untuk meminta alamat informasi yang dicarinya di Internet. Kemudian dikembangkan menjadi database online yang memberikan hasil pencarian informasi secara real time, bahkan kemudian berkembang menjadi search engine yang bisa secara otomatis mencari semua situs yang ada termasuk situs yang baru dipublish di Internet untuk dimasukkan ke dalam database yang dimilikinya. Maka munculnya beberapa search engine yang menjadi terkenal seperti Altavista dan Hotbot. Kehebatan sebuah search engine amat bergantung pada besarnya database yang dimiliki.
Tulisan di bawah ini adalah mengenai bagaimana sebuah situs Internet bisa berada di dalam database sebuah search engine. Terutama bagaimana sebuah situs dapat berada pada top ten list dari hasil pencarian sebuah search engine. Misalnya ketika kita lupa pada alamat situs harian ini (Media Indonesia), kita akan memasukkan kata-kata yang paling mungkin dimiliki oleh sebuah search engine, yaitu “media indonesia”. Hasil yang didapat pada search engine GOOGLE adalah Media Indonesia berada pada urutan pertama dengan deskripsi seperti ini:
Media Indonesia Online...
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved. Partnered with Indonesia Interactive Comments and suggestions please email miol@mediaindonesia.co.id. ...
www.mediaindo.co.id/ - 28k - 3 Aug 2004 –
Cached - Similar pages
Munculnya Media Indonesia pada hasil pencarian di search engine ini begitu penting karena bisa berpengaruh pada jumlah kunjungan ke situs Media Indonesia. Semakin banyak pengunjung, semakin mungkin untuk menghasilkan uang. Ini tentu penting bagi banyak situs baru yang dibuat oleh orang-orang atau usaha-usaha yang mencoba mengaplikasikan Internet dalam usaha atau aktivitasnya.
SEARCH ENGINE MARKETING atau SEARCH ENGINE PROMOTION
Ada beberapa cara agar Media Indonesia bisa berada di urutan pertama dari hasil pencarian di Google sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini. Di Internet pekerjaan yang mengupayakan sebuah situs untuk selalu berada di urutan atas dari hasil pencarian di search engine disebut sebagai “search engine marketing” atau “search engine promotion”.
Terminologi "search engine marketing" dan "search engine promotion" mengacu pada seluruh tahapan dari memasarkan situs Internet pada search engines, termasuk terminologi optimization, submission, serta menjalankan paid listing (membayar agar berada pada urutan tertentu) dan sebagainya. Terminologi ini juga mengacu kepada bagaimana sebuah situs berinteraksi dengan semua search engines, sehingga netter yang menjadi target visitor bisa mengunjungi situs tersebut.
Semua pemilik atau pembuat situs menginginkan situsnya banyak dikunjungi oleh netter dengan mengupayakan situsnya berada dalam urutan teratas atau top listing dari hasil pencarian major search engine. Di luar top ten bisa berarti tidak akan diperhatikan oleh pengguna search engine, karena biasanya pengguna search engine akan menjadi lelah setelah memeriksa situs-situs di top ten itu.
Namun sebelumnya harus dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan Search engine di sini, yaitu crawler-based search engine, atau search engine yang bekerja secara otomatis melakukan crawler untuk menemukan situs baru dan mencatat isinya. Search engine juga mencatat perubahan yang terjadi dalam sebuah situs ketika kembali melakukan crawler pada situs yang sudah pernah di-crawler sebelumnya. Semua yang ditemukan oleh search engine akan dicatat di dalam index atau kadang disebut dengan catalog yang merupakan sebuah buku raksasa berisi copy dari setiap situs yang ditemukan oleh search engines. Jika sebuah situs berubah, maka index ini pun akan diupdate.
Sebenarnya ada 2 jenis search engine dan seringkali digambarkan sama antara crawler-based search engine dengan human-powered directories (directories). Padahal 2 jenis search engine ini berbeda jauh sekali. Human-Powered Directories, seperti Open Directory, bergantung pada manusia untuk membuat listing dari hasil pencariannya. Merubah isi situs akan tidak memiliki efek apa-apa terhadap listing, kecuali situs yang isinya berubah itu didaftarkan kembali.
Menurut riset yang dilakukan oleh SearchEngineWatch.com, urut-urutan (menurut well-known atau well-used) major crawler-based search engine ini adalah Google, Yahoo, Ask Jeeves, AllTheWeb, AOL Search, Hotbot, Teoma, AltaVista, Gigablast, LookSmart, Lycos, MSN Search, Netscape Search.
Memang search engine bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan traffic (hit) yang tinggi dari sebuah situs, sebagaimana misalnya Yahoo yang memiliki traffic yang tinggi pada masa awal Internet lahir karena word-of-mouth dari mulut ke mulut bukan memanfaatkan top ten listing di search engine. Yahoo pada masa itu menyediakan directory terlengkap di Internet. Dan sekarang Yahoo dengan Yahoo Groups-nya menjadi tambah tinggi trafficnya karena menyediakan layanan alamat e-mail gratis dan discussion groups yaitu situs gratis tempat berdiskusi untuk topik apa pun yang kita inginkan. Hampir semua orang saat ini adalah anggota dari paling tidak satu atau lebih dari yahoo groups.
Tetapi amatlah sayang jika sebuah situs tidak bisa ditemukan oleh search engine hanya karena situs itu tidak search engine friendly. Karena sebuah situs penjualan produk jika tidak dapat ditemukan oleh search engine bisa berarti ribuan calon pembeli gagal membeli setiap bulan. Search engines are one of the primary ways that Internet users find web sites. That's why a web site with good search engine listings may see a dramatic increase in traffic. Everyone wants those good listings. Unfortunately, many web sites appear poorly in search engine rankings or may not be listed at all because they fail to consider how search engines work (SearchEngineWatch.com).
Search engine friendly itu sebenarnya hanya sederhana yaitu hanya mengenai beberapa hal yang tidak banyak orang ingin mempelajarinya yaitu:
Target Keywords
Position of Keywords
Relevant Content with Keywords
Avoid Search Engine Stumbling Blocks
Java Scripts
Frames
Images
Tables
HTML links
Building Links with other relevant website
Maka pembuat situs yang ingin situsnya mendekati top listing harus melakukan tahapan kerja seperti di bawah ini.
Memahami isi sebuah situs untuk memenuhi apa yang diperlukan search engine. Di dalamnya termasuk mempelajari hal-hal yang dapat menjadi hambatan untuk berada di top listing seperti tables dan java scripts, juga frames dan images. Juga memberikan features bagi search engine untuk menempatkan situs itu ke dalam top listing.
Topic & Relevant Content with Keywords
HTML links
Building Links with other relevant website
Avoid Search Engine Stumbling Blocks
i. Java Scripts
ii. Frames
iii. Images
iv. tables
Merancang meta tag
Target Keywords
Position of Keywords
Meta description
Meta keywords
Submitting To Directories: Yahoo, LookSmart & The Open Directory
Memonitor posisi listing
Mempelajari features apa saja yang tersedia oleh search engine untuk diterapkan.
Tahapan kerja ini saya gambarkan secara lebih rinci di bawah ini.
1. WEB CONTENT ANALYSES
a. Topic & Relevant Content with Keywords
Membaca dan menganalisa isi sebuah situs untuk menentukan topik dan hal-hal yang berkaitan dengan text yang termuat di dalamnya untuk menentukan target keywords pada tahapan kerja selanjutnya (dijelaskan lebih lanjut).
b. HTML hyperlinks
Jangan ragu untuk membuat HTML link ke halaman-halaman lain di dalam sebuah situs. Hal ini akan mempermudah search engine untuk menemukan isi sebuah situs secara mendalam. Kadang halaman-halaman yang lebih deskriptif atau relevan berada di halaman-halaman selanjutnya atau halaman yang lebih dalam dibanding halaman homepage. Bahkan pertimbangkan untuk membuat site map atau daftar isi sebuah situs dengan HTML hyperlinks-nya .
c. Building Links
Membangun links amat diperlukan untuk mendekati top listing dengan cara meminta situs atau halaman lain yang relevan untuk membuat link ke situs anda dan sebaliknya. Ini memang pekerjaan yang sulit karena hampir semua webmaster tidak akan tertarik karena mereka tidak melihat untungnya apalagi jika mereka adalah situs dengan isi yang sama dengan situs anda. Misalnya dalam pencarian “Koleksi Perangko” ada top ten situs yang berisi sama dengan situs anda, maka top ten ini adalah pesaing anda yang tentu saja paling kuat karena berada di top ten dan juga memiliki hit yang tinggi. Situs-situs ini tentu tidak memiliki kepentingan untuk menempatkan situs anda di dalam halaman-halamannya kecuali mereka mengerti How Search Engine Works. Semua Search Engine menentukan ranking sebuah situs salah satunya berdasarkan link analyses. Namun demikian meski meminta situs lain yang relevan membuatkan link untuk situs anda dan sebaliknya adalah pekerjaan yang sulit, tetapi lebih sulit lagi bahkan mustahil untuk meminta situs lain yang tidak relevan.
Building Link menjadi penting karena situs-situs yang kita minta buatkan link ke situs kita adalah situs-situs yang terbukti di search engine sebagai top ten yang tentu saja bisa diasumsikan sebagai situs-situs dengan “hit tinggi” di antara situs-situs lain dengan target keywords “Koleksi Perangko”. Dengan “hit tinggi” itu tentu kita bisa lebih berharap adanya kunjungan ke situs kita melalui situs mereka.
d. Avoid Search Engine Stumbling Blocks
Search engine melihat halaman situs sama seperti sebuah program browser jaman dulu. Search Engine hanya membaca text bukan image, juga tidak membaca frames. Search engines hanya akan membuat index dari tiap-tiap halaman yang menjadi bagian dari frames tetapi tidak membuat index dari halaman yang berisi frames.
Begitu juga dengan tables yang tidak dapat dibaca oleh search engines, karena kata-kata atau kalimatnya akan menjadi terpisah-pisah, bahkan keywords menjadi kurang relevan di dalam tables.
JavaScript yang besar dapat memiliki efek yang sama dengan tables. Search engines akan membacanya lebih dahulu, sehingga menyebabkan normal HTML text akan terlihat oleh search engine lebih rendah. Jadi letakkan script di posisi paling bawah kalau bisa.
Sering sebuah situs membuat link ke halaman lain melalui sebuah image, padahal search engine tidak dapat mengikuti atau mengunjungi halaman yang ada dalam link itu yang mungkin amat penting atau amat relevan. Jadi jika image itu begitu penting untuk ditampilkan, maka tampilkan juga text-nya yang memiliki HTML hyperlinks ke halaman lain yang dimaksud.
2. MERANCANG META TAG
a. Target Keywords
Kata-kata apa yang ditulis netter ketika mencari sebuah situs? Misalnya jika netter menulis kata-kata “Koleksi Perangko” di sebuah search engine, maka kata-kata yang ditulis netter disebut sebagai Target Keywords.
Setiap halaman dari sebuah situs itu bisa berbeda target keywords untuk menggambarkan isi dari halamannya, seperti halaman tentang Sejarah Perangko. Target Keywords seharusnya terdiri dari 2 kata atau lebih bukan 1 kata, karena dengan satu kata misalnya “Perangko” menjadikan target keywords-nya sangat tidak unik sehingga kesempatan menempati top ten menjadi berkurang.
b. Position of Keywords
Letakkan Target Keywords ini pada tempat yang tepat, yaitu pada HTML title tag. Title ini atau Target Keywords ini mirip dengan headlines dari surat kabar yang selalu atraktif dan pendek tetapi dapat mendorong minat pembaca untuk menelusuri beritanya. Target Keywords-nya ini juga harus tertulis pada halaman situs dan kalau bisa pada paragraph pertama.
Jadi Title tidak dapat ditulis apa saja, karena Title atau Target Keywords ini harus merefleksikan isi dari halaman situs itu. Search Engine menempatkan ranking berdasarkan relevansi antara Title (Target Keywords) dengan isi situs. Frequency is the other major factor in how search engines determine relevancy. A search engine will analyze how often keywords appear in relation to other words in a web page. Those with a higher frequency are often deemed more relevant than other web pages (SearchEngineWatch.com).
Sebenarnya HTML title tag bukan sebuah meta tag, tetapi amat berkaitan dengan meta tag. Text apa pun yang diletakkan di dalam title tag (antara TITLE dan /TITLE) akan muncul di reverse bar dari browser ketika mengunjungi sebuah situs.
Title tag juga digunakan sebagai kata-kata untuk menggambarkan sebuah situs ketika netter melakukan adds to their "Favorites" or "Bookmarks" lists.
c. Meta Description
Meta Description tag adalah feature untuk mempengaruhi search engine dalam menggambarkan sebuah situs di dalam halaman hasil pencariannya. Deskripsi yang baik adalah sebuah kalimat dengan tidak lebih dari 25 kata yang paling menggambarkan isi sebuah situs atau kata-kata yang diinginkan paling mewakili gambaran sebuah situs.
d. Meta Keywords
Meta Keywords berguna sebagai sebuah cara untuk membangun hubungan dengan sebuah situs ketika netter memasukkan kata-kata sinonim atau tidak biasa dan tidak ada di dalam sebuah situs. Meta keywords menaikkan kemungkinan sebuah situs muncul dalam listing hasil pencarian.
Misalnya di dalam sebuah situs mengenai “Penny Black Stamp” tidak pernah disebutkan kata “collecting”. Dengan mencantumkan kata “collecting” pada Meta Keywords tag, maka situs tersebut menambah peluang untuk muncul dalam halaman pencarian ketika netter memasukkan kata “penny black stamp collecting”.
3. PENDAFTARAN KE DIRECTORIES: YAHOO, LOOKSMART & THE OPEN DIRECTORY
Directories adalah search engine yang indexnya dibuat secara manual oleh manusia atau tidak otomatis. Human editors menyusun semua daftar situs yang dimiliki oleh directories misalnya dari submission yang dilakukan oleh pemilik situs. Jika sebuah situs baru sudah terdaftar di directories oleh human editors, maka crawler-based search engine akan lebih mungkin dan cepat menemukan situs tersebut dan menempatkannya di listing mereka secara otomatis.
Beberapa directories yang terkenal adalah Yahoo, Looksmart, The Open Directory
Sebagaimana membuat target keywords, deskripsi yang didaftarkan ke directories harus sesuai dengan isi situs. Paling banyak 25 kata harus disusun untuk membuat deskripsi dari sebuah situs. Amat disarankan untuk tidak menggunakan bahasa marketing. Misalnya sebuah situs yang menjual sepatu, sebaiknya tidak membuat deskripsinya seperti ini: “World's LARGEST online shoe store with the best prices from the greatest brands!!!!” Tetapi gunakan kalimat seperti ini: “Purchase athletic shoes, running shoes, hiking boots and other footwear plus try our cross country trail finder”.
4. MEMONITOR POSISI RANKING
Paling tidak diperlukan 3 minggu bagi sebuah situs baru untuk muncul dalam halaman hasil pencarian search engines setelah didaftarkan dan dilakukan pekerjaan yang membuat sebuah situs menjadi search engine friendly. Semua pekerjaan itu disebut sebagai pekerjaan search engine marketing & promotion. Setelah itu pengecekan harus dilakukan paling tidak seminggu sekali untuk memastikan sebuah situs mendapat ranking yang baik atau mendekati top ten serta dideskripsikan sebagaimana yang kita inginkan. Kadang hal-hal aneh bisa terjadi setiap hari karena mungkin ratusan bahkan ribuan situs lain dengan target keywords yang sama sedang mencoba untuk mendapatkan top ten. Perlu diketahui juga bahwa search engine juga mengunjungi situs-situs berdasarkan periode waktu tertentu dan search engine dapat merubah periode waktunya berdasarkan temuannya apakah sebuah situs di-update 1 minggu sekali, 1 bulan sekali atau 1 tahun sekali sehingga periode waktu situs itu diupdate lah yang akan menjadi perode waktu bagi sebuah search engine untuk mengunjungi situs itu.
5. MEMPELAJARI FEATURES APA SAJA YANG TERSEDIA OLEH SEARCH ENGINE UNTUK DITERAPKAN.
Salah satu features yang disediakan oleh search engines dan yang tidak direkomendasikan adalah “Search Engine Paid Listing Scheme” yaitu untuk mendapatkan top ten dengan cara membayar. Berdasarkan pengalaman, skema ini tidak dianjurkan karena tanpa membayar sebuah situs bisa mendapat listing setelah paling tidak 3 minggu.
Di bawah ini adalah harga untuk muncul di top ten dari hasil pencarian search engine hanya untuk jangka waktu 1 bulan:
LookSmart $230
Overture (GoTo) $50
Google $25
FindWhat $25
Yahoo $300
Crawlers $140
Paid Listings $330
Setiap situs Internet adalah unik. Meski ada banyak situs yang berisi mengenai hal yang sama, misalnya situs tentang perangko akan menjadi berbeda satu sama lain karena di dalam tiap-tiap situs bisa memuat informasi yang berbeda tentang koleksi perangko yang ditampilkan di dalam situs. Setiap text yang termuat di dalam sebuah situs adalah dasar untuk menentukan keywords yang mempengaruhi posisi listing sebuah situs di search engine. Karena itu pekerjaan search engine marketing & promotion tidak dapat berdasarkan sebuah strategy yang sama untuk tiap-tiap situs Internet. Terutama strategy yang berhubungan dengan keywords.
Jadi yang dimaksudkan dengan search engine marketing & promotion di atas adalah satu pekerjaan yang dilakukan untuk sebuah situs Internet yang sudah online di Internet dan terdiri dari 1 atau lebih halaman termasuk link-link yang dimilikinya ke situs lain agar situs tersebut bisa lebih search engine friendly dan posisi listing-nya mendekati atau berada di top ten dari hasil pencarian major search engine.
UNTUK MENAIKKAN ANGKA KUNJUNGAN KE SITUS ANDA
Internet masuk ke Indonesia hampr 10 tahun lamanya. Sejak pertama kali Internet telah dimanfaatkan bagi beberapa penggunanya untuk mengakses informasi di seluruh dunia yang sebelumnya tidak mungkin. Yahoo adalah sebuah situs pertama yang dimanfaatkan untuk menemukan informasi yang diperlukan pengguna Internet. Yahoo awalnya didirikan oleh sekelompok orang yang membuat directory yang berisi situs-situs yang ada di Internet. Dulu pengguna Internet harus mengirim e-mail ke Yahoo untuk meminta alamat informasi yang dicarinya di Internet. Kemudian dikembangkan menjadi database online yang memberikan hasil pencarian informasi secara real time, bahkan kemudian berkembang menjadi search engine yang bisa secara otomatis mencari semua situs yang ada termasuk situs yang baru dipublish di Internet untuk dimasukkan ke dalam database yang dimilikinya. Maka munculnya beberapa search engine yang menjadi terkenal seperti Altavista dan Hotbot. Kehebatan sebuah search engine amat bergantung pada besarnya database yang dimiliki.
Tulisan di bawah ini adalah mengenai bagaimana sebuah situs Internet bisa berada di dalam database sebuah search engine. Terutama bagaimana sebuah situs dapat berada pada top ten list dari hasil pencarian sebuah search engine. Misalnya ketika kita lupa pada alamat situs harian ini (Media Indonesia), kita akan memasukkan kata-kata yang paling mungkin dimiliki oleh sebuah search engine, yaitu “media indonesia”. Hasil yang didapat pada search engine GOOGLE adalah Media Indonesia berada pada urutan pertama dengan deskripsi seperti ini:
Media Indonesia Online...
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved. Partnered with Indonesia Interactive Comments and suggestions please email miol@mediaindonesia.co.id. ...
www.mediaindo.co.id/ - 28k - 3 Aug 2004 –
Cached - Similar pages
Munculnya Media Indonesia pada hasil pencarian di search engine ini begitu penting karena bisa berpengaruh pada jumlah kunjungan ke situs Media Indonesia. Semakin banyak pengunjung, semakin mungkin untuk menghasilkan uang. Ini tentu penting bagi banyak situs baru yang dibuat oleh orang-orang atau usaha-usaha yang mencoba mengaplikasikan Internet dalam usaha atau aktivitasnya.
SEARCH ENGINE MARKETING atau SEARCH ENGINE PROMOTION
Ada beberapa cara agar Media Indonesia bisa berada di urutan pertama dari hasil pencarian di Google sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini. Di Internet pekerjaan yang mengupayakan sebuah situs untuk selalu berada di urutan atas dari hasil pencarian di search engine disebut sebagai “search engine marketing” atau “search engine promotion”.
Terminologi "search engine marketing" dan "search engine promotion" mengacu pada seluruh tahapan dari memasarkan situs Internet pada search engines, termasuk terminologi optimization, submission, serta menjalankan paid listing (membayar agar berada pada urutan tertentu) dan sebagainya. Terminologi ini juga mengacu kepada bagaimana sebuah situs berinteraksi dengan semua search engines, sehingga netter yang menjadi target visitor bisa mengunjungi situs tersebut.
Semua pemilik atau pembuat situs menginginkan situsnya banyak dikunjungi oleh netter dengan mengupayakan situsnya berada dalam urutan teratas atau top listing dari hasil pencarian major search engine. Di luar top ten bisa berarti tidak akan diperhatikan oleh pengguna search engine, karena biasanya pengguna search engine akan menjadi lelah setelah memeriksa situs-situs di top ten itu.
Namun sebelumnya harus dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan Search engine di sini, yaitu crawler-based search engine, atau search engine yang bekerja secara otomatis melakukan crawler untuk menemukan situs baru dan mencatat isinya. Search engine juga mencatat perubahan yang terjadi dalam sebuah situs ketika kembali melakukan crawler pada situs yang sudah pernah di-crawler sebelumnya. Semua yang ditemukan oleh search engine akan dicatat di dalam index atau kadang disebut dengan catalog yang merupakan sebuah buku raksasa berisi copy dari setiap situs yang ditemukan oleh search engines. Jika sebuah situs berubah, maka index ini pun akan diupdate.
Sebenarnya ada 2 jenis search engine dan seringkali digambarkan sama antara crawler-based search engine dengan human-powered directories (directories). Padahal 2 jenis search engine ini berbeda jauh sekali. Human-Powered Directories, seperti Open Directory, bergantung pada manusia untuk membuat listing dari hasil pencariannya. Merubah isi situs akan tidak memiliki efek apa-apa terhadap listing, kecuali situs yang isinya berubah itu didaftarkan kembali.
Menurut riset yang dilakukan oleh SearchEngineWatch.com, urut-urutan (menurut well-known atau well-used) major crawler-based search engine ini adalah Google, Yahoo, Ask Jeeves, AllTheWeb, AOL Search, Hotbot, Teoma, AltaVista, Gigablast, LookSmart, Lycos, MSN Search, Netscape Search.
Memang search engine bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan traffic (hit) yang tinggi dari sebuah situs, sebagaimana misalnya Yahoo yang memiliki traffic yang tinggi pada masa awal Internet lahir karena word-of-mouth dari mulut ke mulut bukan memanfaatkan top ten listing di search engine. Yahoo pada masa itu menyediakan directory terlengkap di Internet. Dan sekarang Yahoo dengan Yahoo Groups-nya menjadi tambah tinggi trafficnya karena menyediakan layanan alamat e-mail gratis dan discussion groups yaitu situs gratis tempat berdiskusi untuk topik apa pun yang kita inginkan. Hampir semua orang saat ini adalah anggota dari paling tidak satu atau lebih dari yahoo groups.
Tetapi amatlah sayang jika sebuah situs tidak bisa ditemukan oleh search engine hanya karena situs itu tidak search engine friendly. Karena sebuah situs penjualan produk jika tidak dapat ditemukan oleh search engine bisa berarti ribuan calon pembeli gagal membeli setiap bulan. Search engines are one of the primary ways that Internet users find web sites. That's why a web site with good search engine listings may see a dramatic increase in traffic. Everyone wants those good listings. Unfortunately, many web sites appear poorly in search engine rankings or may not be listed at all because they fail to consider how search engines work (SearchEngineWatch.com).
Search engine friendly itu sebenarnya hanya sederhana yaitu hanya mengenai beberapa hal yang tidak banyak orang ingin mempelajarinya yaitu:
Target Keywords
Position of Keywords
Relevant Content with Keywords
Avoid Search Engine Stumbling Blocks
Java Scripts
Frames
Images
Tables
HTML links
Building Links with other relevant website
Maka pembuat situs yang ingin situsnya mendekati top listing harus melakukan tahapan kerja seperti di bawah ini.
Memahami isi sebuah situs untuk memenuhi apa yang diperlukan search engine. Di dalamnya termasuk mempelajari hal-hal yang dapat menjadi hambatan untuk berada di top listing seperti tables dan java scripts, juga frames dan images. Juga memberikan features bagi search engine untuk menempatkan situs itu ke dalam top listing.
Topic & Relevant Content with Keywords
HTML links
Building Links with other relevant website
Avoid Search Engine Stumbling Blocks
i. Java Scripts
ii. Frames
iii. Images
iv. tables
Merancang meta tag
Target Keywords
Position of Keywords
Meta description
Meta keywords
Submitting To Directories: Yahoo, LookSmart & The Open Directory
Memonitor posisi listing
Mempelajari features apa saja yang tersedia oleh search engine untuk diterapkan.
Tahapan kerja ini saya gambarkan secara lebih rinci di bawah ini.
1. WEB CONTENT ANALYSES
a. Topic & Relevant Content with Keywords
Membaca dan menganalisa isi sebuah situs untuk menentukan topik dan hal-hal yang berkaitan dengan text yang termuat di dalamnya untuk menentukan target keywords pada tahapan kerja selanjutnya (dijelaskan lebih lanjut).
b. HTML hyperlinks
Jangan ragu untuk membuat HTML link ke halaman-halaman lain di dalam sebuah situs. Hal ini akan mempermudah search engine untuk menemukan isi sebuah situs secara mendalam. Kadang halaman-halaman yang lebih deskriptif atau relevan berada di halaman-halaman selanjutnya atau halaman yang lebih dalam dibanding halaman homepage. Bahkan pertimbangkan untuk membuat site map atau daftar isi sebuah situs dengan HTML hyperlinks-nya .
c. Building Links
Membangun links amat diperlukan untuk mendekati top listing dengan cara meminta situs atau halaman lain yang relevan untuk membuat link ke situs anda dan sebaliknya. Ini memang pekerjaan yang sulit karena hampir semua webmaster tidak akan tertarik karena mereka tidak melihat untungnya apalagi jika mereka adalah situs dengan isi yang sama dengan situs anda. Misalnya dalam pencarian “Koleksi Perangko” ada top ten situs yang berisi sama dengan situs anda, maka top ten ini adalah pesaing anda yang tentu saja paling kuat karena berada di top ten dan juga memiliki hit yang tinggi. Situs-situs ini tentu tidak memiliki kepentingan untuk menempatkan situs anda di dalam halaman-halamannya kecuali mereka mengerti How Search Engine Works. Semua Search Engine menentukan ranking sebuah situs salah satunya berdasarkan link analyses. Namun demikian meski meminta situs lain yang relevan membuatkan link untuk situs anda dan sebaliknya adalah pekerjaan yang sulit, tetapi lebih sulit lagi bahkan mustahil untuk meminta situs lain yang tidak relevan.
Building Link menjadi penting karena situs-situs yang kita minta buatkan link ke situs kita adalah situs-situs yang terbukti di search engine sebagai top ten yang tentu saja bisa diasumsikan sebagai situs-situs dengan “hit tinggi” di antara situs-situs lain dengan target keywords “Koleksi Perangko”. Dengan “hit tinggi” itu tentu kita bisa lebih berharap adanya kunjungan ke situs kita melalui situs mereka.
d. Avoid Search Engine Stumbling Blocks
Search engine melihat halaman situs sama seperti sebuah program browser jaman dulu. Search Engine hanya membaca text bukan image, juga tidak membaca frames. Search engines hanya akan membuat index dari tiap-tiap halaman yang menjadi bagian dari frames tetapi tidak membuat index dari halaman yang berisi frames.
Begitu juga dengan tables yang tidak dapat dibaca oleh search engines, karena kata-kata atau kalimatnya akan menjadi terpisah-pisah, bahkan keywords menjadi kurang relevan di dalam tables.
JavaScript yang besar dapat memiliki efek yang sama dengan tables. Search engines akan membacanya lebih dahulu, sehingga menyebabkan normal HTML text akan terlihat oleh search engine lebih rendah. Jadi letakkan script di posisi paling bawah kalau bisa.
Sering sebuah situs membuat link ke halaman lain melalui sebuah image, padahal search engine tidak dapat mengikuti atau mengunjungi halaman yang ada dalam link itu yang mungkin amat penting atau amat relevan. Jadi jika image itu begitu penting untuk ditampilkan, maka tampilkan juga text-nya yang memiliki HTML hyperlinks ke halaman lain yang dimaksud.
2. MERANCANG META TAG
a. Target Keywords
Kata-kata apa yang ditulis netter ketika mencari sebuah situs? Misalnya jika netter menulis kata-kata “Koleksi Perangko” di sebuah search engine, maka kata-kata yang ditulis netter disebut sebagai Target Keywords.
Setiap halaman dari sebuah situs itu bisa berbeda target keywords untuk menggambarkan isi dari halamannya, seperti halaman tentang Sejarah Perangko. Target Keywords seharusnya terdiri dari 2 kata atau lebih bukan 1 kata, karena dengan satu kata misalnya “Perangko” menjadikan target keywords-nya sangat tidak unik sehingga kesempatan menempati top ten menjadi berkurang.
b. Position of Keywords
Letakkan Target Keywords ini pada tempat yang tepat, yaitu pada HTML title tag. Title ini atau Target Keywords ini mirip dengan headlines dari surat kabar yang selalu atraktif dan pendek tetapi dapat mendorong minat pembaca untuk menelusuri beritanya. Target Keywords-nya ini juga harus tertulis pada halaman situs dan kalau bisa pada paragraph pertama.
Jadi Title tidak dapat ditulis apa saja, karena Title atau Target Keywords ini harus merefleksikan isi dari halaman situs itu. Search Engine menempatkan ranking berdasarkan relevansi antara Title (Target Keywords) dengan isi situs. Frequency is the other major factor in how search engines determine relevancy. A search engine will analyze how often keywords appear in relation to other words in a web page. Those with a higher frequency are often deemed more relevant than other web pages (SearchEngineWatch.com).
Sebenarnya HTML title tag bukan sebuah meta tag, tetapi amat berkaitan dengan meta tag. Text apa pun yang diletakkan di dalam title tag (antara TITLE dan /TITLE) akan muncul di reverse bar dari browser ketika mengunjungi sebuah situs.
Title tag juga digunakan sebagai kata-kata untuk menggambarkan sebuah situs ketika netter melakukan adds to their "Favorites" or "Bookmarks" lists.
c. Meta Description
Meta Description tag adalah feature untuk mempengaruhi search engine dalam menggambarkan sebuah situs di dalam halaman hasil pencariannya. Deskripsi yang baik adalah sebuah kalimat dengan tidak lebih dari 25 kata yang paling menggambarkan isi sebuah situs atau kata-kata yang diinginkan paling mewakili gambaran sebuah situs.
d. Meta Keywords
Meta Keywords berguna sebagai sebuah cara untuk membangun hubungan dengan sebuah situs ketika netter memasukkan kata-kata sinonim atau tidak biasa dan tidak ada di dalam sebuah situs. Meta keywords menaikkan kemungkinan sebuah situs muncul dalam listing hasil pencarian.
Misalnya di dalam sebuah situs mengenai “Penny Black Stamp” tidak pernah disebutkan kata “collecting”. Dengan mencantumkan kata “collecting” pada Meta Keywords tag, maka situs tersebut menambah peluang untuk muncul dalam halaman pencarian ketika netter memasukkan kata “penny black stamp collecting”.
3. PENDAFTARAN KE DIRECTORIES: YAHOO, LOOKSMART & THE OPEN DIRECTORY
Directories adalah search engine yang indexnya dibuat secara manual oleh manusia atau tidak otomatis. Human editors menyusun semua daftar situs yang dimiliki oleh directories misalnya dari submission yang dilakukan oleh pemilik situs. Jika sebuah situs baru sudah terdaftar di directories oleh human editors, maka crawler-based search engine akan lebih mungkin dan cepat menemukan situs tersebut dan menempatkannya di listing mereka secara otomatis.
Beberapa directories yang terkenal adalah Yahoo, Looksmart, The Open Directory
Sebagaimana membuat target keywords, deskripsi yang didaftarkan ke directories harus sesuai dengan isi situs. Paling banyak 25 kata harus disusun untuk membuat deskripsi dari sebuah situs. Amat disarankan untuk tidak menggunakan bahasa marketing. Misalnya sebuah situs yang menjual sepatu, sebaiknya tidak membuat deskripsinya seperti ini: “World's LARGEST online shoe store with the best prices from the greatest brands!!!!” Tetapi gunakan kalimat seperti ini: “Purchase athletic shoes, running shoes, hiking boots and other footwear plus try our cross country trail finder”.
4. MEMONITOR POSISI RANKING
Paling tidak diperlukan 3 minggu bagi sebuah situs baru untuk muncul dalam halaman hasil pencarian search engines setelah didaftarkan dan dilakukan pekerjaan yang membuat sebuah situs menjadi search engine friendly. Semua pekerjaan itu disebut sebagai pekerjaan search engine marketing & promotion. Setelah itu pengecekan harus dilakukan paling tidak seminggu sekali untuk memastikan sebuah situs mendapat ranking yang baik atau mendekati top ten serta dideskripsikan sebagaimana yang kita inginkan. Kadang hal-hal aneh bisa terjadi setiap hari karena mungkin ratusan bahkan ribuan situs lain dengan target keywords yang sama sedang mencoba untuk mendapatkan top ten. Perlu diketahui juga bahwa search engine juga mengunjungi situs-situs berdasarkan periode waktu tertentu dan search engine dapat merubah periode waktunya berdasarkan temuannya apakah sebuah situs di-update 1 minggu sekali, 1 bulan sekali atau 1 tahun sekali sehingga periode waktu situs itu diupdate lah yang akan menjadi perode waktu bagi sebuah search engine untuk mengunjungi situs itu.
5. MEMPELAJARI FEATURES APA SAJA YANG TERSEDIA OLEH SEARCH ENGINE UNTUK DITERAPKAN.
Salah satu features yang disediakan oleh search engines dan yang tidak direkomendasikan adalah “Search Engine Paid Listing Scheme” yaitu untuk mendapatkan top ten dengan cara membayar. Berdasarkan pengalaman, skema ini tidak dianjurkan karena tanpa membayar sebuah situs bisa mendapat listing setelah paling tidak 3 minggu.
Di bawah ini adalah harga untuk muncul di top ten dari hasil pencarian search engine hanya untuk jangka waktu 1 bulan:
LookSmart $230
Overture (GoTo) $50
Google $25
FindWhat $25
Yahoo $300
Crawlers $140
Paid Listings $330
Setiap situs Internet adalah unik. Meski ada banyak situs yang berisi mengenai hal yang sama, misalnya situs tentang perangko akan menjadi berbeda satu sama lain karena di dalam tiap-tiap situs bisa memuat informasi yang berbeda tentang koleksi perangko yang ditampilkan di dalam situs. Setiap text yang termuat di dalam sebuah situs adalah dasar untuk menentukan keywords yang mempengaruhi posisi listing sebuah situs di search engine. Karena itu pekerjaan search engine marketing & promotion tidak dapat berdasarkan sebuah strategy yang sama untuk tiap-tiap situs Internet. Terutama strategy yang berhubungan dengan keywords.
Jadi yang dimaksudkan dengan search engine marketing & promotion di atas adalah satu pekerjaan yang dilakukan untuk sebuah situs Internet yang sudah online di Internet dan terdiri dari 1 atau lebih halaman termasuk link-link yang dimilikinya ke situs lain agar situs tersebut bisa lebih search engine friendly dan posisi listing-nya mendekati atau berada di top ten dari hasil pencarian major search engine.
Labels:
google,
internet,
internet marketing,
search engine,
search engine watcch,
yahoo
MEMAHAMI FENOMENA ANNE AHIRA
"INTERNET MARKETER KELAS WAHID",
TAPI HATI-HATI!
TAPI HATI-HATI!
Beberapa bulan terakhir ini ramai dibicarakan di media tentang sukses Anne Ahira menangguk uang berlimpah melalui Internet. Ia adalah seorang mojang dari Bandung berusia 24 tahun yang memiliki penghasilan ribuan dollar per bulan. Apa yang dikerjakan oleh Anne Ahira? Katanya cukup di rumah, dengan komputernya 1 atau 2 jam sehari, yaitu menjalani pekerjaan sebagai Internet Marketer. Apa itu Internet Marketer? Dan apakah betul semua kisah itu sebagaimana juga sudah ditulis oleh beberapa media cetak besar dan diudarakan oleh beberapa radio di Jakarta?
Saya tidak pernah memperoleh spam (e-mail dari orang tidak dikenal dan mengenai hal yang mungkin tidak kita inginkan atau pedulikan) mengenai Anne Ahira ini, mungkin karena e-mail filter saya bekerja dengan baik. Namun kira-kira di bulan Mei 2004, saya pernah melihat iklan Anne Ahira dan Internet Marketingnya di http://www.iklanbaris.com/. Tidak terlintas sedikit pun untuk membuka websitenya di http://www.anneahira.com%20/ apalagi membaca penjelasan dari tawarannya untuk menangguk uang berlimpah di Internet. Karena tawaran-tawaran menjadi kaya secara instant melalui Internet sudah terlalu banyak, bahkan kebanyakan menipu. Bunyi iklan Anne Ahira itu hampir mirip dengan salah satu iklan Internet Marketing beberapa tahun yang lalu yang menawarkan e-book http://www.lowongan-kerja.tk/ tentang bagaimana menggunakan Internet secara maksimal untuk mendapatkan uang, tetapi hingga kini tidak ada berita mengenai orang menjadi kaya karena e-book itu.
Namun kemudian saya menjadi terkejut ketika banyak orang membicarakan seorang mojang Bandung yang menangguk banyak uang melalui Internet Marketing. Rupanya bulan Juni lalu harian Kompas http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0406/21/ekonomi/1096839.htm dan kemudian beberapa media cetak lain dan radio (Female dan Delta) telah menulis dan menyiarkan hasil wawancara dengan Anne Ahira. Majalah SWA baru-baru ini tanggal 2 September bahkan menyebut Anne sebagai salah satu Maestro dari zaman Kiwari http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=964&pageNum=1.
Beberapa orang juga menyatakan di Internet telah menyaksikan wawancara Anne Ahira di Metro TV dan membaca di harian Republika http://www.mail-archive.com/duit_internet@yahoogroups.com/msg00221.html
Nama Anne Ahira adalah nama yang bisa digolongkan nama spammer (pelaku spam), tetapi mendapat “kehormatan” untuk diwawancarai oleh media besar. Maka saya tertarik untuk untuk mencari tahu, apakah ini juga seperti Jusuf Randy di tahun 80-an yang terlihat sangat perfect pada awalnya. Dari wawancara di media-media itu saya tidak melihat bagaimana detail dari usahanya untuk mendapatkan uang melalui Internet. Jika ingin menjadi jelas selalu dengan cara mengunjungi situs Anne Ahira di atas. Tetapi di situs itu, ternyata nampak pola multi level marketing (MLM) di Internet.
Ahira memang tidak menjanjikan menjadi kaya hanya dalam hitungan hari atau mingguan sebagaimana janji Internet Marketer atau MLM lainnya, tetapi paling tidak 18 bulan lamanya. Dan itu pun dengan menghabiskan uang berjuta-juta rupiah setiap bulannya sehingga business yang ditawarkan oleh Ahira nampak “lebih masuk akal”. Untuk menangguk uang yang banyak harus dengan berinvestasi yang tidak sedikit juga. Tetapi justru di sinilah netter dari kelas ekonomi menengah (target dari bisnis ini) bisa terbujuk untuk mencoba dengan 1 atau 2 juta rupiah, dan kalau belum berhasil akan menambah 1 atau 2 juta lagi. Sedangkan Ahira mungkin telah berhasil menghasilkan uang dari bisnisnya itu yang tentu akan sulit untuk melihat buktinya. Begitu juga uang yang sudah ditanam di bisnisnya itu yang katanya seharga mobil kijang tidak akan terlihat buktinya. “Bukti” mungkin bukan hal yang penting dalam bisnis MLM online atau Internet Marketing, apalagi yang menjadi sasaran adalah kelas ekonomi menengah ke atas.
Beberapa situs di bawah ini telah menyebut kebesaran dan kesuksesan nama Anne Ahira. Isinya tentu dapat memotivasi pembacanya untuk mengikuti jejaknya. Beberapa situs itu isinya sama, dan beberapa situs meski alamatnya berbeda tetapi menuju ke situs yang sama (redirect). Namun semua situs-situs ini adalah situs Internet Marketing dan MLM.
http://www.selfgrowth.com/articles/Ahira1.html
http://www.asianbrain.com/
http://ahirasecret.cjb.net/
http://www.achievenetprofits.com/archive/issue072.shtml
http://www.amazing-ahira.com/
http://ezinearticles.com/?Network-Marketing,-Multi-Million-Dollar-Business-or-Just-a-Spam?&id=730
http://www.eliteteaminternational.com/testimonials.html
http://www.incomelayers.com/
http://www.ideamarketers.com/library/article.cfm?articleid=31457
http://www.innov8tive.net/InternetM/
http://www.eliteteamstar.com/
http://www.ahirasolution.com/
www.eliteteammarketing.com/13942
http://www.thebestaffiliate.com/
Bagaimana pun saya ragu, Ahira bisa menghasilkan ribuan dollar per bulan. Maka saya pun ragu Ahira, sebagaimana yang diakuinya, telah menghabiskan uangnya sebesar mobil Kijang untuk mengexplore Internet, mempelajari strategi marketing terbaru dan menemukan sendiri rahasia menangguk uang berlimpah dalam 2 tahun terakhir hidupnya. Too good to be true!
Perhatikan baik-baik apa yang ditulis oleh Anne Ahira dalam http://www.anneahira.com%20/ di bawah ini. Bagi netter yang sering memperhatikan bagaimana para MLM Internet Marketer menulis di situs mereka, maka akan mengenali formatnya yang didisain oleh perusahaan MLMnya bukan didisain sendiri oleh Internet Marketernya yang dalam hal ini adalah Anne Ahira.
“Berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk bisnis Retire Quickly ini? Selain biaya untuk koneksi internet anda harus siap untuk INVEST MINIMAL 1 juta rupiah PER BULAN. Jumlah tersebut JAUH lebih kecil daripada biaya yang harus dikeluarkan bila anda belajar sendiri tentang Internet Marketing.”
Menjual Pepesan Kosong
Internet MLM Marketer atau bahkan MLM Marketer offline (Amway misalnya) selalu mengatakan kepada anda bahwa anda akan menghemat sekian juta rupiah, sekian jam, sekian bulan jika membeli sesuatu yang disebut starter pack. Padahal justru starter pack-nya yang menjadi salah satu sumber penghasilan perusahaan MLM ini.
Rincian biayanya adalah sebagai berikut: Retire Quickly Membership: US$67 per bulan (untuk awal masuk hanya $60, bulan berikutnya baru $67). Autoresponder : US$19.95 per bulan ( ini adalah salah satu alat marketing yang HARUS dimiliki oleh seorang Internet Marketer, Elite Team tidak menyarankan untuk memakai Autoresponder yang gratisan). Biaya advertising disarankan minimal US$30 per bulan. (lebih bagus kalau bisa lebih dari $30 per bulan). Biaya total kurang lebih US$120 per bulan = kurang lebih 1 juta rupiah!
Apa yang kita dapat dari Retire Quickly dengan membayar $67 per bulan ini? Kita dapat kursus "How To Retire Quickly", akses ke Financial Library, juga Financial Helpline (kita bisa konsultasi tentang keuangan dengan ahli financial dari Amerika). Terus... kita juga dapat Lifestyle Management System, Web Conferencing, eDoc America (kita bisa berkonsultasi dengan dokter di Amerika tentang segala sesuatu yang menyangkut kesehatan secara gratis lewat email), dan lain-lain, pokoknya banyak deh!
"How To Retire Quickly", pada paragraph di atas adalah tentu bukan cara yang lain selain mengikuti program Retire Quickly yaitu menjadi Internet Marketer untuk perusahaan MLM Retire Quickly. Apa yang dijual? Anne Ahira pun menjelaskan dengan gamblang di paragraph di bawah ini. Tetapi sebenarnya anda akan digiring menjadi penjual membership sebagaimana di MLM offline (Amway misalnya), meski pun di sini Ahira memolesnya menjadi penjual “services” dan “Financial Education” sebagaimana tertulis di bawah ini.
Semua "produk" Retire Quickly ini memang bentuknya "virtual" alias tidak kelihatan! Tidak seperti kalau kita beli makanan, ada wujudnya. Produk mereka kebanyakan adalah 'service' dan "Financial Education!" Kalau menurut saya sih.. sama saja, seperti kita "sekolah", kita dapat "pelajaran" dan "ilmu" dari sekolah yang tidak bisa kelihatan 'wujudnya'! Dan kita juga "iuran" buat sekolah tiap bulan, bukan?!... Cuman bedanya, di Retire Quickly, meskipun kita ada iuran tiap bulan, kita juga berkesempatan untuk MENGHASILKAN UANG.
MLM offline dan MLM online adalah sama-sama menjual memberships sebagaimana yang disebutkan Ahira:
“Asal tahu saja, untuk setiap SATU membership yang terjual, anda mendapatkan satu kali bonus sebesar US $41.50. Bila anda bisa menjual 3 membership, anda akan mendapatkan hampir $125 sbg bonus, bonus ini sudah bisa menutupi modal anda per bulan! Anda tidak harus selalu bisa menjual 3 membership setiap bulan... khan kewajibannya juga "hanya menjual 4". TAPI... kalau bisa lebih banyak, ya lebih baik! tentunya anda akan bisa mencapai goal anda lebih cepat!”
Tidak Dijamin Berhasil Kecuali Gigih dan Kerja Keras!
Sebenarnya ada 1 (satu) hal yang amat menonjol yang tidak bisa dijanjikan oleh perusahaan MLM kepada membernya, yaitu kepastian berhasil menangguk uang berlimpah sebagaimana Ahira mengaku telah menangguk uang berlimpah. Perusahaan MLM selalu menekankan dan mengingatkan bahwa keberhasilan akan amat tergantung pada upaya anda. Padahal idealnya jika misalnya kita harus menghitung sendiri business plan dari bengkel mobil yang kita bangun sendirian, maka tentu jika terjun menjadi member dari sebuah MLM, idealnya kita memperoleh sebuah business plan yang lebih menjamin keberhasilan bukan menyerahkannya pada gigih atau tidaknya upaya kita. Mengapa business plan dari semua MLM tidak menjamin membernya menjadi gigih?
Anne Ahira menjelaskan dengan kalimat-kalimat berikut:
“Berapa lama kira-kira seseorang bisa mendapatkan $6,569 PER BULAN dari Retire Quickly Program? TERGANTUNG ANDA! Bila anda mengikuti arahan dari Elite Team, dan MELAKUKANNYA sesuai dengan yang disarankan, anda bisa "Pensiun (lebih) Awal". Elite Team TIDAK PERNAH berjanji atau memberikan garansi bahwa anda akan berpenghasilan $6,569 per bulan dalam kurun waktu tertentu. Itu semua tergantung anda. Saya tidak pernah tahu kapan anda bisa menjual 4 membership, yang saya lakukan adalah MEMBANTU dan MENGAJAR anda supaya tahu BAGAIMANA "cara" menjual 4 membership Retire Quickly ini lewat Elite Team Training. Banyak orang bisa menjual 4 membership dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan bahkan 1 minggu, ada juga yang perlu lebih dari 6 bulan. Tergantung orang itu sendiri! Elite Team ini hanyalah suatu SYSTEM yang bisa membantu bisnis anda mencapai tujuan ( mendapatkan $6,569 per bulan).”
Hal yang amat jelas menggambarkan bahwa business plan dari Anne Ahira ini adalah format Internet MLM atau dagang membership atau dagang pepesan kosong (tapi dapat uang!) nampak pada situs http://www.rahasiasuksesahira.com/ . Situs ini adalah situs yang sudah diprogram untuk digunakan oleh member menjadi dowline dari Ahira. Jika anda ikuti (kunjungi) link-link di dalamnya maka alamatnya akan tetap sama yaitu http://www.rahasiasuksesahira.com/ meskipun isinya berbeda.
Agar tidak nampak jelas seperti pepesan kosong, pada wawancara dengan harian Kompas hari Senin 21 Juni lalu yang dikutip di bawah ini, Ahira menyatakan bahwa ada beberapa produk yang dijualnya, tetapi sulit untuk melihat apakah betul Ahira menjual beberapa produk, bukan hanya menjual membership sebagaimana yang umum dilakukan di MLM.
“Melalui affiliate marketing, Hira melakukan penjualan langsung putus, jadi kalau mau mendapatkan uang harus terus menjual. Barang yang ditawarkan apa saja, mulai dari buku, informasi, software, marketing tool, atau barang apa pun yang bisa terlihat dan bisa terjual. Hira tidak menjual barang sendiri, tetapi sebagai "reseller" atau membantu menjualkan barang orang lain untuk mendapatkan penghasilan dari komisi.
Sebagai contoh, jika ada pengarang buku atau pengembang software, sebut saja misalnya si A membuat buku dengan tema "internet marketing" atau informasi apa saja. Si pengarang ini mengorbitkan bukunya di internet dan membuka afiliasi untuk para internet marketer.
Nah, tenaga internet marketer di seluruh dunia, termasuk juga Ahira, biasanya menawarkan diri dengan mendaftar sebagai tenaga penjualnya. Akan tetapi, tidak semua tawaran langsung diambil, biasanya dipelajari terlebih dahulu isi buku atau software yang ditawarkan dan target pasarnya.”
Di situs Ahira, http://www.rahasiasuksesahira.com/ yang saya kunjungi, tersebut nama Tius Piepin sebagai sponsor untuk mendaftar menjadi member dari perusahaan MLM Retire Quickly. Nanti jika anda sudah terdaftar dan mencari member baru, maka anda akan otomatis mendapatkan situs dengan alamat yang sama, dengan isi yang sama, kecuali nama Tius Piepin akan digantikan dengan nama anda. Begitu seterusnya, seolah-olah situs itu hanya satu.
Spamming Yang Ditimbulkan Anne Ahira di Internet
Apa yang dilakukan oleh Anne Ahira adalah Spamming di Internet karena telah memicu kegiatan spamming oleh reseller-nya atau memicu banyak orang lain untuk menawarkan MLM Retire Quickly ini kepada orang lain lagi, baik melalui e-mail maupun melalui situs-situs iklan atau milis. Beberapa pakar IT menyebut kegiatan ini sebagai tidak etis, karena situs-situs web tersebut penuh dengan slogan-slogan yang menawarkan uang banyak yang didapatkan dalam waktu cepat, dikerjakan dari rumah, dikerjakan secara paruh waktu, dan sebagainya. Padahal dengan melihat sekilas situs webnya kita sudah dapat melihat bahwa itu adalah situs web scam karena berusaha memikat calon “member” untuk hanya membeli “informasi” atau membership yang ia jual dan kemudian menjadi reseller dari produk yang virtual. Tidak lebih. Memang kegiatan ini bisa membuat seseorang memperoleh uang banyak, sebagaimana yang Anne Ahira dapatkan. Meski pun tidak sebanyak yang diakuinya.
Siswo Nugroho, adalah nama sebelum Anne Ahira muncul. Ia pemilik situs http://www.berkembang.com/ dan http://www.alatpromosi.com/ yang menjual Magic Mail Sender dan Magic Milist Manager. Ia lama malang melintang di Internet memicu spamming. Member-membernya yang jadi reseller-nya giat membombardir milis atau situs iklan baris dan mempromosikan dagangannya sebagaimana yang sekarang dilakukan oleh member dari Anne Ahira. Produk-produknya banyak bermunculan tak terkendali di situs-situs iklan baris, di semua jenis kategori. Produk tersebut dijual melalui sistem reseller. Setiap pelanggan yang membeli akan otomatis berhak menjadi reseller. Rupanya produk ini memang menarik hati para “penggemar e-marketer” pula, sehingga mereka pun berpromosi ke mana-mana dengan melakukan spamming.
Dari tahun ke tahun jumlah e-mail spam ini semakin banyak meski biaya yang telah dikeluarkan dunia IT untuk mencegah spamming ini telah demikian besar, karena spamming dapat menyebabkan bandwidth yang tersumbat. Untuk perusahaan atau organisasi yang mengandalkan interaksi dengan pihak lainnya tentu bisa menimbulkan dampak yang kurang diharapkan jika 75% dari e-mail yang masuk setiap harinya adalah spam.
Memahami Fenomena Anne Ahira
Tulisan ini tentu untuk memberi suatu pertimbangan bagi yang pernah melihat spam Anne Ahira di Internet dan tergoda untuk mencobanya. Karena tidak adil bagi pengguna Internet yang tidak memiliki kedalaman pengetahuan di bidang Internet untuk memahami dengan mudah apa yang dilakukan oleh Anne Ahira hanya dengan membaca apa yang disampaikan oleh Anne Ahira dan para reseller-nya.
Sekarang Anne tidak bisa ditemui lagi di Indonesia, karena sedang sibuk menjadi pembicara di Amerika. Memahami Anne Ahira tidak akan semudah mengunjungi situsnya atau mengunjungi tempat tinggalnya atau bahkan bertemu dengan Anne Ahira karena ia tentu memiliki hak untuk tidak merespon pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukan, misalnya bukti penghasilannya. Tetapi satu hal yang pasti Anne Ahira adalah seorang Marketer yang luar biasa karena untuk menjalankan bisnisnya bisa mendapat publikasi melalui Kompas, SWA, begitu juga radio Female dan Delta di Jakarta. Lihat link-link berikut ini:
Kompas http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0406/21/ekonomi/1096839.htm
http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=964&pageNum=1.
http://www.mail-archive.com/duit_internet@yahoogroups.com/msg00221.html
Namun, saya yakin itu bukan wawancara, tetapi “iklan” karena semua media itu kehilangan daya kritisnya ketika mewancarai Anne Ahira. Media-media itu menjadi silau dengan pengakuan Anne menangguk uang tanpa bersikap kritis dengan bukti dan bagaimana Anne menangguknya.
Anne Ahira memang sebuah fenomena baru di Internet. Saya belum pernah mendengar seorang Internet Marketer dari sebuah MLM di Internet yang mendapat publikasi seperti yang diperoleh Anne Ahira. Sehingga publikasi ini bisa menjadi semacam pengakuan bahwa apa yang dijalani oleh Anne Ahira patut dicontoh atau dilakukan oleh orang lain, yang berarti keuntungan bagi Anne Ahira karena mendapat downline atau member baru yang berlimpah. Padahal apakah Anne menjamin keberhasilan? Jawabnya tentu tidak, karena bergantung kegigihan dan kerja keras. Kalau begitu mengapa tidak mendirikan usaha sendiri dengan hal-hal yang lebih real?
Sekali lagi, Anne Ahira menjual paket yang sudah didesain oleh sebuah team, yaitu perusahaan Retire Quickly Program. Anne Ahira yang berbahasa Inggris dan Indonesia sangat baik itu tentu dipilih untuk menjadi ujung tombak Multi Level Marketing dari Retire Quickly Program di Indonesia agar banyak yang “menanamkan” uangnya ke Retire Quickly Program. Sehingga kontroversi seorang Mojang Bandung berusia 24 tahun yang menangguk penghasilan ribuan dollar sebulan bisa menjadi the biggest hoax in Indonesian Internet in year 2004.
Subscribe to:
Posts (Atom)