Saturday, May 08, 2010
GHOST WRITER, TENTANG BUSUKNYA POLITISI
Dua Sabtu yang lalu, saya menonton sebuah film berjudul “Ghost Writer”. Kursi penonton terisi tak sampai seperempatnya, tidak seperti film “2012” yang bahkan harus antri untuk 2 pertunjukan berikutnya. Film ini, sebagaimana yang sudah saya baca reviewnya, adalah film karya Roman Polanski tentang kebusukan politisi, meski bisa film ini dilihat sebagai tentang ghost writer (penulis sebuah memoirs yang sebenarnya, namun namanya tidak dicetak). Tokoh utama dalam film ini adalah mantan British Prime Minister, Adam Lang. Menurut BBC tokoh Adam Lang ini adalah gambaran dari mantan British Prime Minister yang asli, yaitu Tony Blair.
Film ini sangat bagus sekali menggambarkan betapa busuknya kehidupan politisi. Tapi jangan lupa, kisah bagaimana ghost writer bekerja di dalam film ini juga menarik. Apa yang muncul di (terutama) media tentang seorang politisi ternyata adalah palsu. Adam Lang yang charming, cerdas dan suka berakting pada masa mudanya telah didorong oleh CIA untuk memasuki dunia politik di Inggris. Kegilaan dunia politik ini digambarkan film ini dengan mengungkap salah satu perekrut Adam Lang untuk masuk ke dunia politik adalah Ruth yang kemudian menjadi istri Adam Lang sepanjang hidupnya.
Satu kepalsuan dan kepalsuan lain dari seorang politisi digambarkan melalui proses pembuatan memoirs Adam Lang yang ternyata lebih banyak menyembunyikan kisah hidup yang sebenarnya dari Adam Lang. Bahkan dalam memoirs itu nama Ruth, istri Adam Lang hanya disebut 2 kali. Tujuannya adalah untuk menenggelamkan peran Ruth yang agen CIA itu dalam kehidupan politik Adam Lang di Inggris. Namun karena penasaran, sang ghost writer berhasil mengetahui jaringan kerja intelejen antar 2 negara ini.
Tentu kisah seperti ini amat menarik, karena terjadi di negara mana saja, apalagi di negara berkembang. “Politik itu busuk” memang juga terasa di Indonesia. Apa yang terjadi akhir-akhir ini antara DPR dan Pemerintah serta Lembaga-Lembaga Negara lainnya membuktikan itu.
Entah bagaimana caranya, mengelola sebuah negeri dengan cara atau dengan sebuah sistem yang sama sekali baru, misalnya tidak dengan sistem demokrasi yang ternyata lebih banyak busuknya itu. Harus diakui bahwa wakil rakyat atau pemimpin yang betul-betul mewakili rakyat tidak bisa diperoleh melalui sistem demokrasi yang sekarang ini kita aplikasikan.
Barangkali teknologi informasi nanti bisa memberikan jawaban bagi kelemahan sistem demokrasi sekarang atau memberikan jawaban bagi persoalan sistem pengelolaan negeri ini.
Fuck politician!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Review yang menarik.. :) Walaupun saya tadinya berharap peran ghost writer itu sendiri yang disorot dalam review, tapi terima kasih atas tulisan ini.
Post a Comment